Bab 12

201 26 0
                                    


Taksi berhenti persis di depan gang rumahku. Aku turun setelah membayar argo. Aku mengernyit sakit pada tumit kakiku. Sepertinya ada yang tidak beres. Aku berhenti sebentar memeriksanya. Benar saja, ujung tumitku lecet, mungkin karena aku seharian memakai higheels. Maklum saja aku baru-baru ini memakai sepatu berhak 7 senti itu. Mungkin kakiku baru beradaptasi.

Aku mencopot sepatu kemudian jalan dengan kaki telanjang menuju rumah. Baru tiga langkah aku merasa ada langkah lain yang mengikuti langkahku. Cepat menengok ke belakang. Tapi tak ada satu orang pun. Gang yang hanya bisa dilewati satu mobil ini kalau sudah jam 9 malam akan lengang. Hanya ada lampu di sepanjang jalan. Dan beberapa mobil yang terparkir di pinggirnya.

Aku mempercepat langkah. Tapi lagi-lagi suara ada suara langkah sepatu selain langkahku. Aku berhenti. Suara itu pun berhenti. Apa ini hanya imajinasiku karena aku kelelahan. Tapi selelah-lelahnya aku, aku tidak biasa merasakan hal seperti ini.

Pulang malam bagiku sudah biasa, karena pekerjaanku sebagai jurnalis juga tak mengenal waktu. Tapi aku tidak pernah takut, apalagi yang berbau horor, aku tidak percaya. Tapi ini langkah kaki siapa. Tak ingin mengambil pusing aku pun bergegas masuk dan tak menoleh lagi ke belakang.

Jurnalis InvestigacintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang