Eunha terus melihat kertas itu yang ternyata mencari sebuah tutor untuk anak smp. Menghitung-hitung, jika diambil, bakal cukup untuk tabungan biaya kuliahnya.
Namun karena dia juga anak sma. Dengan hati-hati Eunha membuat jadwalnya agar bisa dicocokkan. Dan setelahnya ia menelpon nomor yang tertera dikertas.
"Halo? Saya dengar kalian tengah mencari tutor?"
Ayo, Eunha pasti bisa!
▶▶▶
"Mbaknya gapapa? Katanya mbak lagi ditahun akhir?"
"Sebelum menelpon saya sudah mencocokkan jadwal saya dan meluangkan waktu kosong. Saya bisa."
"Nilai mbak bagus juga, ya."
Eunha menggaruk lehernya, malu. Memang Eunha anak teladan sebenernya. Cuman malu-malu kucing aja.
"Kak, Sagang pulang!"
"Sagang. Sapa nih, tutor kamu."
"Halo.. Kak?" Sagang memberi salam. Namun karena Eunha terlihat seusianya. Ia bingung memanggilnya apa.
Eunha membalas sapaannya. "Halo juga, Sagang ya?"
Setelah saling sapa. Sagang masuk ke kamar dan mereka mulai diskusi tentang jadwal tutor dan sebagainya. Sekitar 40 menitan mereka berhasil mencapai kesepakatan tentang segala hal terkait tutor yang diambil Eunha.
Wanita yang bicara dengan Eunha mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. "Sebentar ya, mbak. Saya mau bicarain hasil diskusi tadi ke kakak pertama."
"I-iya. Silahkan."
Dalam waktu 5 menit wanita itu balik. "Kakak pertama kami juga sepakat. Jadi kita bisa mulai kapan? Besok sesuai jadwal?"
"Bisa, Kak."
Eunha hendak berdiri dan berencana pulang. Wali Sagang, Jeon Heejin mengantarkannya hingga pintu gerbang. Namun dari luar, seseorang membuka pintu gerbang itu.
"Kak. Udah pulang juga?"
Matanya terangkat dan melihat. Mungkin terdengar alay, namun ia seperti dibekukan. Napasnya terhenti, mulutnya tidak bisa bergerak. Eunha benar-benar tidak menginginkan pertemuan lagi dengan pria ini.
"Kita ketemu lagi."
Pria yang bernama Wonwoo itu tertawa tak sangka. Mungkin si gadis tidak menginginkan pertemuan lagi, jadi dia hanya terdiam dan tidak berkutik.
"Kakak kenal dia?" Heejin mengangkat alisnya penasaran apakah kakak satunya ini mengenal gadis sma di sampingnya.
"Kenal. Gak bisa dibilang kenal juga, sih."
"Sa-saya duluan. Permisi."
Eunha melangkah keluar dari sana. Dan berlari cepat untuk menghilang. Kakinya berhenti setelah merasa aman dan cukup jauh dari pria itu. Napasnya tersenggal hingga ia butuh menopang tubuhnya dengan lututnya.
"Anjir apaan lagi ini. Gausah jadi tutor kah? TAPI GAJINYA MAYAN YOWLOH."
-
Disisi lain, Heejin masih menghalangi Wonwoo masuk kerumah. Sekali Heejin penasaran, ia akan terus mengejarnya.
Tangannya diletakkan pada gerbang hijau mereka, melarang Wonwoo masuk. Matanya berotasi. Cantik begini, Heejin juga bisa galak.
"Kakak belom jawab aku!!"
"Kakak cuman ketemu beberapa kali. Tapi gak tau nama dan lainnya. PUAS ADEKKU YANG CANTIK?"
Wonwoo mendorong pelan jidat Heejin dengan telunjuknya dan masuk kerumah untuk beristirahat. Baru saja melepas sepatu, Wonwoo berbalik ke Heejin. "Siapa tadi namanya?"
"Jung Eunha, kenapa?"
"Gapapa." dan Wonwoo tersenyum tanpa sadar.
▶▶▶
Eunha menyelesaikan tugasnya dan kini tengah berbaring dikasurnya. Membaca buku novel romance, yang merupakan salah satu kegiatan favoritnya. Bundanya masuk dan membawakan susu coklat untuknya.
"Kakak masih marah sama kita kah?"
Bukunya ditutup dan ia letakkan di meja sebelah kasurnya. Eunha mengambil susu coklat buatan Bundanya, dan menghabiskan itu. Lalu segera ia meminum air putih.
Bunda Eunha menghela napasnya. Khawatir Eunha masih marah.
"Kakak udah gak marah." tangannya meraih kembali buku novel. Ia menoleh kearah ibunya. "Ayah sama Bunda pasti juga stress karena biaya kan? Jadi Kakak gak ada hak untuk marah."
"Nak..."
"Kalo memang biaya jadi masalahnya. Kakak juga bakal ikut bantu." tangan Eunha terangkat mencegah Bundanya menyelang ucapannya, "Dengerin dulu, Bun."
"Kakak sekarang udah cukup besar. Bisa lah cari duit sendiri, bantu Ayah Bunda."
"Kerja apa, Kak? Kakak sekarang udah tahun akhir. Harusnya belajar!" tegas Bunda.
"Kakak udah buat pengaturan waktu buat kakak sendiri. Sebagai gantinya, mungkin kakak bakal susah bantuin Bunda di toko. Liat nih, lumayan gajinya."
Eunha berusaha membujuk Bundanya. Syukurnya, dia bukan tipikal yang kepala batu. Juga bisa menerima pendapat dan apa yang diinginkan Eunha.
Lalu Bunda keluar dari kamar Eunha dan gadis itu melihat jam kamarnya. Menghela napas karena udah lumayan larut. Teringat dia sudah tahun akhir, seharusnya tidak buang waktu baca novel romantis gini.
"Belajar 30 menit, AYOO."
Eunha segera membuka buku paketnya dan mengulang materi tadi siang. Sesekali ia menghubungi Yerin atau Sojung karena kesulitan mengerjakan soal. Walaupun mereka rada sengklek, namun lumayan lah otaknya encer.
Line!
Tangannya mengecek pesan siapa yang datang jam segini. Kepalanya tak sadar memiring beberapa derajat karena tidak ia kenal.
Wonwoo
Simpan nomor sayaJEunha
Tapi siapa?Wonwoo
Kita udah ketemu dua kali masih kayak orang linglung kamu?
Enggak, tiga kali ketemu, sama yg pas zara nembak saya"AAH"
Tanpa sadar Eunha teriak dan melempar ponselnya ke kasur. Tunggu. Kenapa ia harus takut gitu? Dia salah apa emangnya?
Setelah beberapa saat. Eunha sadar akan salahnya.
Dia pergi ke bar. Menyamar seperti orang dewasa. Memalukan sekali.
Wonwoo
Masih hidup?JEunha
MasihWonwoo
Oh, iya. Kamu bisa ngajar anak sma kelas 1 juga kan?
Heejin maksud saya, yang tadi.
Gaji tentu bisa disesuaikanJEunha
Bisa... Pak?Wonwoo
OkDan begitu mereka selesai chatan. Syukur Wonwoo tidak mengungkit-ungkit tentang dia yang main ke tempat itu. Momen yang sangat ia sesali. Tapi-
INI SERIUS AKHIRANNYA CUMAN OK DOANG?
######
AN
Maunya apa sih Eunha cayaang ㅋㅋ semoga ada yg suka sama kapal wonwoo-eunha >_<
semoga suka chapter ini!! ❤
![](https://img.wattpad.com/cover/212857481-288-k712642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my best boy. (jung eunha)
Fanfic• GFriend series [Series] 1# Math - Jung Yerin 2# ILYMTY - Kim Sojung 3# My Best Boy - Jung Eunha 4# coming soon 5# coming soon 6# coming soon © cover : ashui.zz Start : 17 april 2020 End : 27 desember 2020