bagian 4 - sekarang bersyukur jika bertemu

207 34 3
                                    

"A-apa?"

Mata Eunha masih berbinar menatap Wonwoo. Wonwoo beneran bungkam gegara ini orang. Jarinya mendorong kening Eunha, menjauhkan ia darinya.

"Eunha, kayaknya ada salah paham."

Wonwoo menjilat bibirnya siap berbicara panjang. "Saya gak khawatir sama kamu. Ini cuman sisi kemanusiaan. Kamu sekarang lagi kelas 12 dan dua minggu lagi ujian masuk perguruan tinggi. Okay? Saya bukan orang jahat yang nuntut kamu harus tetap ngajar karena itu udah kontrak-"

"Jadi intinya kakak itu khawatir sama aku, ya, kan?" teguhnya membuat Wonwoo mulai agak ngeri.

Kepala Wonwoo berdenyut. Nafasnya mulai menggebu ingin menonjok sesuatu. Alisnya mengerut heran kenapa Eunha kekeh banget.

Sudahlah makin banyak ia bicara, dia juga yang lelah. Eunha benar-benar ngeselin tingkat tertinggi dari yang tertinggi.

"Saya gak khawatir. Intinya itu." Wonwoo berbalik untuk kembali ke rumah. Detik selanjutnya, Wonwoo kembali menoleh ke Eunha. "Ah! Kayaknya kamu juga salah paham. Adik-adik saya tahu apa pekerjaan saya. Dan mereka gak peduli masalah percintaan saya. Cuman ngasih tau aja."

"Wah." masih ditempatnya Eunha hanya memberikan respon satu kata atas kalimat panjangnya.

Wonwoo menggelengkan kepalanya yang semakin berdenyut. Ia segera masuk kedalam rumah. Sedangkan Eunha benar-benar merasa kagum dengan Wonwoo. Dengan polosnya Eunha mengacungkan ibu jari kearah Wonwoo yang sedang masuk ke rumahnya.

▶▶▶

Esok harinya.

Jam pulang berbunyi. Anak kelas 1 dan 2 pulang sedangkan kelas 3 berlatih soal lagi dan lagi. Eunha menghampiri Yerin dan Sojung di kantin untuk makan siang terlebih dahulu. Gak lama Yuna, Eunbi dan Yewon menghampiri pula ke kantin.

"Ayo makan siang bareng." kata Eunbi seraya berjalan ke Ibu kantin memesan mie instan. Yuna dan Yewon duduk memesan nasi yang kebetulan toko penjual ada di depan bangku.

"Ibu. Nasi dua, ya." kata Yuna.

"Cie yang mau lulus bentar lagi." kata Yewon dan disusul Eunbi yang balik dari toko Ibu Shin- penjual mie dan minuman dingin. "Kakak-kakak semua, cemungut."

Sojung mencubit bibir bawah Eunbi karena gemas. Eunbi sendiri merintih dan menepis tangan Sojung dari bibirnya. "Sakit, Jerapah!"

"Makanya jangan ngomul."

"Ye, mulut itu berfungsi untuk makan dan bicara! Buat apa dikasih mulut kalau diem aja?!" sosor Eunbi ya agak sedikit bangak ngegas.

"Bacod."

"Bodo."

"Amat."

Eunbi melempar tisu ke Sojung, dan Sojung cuman ketawa aja karena seneng ia menang bacot dari Eunbi.

Gak lama semua makanan dateng dan mereka makan bareng. Tentu diselingi gosip. Tiada hari tanpa gosip.

Yerin memperhatikan Eunha. "Ada apa gerangan dengan Eunha kita? Diem mulu." Yuna menambahkan, "Senyum-senyum juga. Cie."

"Kenapa, sih, gapapa cuman seneng aja." jawab Eunha dan mereka minta lebih diceritakan. Eunha memainkan sedotannya. "Wali dari murid yang aku ajarin, baik. Jadinya lega aja."

"Waduuh. Baik gimana nih? Cerita lebih dong." goda Sojung.

Eunha hanya menggeleng malu. "Gapapa, dia pengertian aja. Aku kan mau ujian. Nah, dia bilang aku gak usah ngajar dulu, fokus ujian." Eunha terkekeh kecil, "Seneng aja dia ternyata baik."

Tanpa sadar Eunha mulai bercerita tentang Wonwoo. Sesekali Eunha menyantumkan pujian untuk Wonwoo. Bagian terpenting, senyum Eunha tidak meluntur saat menceritakan pria itu.

Mereka berlima tersenyum melihat Eunha. Betapa polos kawan mereka satu ini.

▶▶▶

Eunha selesai mengerjakan soal latihan pertama dari sekolah. Seperti biasanya, mereka diberi break 10 menit untuk refresh dan bersiap untuk materi selanjutnya juga soal latihan lainnya.

Tangan Eunha mengambil ponsel dan mengecek ada pesan masuk dari Wonwoo. Eunha tersenyum.

Wonwoo
Gak usah datang dulu.
Fokus ujian dua minggu kedepan.
Semangat
!

Eunha ingin membalas pesan dari Wonwoo namun 10 menitnya sudah selesai. Jadi ponselnya harus dikumpulkan lagi untuk pembelajaran materi.

"Siap, Kak. Makasih banget udah semangatin." gumam Eunha seraya meletakkan ponselnya di meja guru. Ia tersenyum lalu duduk kembali ke tempatnya.

-

Eunha melihat jam sudah jam 8 malam. Otaknya panas setelah belajar dari sekolah lanjut di rumahnya.

Ia memilih keluar untuk membeli cemilan. Sekalian merefresh kepalanya. Tangannya meraih dompet dikasurnya dan berjalan keluar kamar.

Terlihat Bunda dan Ayah.

"Yah, Bun. Aku ke toko dulu, ya. Sekalian ademin kepala."

"Hati-hati, nak."

Orang tua Eunha tersenyum bangga dengan anaknya. Bahkan tanpa disuruh, Eunha sadar akan pentingnya saat-saat ini dan belajar dengan giat.

Jika dihitung dengan langkah kaki Eunha dari rumah. Toko ini jaraknya 257 langkah kaki Eunha.

Eunha membeli minuman dingin dan air putih, juga 3 buah cemilan.

Duduk di meja yang tersedia untuk sekedar menghabiskan minuman dinginnya. Eunha merasa lebih baim dari sebelumnya, kepalanya merasa lebih segar.

Tiba-tiba Eunha teringat pesan Wonwoo dan mengecek itu kembali. Eunha merasa bersalah karena tidak membalas pesan dari Wonwoo.

Wonwoo
Iya, kak.
Makasih banyak, Kak Wonwoo

"Sama-sama. Jung Eunha."

Tubuh Eunha bergetar karena kaget mendengar suara Wonwoo tiba-tiba. Ia menoleh kebelakang dan mendapati sosok Wonwoo dibelakangnya.

"Kak Wonwoo kok bisa disini?"

"Cari udara segar. Toko ini dekat Bar kan." jawab Wonwoo.

Eunha bersyukur bisa ketemu Wonwoo disini.

######

AN

hayyyyy

aku baru balik dari pat :3 sebenernya masi ada remedial, tapi mau up yg ini ulud

semoga suka <3

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang