bagian 1 - sebuah pertemuan tidak menarik

452 51 5
                                    

"Aku kurang apa sih? Cantik, iya. Pinter, kamu tau kan universitas terbaik negara ini nawarin aku beasiswa. Kaya? Jangan diragukan."

Eunha hanya menatap kedua insan yang tengah berseteru. Banyak sekali orang aneh. Ditengah siang bolong ada saja yg kekeh ingin diterima menjadi pacar. Ga malu apa?

"Saya gak suka anak mama."

Wow. Tamparan keras bagi si cewek. Eunha hanya mengerapatkan mulut merasa kasian dengan si gadis. Kenapa pria-pria seperti itu masih ada di dunia ini. Bisanya mereka menolak wanita seperti Zara.

Disini siapa yang tak kenal Zara?

Cantik, Pintar, Kaya. Sempurna adalah julukan terbaik untuknya. Tapi apa yang baru Eunha dan semua orang disini lihat? Tidak masuk akal.

Lalu tidak sengaja Eunha bertatap mata sekilas dengan si Pria. Karena tidak ingin cari masalah, ia segera memalingkan pandangannya.

Pria itu berjalan keluar dari gerbang sekolah melewatinya.

Eunha perkiraan pria itu sudah kuliah. Tampan? Ya lumayan. Tapi Eunha tidak ingin berurusan dengan orang-orang seperti dia.

Suasana pulang sekolah jadi hening setelah peristiwa tadi. Banyak bisikan yang menyebut nama Zara.

Aduh, kasihan sekali.

▶▶

Eunha sampai di rumah. Namun lagi-lagi ia melihat rumahnya berantakan.

"Kakak!"

Adik laki-laki Eunha berlari dan memeluk kakaknya bersembunyi dibelakang. Wajahnya nampak takut.

"Ayah sama Bunda berantem lagi ya, Dek?"

"Iya, Kak. Gimana dong? Mereka katanya mau pisah."

Ucapan adiknya seperti tamparan bagi Eunha. Kenapa harus ada masalah seperti ini ditahun akhir nya di sekolah.

"Dek. Kamu main ke rumah Bobi dulu ya."

"Aku gamau. Nanti kakak kena sama mama papa gimana?"

Eunha memegang bahu Haru-adiknya. Karena tinggi mereka hampir sama. "Turutin kakak aja ya, Jung Haru."

Akhirnya Haru keluar dari rumah dengan berbekal sedikit uang dari Eunha. Adiknya itu pergi ke rumah Boby.

Dan Eunha tentu berjalan masuk ke kamar mereka. Tentu Eunha seharusnya tidak begini. Tapi ia sangat khawatir kalau mereka benar-benar akan berpisah. Karena hubungan mereka regang akhir ini, dengan berbagai masalah.

"Terus kalau perusahaan sedang buruk? Langsung nyerah? Pikirin Eunha, Mas. Dia pengen lulus bentar lagi! Jangan nyerah begitu."

"Gabisa. Gak ada harapan lagi buat perusahaan kita, Bun. Mending kita pisah aja. Mas gak suka lihat keluarga susah karena aku yang gak becus kerja."

"Jangan ngomong gitu dong, Mas."

Langkah Eunha terhenti karena pertengkaran mereka. Ini salahnya. Seharusnya ia lebih hati-hati memilih perguruan tinggi. Meski ia sangat ingin masuk sekolah yang bagus nan mahal. Ia juga harus perhatikan keadaan keluarga.

Eunha melangkah masuk.

"EUNHA GAK BAKAL MILIH UNIV ITU YAH BUN. JADI STOP KALIAN BERANTEM KAYAK GINI."

"JUNG EUNHA!"

Lalu ia segera berlari dari sana. Tangannya terus menghapus air yang keluar dari matanya. Sial. Padahal tugas lagi numpuk.

Gadis itu berlari sejauh jauhnya. Tidak ingin melihat kedua orang tuanya dulu.

Jadi harus kemana ia sekarang?

▶▶▶

Gila.

Kenapa kakinya membawa dirinya kesini? Jung Eunha merutuki dirinya sendiri. Karena telah berlari meninggalkan rumah dan malah masuk ke Bar.

Lebih gila karena bahkan ia sampai menukar baju seragamnya dan mengoles makeup agar tidak terlihat anak sekolah. Pemilik disini pun juga bodoh, masa tidak ada penjaga di luar?

Ia melangkah hati-hati dan melihat sekeliling. Duduk di satu set meja dan terdiam disana. Sampai seorang pria berjas hitam menghampirinya.

"Keluar."

Eunha terkejut melihat sosok pria yang tiba-tiba berbicara padanya. Tunggu sebentar. Oh! Pria yang menolak Zara!

"Kamu masih anak sekolah. Keluar, ini bukan tempat kamu."

Tau dari mana?

Ah! Mereka bertatapan tadi! Masa karena itu? Setajam itu ingatannya?

"Mikirin apa? Cepet keluar."

Dengan canggung Eunha menunduk minta maaf dan berjalan keluar dari sana. Ia memukuli kepalanya karena sempat berpikiran bodoh- ingin minum alkohol.

▶▶

Ia berjalan untuk menenangkan pikirannya. Apa yang baru saja terjadi? Sudah gila. Hari ini ia benar-benar gila.

Tangannya membuka ponsel dan tanggalan. Ia menghitung-hitung berapa yang harus ia tabung agar bisa masuk universitas impiannya.

Setelahnya ia tertawa hambar. Menyadari setidaknya ia harus menabung 1 juta atau minimal 500 ribu setiap bulannya sampai hari kelulusan. Untuk memenuhi uang kuliah.

Menyerah saja kah?

"Aduh!"

Sebuah kertas terbang kearahnya dan menutupi seluruh mukanya. KESIALAN MACAM APA INI? Tangannya dengan geram menyingkirkan kertas itu.

Tadinya pengen dibuang. Tapi matanya menangkap banyak angka nol pada kertas itu. Nomor hp kah? Alamat kah? Ah mana mungkin.

Atau mungkin nominal uang?!

Dan Eunha tidak sadar sedang perlahan melangkah pada seseorang yang akan menjadi best boy nya.

######
AN

aku langsung publish sama chap 1 nyaa. soalnya prolog kek kurang banget wkwk

Semoga suka!💖

(Wonwoo's Bar)

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang