bagian 17 - gadis tak pandai bohong

117 18 2
                                    

Kakinya berhenti melangkah. Jika melangkah satu kali lagi, ia bisa kena basah hujan. Tangannya terjulur ke depan, sehingga bisa merasakan rintik hujan melalui tangannya.

Tidak ada raut wajah pasti yang dapat menjelaskan perasaan Eunha. Sejak saat itu, Eunha benar-benar tidak lagi bertemu dengan Wonwoo. Tidak ada kabar sedikit pun. Sana juga tidak memberi jawaban yang Eunha inginkan.

Ponselnya bergetar.

Terdapat notifikasi kalendar. Gadis itu terdiam. Ternyata hari ini menjadikan genap 5 tahun, sejak Wonwoo menjadikan ia sebagai kekasihnya.

Bisa dibilang kekasih, kah?

Matanya tiba-tiba panas meski hujan. Nafasnya tiba-tiba menjadi tak teratur walau ia tidak berlari. Eunha masih merasa sedih meski 5 tahun sudah terlewat.

Eunha menekuk kakinya, berjongkok. Ia menenggelamkan kepalanya dalam lekukan kakinya, rambutnya pun ikut menutupi wajah. Agar air matanya dapat turun tanpa siapapun tahu.

Gadis itu sangat merindukan sosok Wonwoo.

---

"Ey! Mana anak pertama lo?"

Eunbi dan Eunha baru saja datang ke rumah Sojung. Dan, Eunbi langsung menggendong anak kedua Sojung yang masih bayi. Belum lama lahir.

"Tante Eunha!"

"Aduu! Jangan lari nanti jatoh." Eunha segera menangkap balita yang baru berusia 4 tahun ini. Karena ia berlari dari kamarnya, membuat Eunha cemas.

Yerin berdiri dan meraih balita itu. Membiarkan Eunha membuka sepatunya terlebih dulu. Lalu mereka duduk dan meminum segelas jus yang sudah disiapkan Sojung.

"Suami lo kerja lagi?" tanya Yerin kepada Sojung yang sedang menyalakan dvd sebuah film.

"Workholic." ucap Eunbi yang membuat Sojung memukuli bokong gadis tersebut.

"Tapi aman gak filmnya? Ada anak-anak Kakak, nih." Yewon bertanya seraya melihati tempat dvd. Memeriksa apakah filmnya aman.

Dan Sojung hanya membuat tanda OK ditangannya, yang mengartikan film ini OK dalam segala aspek.

"Film apa emang?" Yuna ikut bertanya seraya mencubiti pipi bayi Sojung yang masih di gendongan Eunbi.

"Chucky."

Eunbi segera menidurkan anak bayi Sojung disofa dan Eunha meminta anak pertamanya untuk duduk disebelah adiknya.

"Sebentar ya. Kita harus nyadarin mama kalian dulu."

Lalu Sojung segera kena tampolan dari mereka berlima. Jangan panik, Sojung tidak sampe babak belur. Gemes banget, udah emak-emak juga. Ya masa ngebiarin anak-anaknya nonton tontonan sadis.

-

Eunha masih tertawa-tawa setelah sesi main mereka. Meluangkan waktu setelah seminggu stress berada di pekerjaannya yang sibuk.

Mereka saling membawa kabar bahagia. Mulai dari suasana pengantin baru Yuna dan berita pernikahan Yerin. Membuat hati Eunha menghangat.

Kini ia tengah berada di jalan menuju rumahnya.

Terdapat seorang pria disana. Ia membawakan makanan dalam plastim putih. Langkah Eunha terhenti, ia tersenyum dan melangkah maju.

"Gak bosen, Gyu?" gadis itu membuka pintu seraya bertanya. Membiarkan pria yang selama 5 tahun sudah menemaninya masuk. Menjadi pendengar terbaik setelah sahabat-sahabatnya itu.

"Sekarang aku udah gak pernah nangis lagi gegara itu lagi kok." Eunha menutup pintu dan menuntunnya menuju ruang tamu. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil wadah.

Mingyu— pria itu gak mengatakan apapun. Eunha sangat gak punya bakat berbohong. Buktinya 3 jam lalu, ia melihat Eunha yang tengah menangis sendirian dihadapan hujan.

Eunha membuka makanan yang dibawa Mingyu. Ia bertepuk tangan karena pria itu sangat tahu makanan yang tepat disetiap musim.

"SOTO!! Pas banget mau makan yang anget-anget." teriaknya kesenangan. Ia segera membukanya. Dan menuangkan ke piring yang berisi nasi. "Ayo makan, ini nasi kamu."

Selama ini Eunha baik-baik saja. Kepergian Wonwoo tidak membuat dirinya begitu sengsara. Ia sudah bisa menerbitkan beberapa bukunya, sampai diterima di perusahaan yang cukup bagus.

Banyak orang yang tetap ada disisinya. Keluarga. Sahabatnya. Dan teman di klub menulisnya.

"Aku tuh fine-fine aja." ujarnya. Eunha menuangkan kuah soto lagi pada piring nasinya. "Jadi jangan keseringan kesini, aku juga bosen liat muka kamu, walaupun ganteng."

"Bohong."

Pergerakan Eunha terhenti.

"Lu masih nangis, Eunha." Mingyu meletakkan sendoknya karena sudah selesai makan.

Eunha membentuk garis di bibirnya, "Ketahuan," ia mengelap bibrinya yang terdapat minyak dari kuah soto. "Segitu gak pinter bohong ya, aku?"

"Udah selesai makan, kan?" Eunha bangun dan mengambil piring Mingyu. Ia berjalan menuju wastafel dan menaruh piring kotornya. Lalu ke ruang tamu lagi dan mengambil soto agar ayahnya juga bisa makan nanti.

Mingyu menghampiri Eunha lalu gadis itu mengantarkan Mingyu sampai pintu pagar rumahnya.

"Eunha," ujar Mingyu sebelum pulang dari sana.

Eunha merespon dehaman.

"Gua.. bisa gantiin dia. Mingyu bisa gantiin Wonwoo."

---

(beberapa jam sebelumnya, di rumah Sojung)

Eunha pulang lebih awal. Mereka melambaikan tangan dan mengatakan agar hati-hati dalam perjalanan.

Eunbi mengambil kue dan masih melihat kearah pintu— ia memikirkan Eunha. "Kak Eunha.. belom lupain Kak Wonwoo kah?"

Yerin melipat tangannya di depan dada. "100 persen dia belom," ia menghela napas. "Kasihan banget sahabat terpolos gua."

"Semoga Mingyu bisa terus nemenin Kak Eunha." ujar Yewon berharap.

Mereka semua khawatir dan sedih dengan sahabatnya yang belum bisa tertawa bebas tanpa rasa sedih yang bersembunyi dibaliknya. Jung Eunha.

######
AN

AKU NULIS INI SAMBIL DENGER LAGU WENDY YANG GOODBYE.😭

gatau liriknya nyambung sama alur chapter ini apa kagak. tapi krn lagunya melow, jadinya :(

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang