SP - Gua disini

112 14 2
                                    

Matanya seperti tidak bisa dibuka setelah merasa sesak seminggu berturut-turut karena kekasih jahatnya itu.

Eunha menjalani siangnya seperti orang tak hidup, seperti tidak ada cahaya, dirinya bahkan tidak merasa ingin tersenyum disituasi lucu apapun. Kelima sobatnya juga tak bisa melakukan banyak hal, hanya bisa mendukung Eunha untuk melewati masa-masa seperti ini.

Tak lain dengan Mingyu yang seperti menghantui Eunha, bukan untuk maksud jahat. Pria itu hanya ingin Eunha tidak menjalani hidup tanpa cahaya.

Pagi ini pun. Ponsel Eunha dipenuhi oleh kata-kata manis nan perhatian dari kelima sobatnya, juga berbagai macam kalimat mulai dari bahasa savage hingga bahasa puisi 'gagal' nya Mingyu.

MINGYU
keluar. kuliah
jgn jadi orang hidup
tapi kayak orang mati.
buru, gua tunggu di depan
gua sibuuuuuk
jangan kelamaan

Eunha bangun dari kasurnya dan mandi, berpakaian dan menyiapkan apa yang harus dibawa hari ini. Ia sengaja melambatkan kegiatannya, agar Mingyu naik pitam dan tidak terus menunggunya.

Dari jendela kamarnya. Eunha sudah tak melihat Mingyu di depan rumahnya. Baru ia keluar dari kamar untuk berangkat menuju kampus.

"Kamu ini sengaja bikin lama atau gimana dah?! Satu jam lewat ini woy!" suara berat milik Mingyu yang hampir terbiasa di telinga Eunha.

Wanita berambut panjang hitam itu cukup terkejut karena Mingyu yang masih menungguinya.

"Aku gak pernah minta ditungguin, besok-besok gausah." ucap Eunha.

"Terus kalo gak gua samperin gini. Lu gak kuliah?" tanya Mingyu dengan mode ngegas yang lagi on.

Eunha tak menjawab.

Tangan Mingyu segera meraih pergelangan tangan Eunha, ia memaksanya untuk naik keatas motornya. Mau tak mau Eunha menaiki motor Mingyu, tenaga Mingyu cukup kuat dibanding Eunha jika ia melawan. "Jam kuliah lu kapan hari ini?" tanya Mingyu.

"Kuliah siang."

"Gua nanya jamnya, pinter."

"Ooh.. itu..."

"Udah. Gak usah dijawab lagi. Udah males dengernya."

Eunha menghela napas.

Begitupun Mingyu. Sebelumnya, Mingyu memang sering mendengar orang yang tengah patah hati, tapi baru kali ini ia bertemu di dunia nyata. Sebegitu sedihnya Eunha karena kekasihnya yang brengsek itu.

"Udah sarapan?"

Kepala Eunha ia gelengkan, "belum, tapi aku gak-"

"Kita sarapan sekarang. Hari ini di toko mbak Dedo ya. Dijamin suka paket sarapannya!"

Eunha tak lagi membalas.

▶▶▶

"Eunha! Dimakan itu sarapannya!" tuntut Wonwoo dan dianggukkan oleh Eunha.

Ia makan cukup lama, lebih tepatnya sangat lama, seperti orang tak napsu makan. Mingyu merasa bersalah karena meninggikan suara. "Maaf, kalo suara gua bikin kaget. Udah cepetan makan atuuh."

Gigi Eunha yang tadinya mengunyah amat pelan, kini berhenti mengunyah. Tiba-tiba sikap Mingyu membuat Eunha takut, kepalanya terbesit seseorang yang belakangan ini tidak pernah absen mengisi otaknya.

"Jangan sok perhatian." ucap Eunha agak dingin dari Eunha biasanya.

Alis mata Mingyu terangkat satu, bibirnya terukir miring, "apa? Jangan sok perhatian?" kakinya berdir. Dirinya benar sangat tidak mengerti Eunha. "Gua beneran gak ngerti sama Lo, Eunha." dan ia pergi dari sana meninggalkan Eunha sendiri.

-

Mingyu memasuki ruangan klub menulis miliknya. Terdapat member lain juga disana.

"Tumben kesini jam segini, Kak?" tanyanya.

Kepalanya memijat pelipisnya. Ia masih panas (marah) dengan Eunha. Padahal niatnya membantu, bagaimana bisa Eunha membalasnya dengan kata-kata seperti itu?

"Woy? Aku nanya loh, Kak."

"Eunha. Dia judes banget ke gua, padahal niat gua mau bantu biar dia gak kek orang mati." jawab Mingyu.

"Judes gimana?"

"'Jangan sok perhatian' gitu katanya." tawa jengkelnya keluar. Tangannya meraih saku kanan di celananya dan memainkan ponselnya.

Sedangkan Bona malah yang gak ngerti sama Mingyu. Tangannya memukul punggung Mingyu cukup keras. Dan tentu Mingyu meringis.

"Aku yang gak ngerti sama Kakak. Udah jelas-jelas maksud omongan Eunha itu 'gua takut lu perhatian, lalu pergi dari gua tiba-tiba'. Katanya mau bantu? Kok malah ninggalin Eunha?"

Pria itu jadi tertegun.

Temannya itu tidak salah.

Eunha masih dalam zona takut akan kehilangan seseorang lagi.

Seharusnya Ia tak meninggalkan Eunha sendirian.

-

Mingyu balik ke toko mbak Dedo. Namun tidak ada Eunha disana.

Dengan sigap Mingyu mencari Eunha dengan motornya. Ia khawatir setengah mati, takut terjadi sesuatu terhadap Eunha. Pikirannya dipenuhi dengan skenario-skenario terburuk dari kondisi Eunha saat ini.

Setelah cukup lama mencari, dengan bantuan Bona juga. Agar mengabari jika Eunha menghubunginya. Akhirnya Bona mengabari Mingyu bahwa Eunha berada di bandara.

BONA
anjiir kaa
eunha ada dibandara katanya!!

Mingyu bergegas ke bandara terdekat. Memakirkan motornya dan berlari memasuki bandara untuk mencari sosok Eunha.

"EUNHA!"

Tak butuh waktu lama. Mingyu segera mendapatkan Eunha yang tengah duduk di salah satu kursi memajang di lantai satu bandara. Kepala Eunha tertunduk memegangi gelas plastik yang Mingyu tebak berisi kopi.

Mingyu menghampiri Eunha.

Ia menurunkan lututnya di depan Eunha. Menggenggam tangan mungil itu. "Maaf, ya. Harusnya gua gak ninggalin lu kayak tadi."

Lengan panjang Eunha yang basah karena tertetesi air dari matanya sendiri, Mingyu gulung keatas.

Sekali lagi ia meminta maaf dan merengkuh tubuh mungil yang masih bersedih itu.

"Wonwoo jahat, Ming."

"Dia bohong."

"Dia gak pernah hubungin aku seminggu ini."

"Sana juga ngejauh dari aku."

"Mereka ninggalin gua, Ming."

Mingyu ikut duduk di sebelah Eunha, mengeratkan pelukannya. "Gua janji gak bakal ninggalin lu. Makanya ayo bangkit."

"Jangan nangis, Eunha. Gua disini."

######

AN

✨Vote sama komen✨

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang