#20

42 10 0
                                    

"Jangan gampang kegeeran, apalagi merasa paling spesial,dia begitu juga ke semua orang gak cuma kamu.."

HAPPY READING...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Kok mirip... ahh gak mungkin, perasaan aja kali. Batin Sarah, lalu Sarah kembali tersadar dari lamunannya.

"Sarah" kata Sarah sambil membalas uluran tangan Faisal.

"Temen-temen gue pada kemana?" tanya Sarah dengan muka datar. 

"Ohh tadi pada udah duluan, ke rumah Rinjani katanya." jawab Faisal.

"Oh yaudah, makasih. Kalo gitu, gue duluan" kata Sarah yang hendak pergi namun tangannya dicekal oleh Kenan.

"Apaansi, lepas!"

"Gamau."

"Ish ribet, ngeselin lo tai." kata Sarah.

Sarah mencoba untuk menginjak kaki Kenan dengan kencang, dan yapp dirinya berhasil. Kenan meringis kesakitan, tanpa ia sadari tangannya sudah terlepas dari tangan Sarah. Sarah pun langsung lari menjauh dari hadapan Kenan. Kenan menatap Sarah yang telah menjauh dari hadapannya dengan senyum smirk nya.

Gabakal gue lepasin. Batin Kenan.

---

"Aduh gilaaaa, capek banget gueeee." teriak Sarah saat sampai di dalam kamar Rinjani.

"Ciaelahh yang abis berduaan sama orang baru, cerita dong?" kata Aleyya bermaksud menggoda.

"Apaan sih gak jelas deh, gue mau pulang aja ah. Pusing pala gue" kata Sarah lalu dia menelpon supirnya.

---

"ASSALAMUALAIKUM, SARAH PULANGGGG" teriak Sarah saat masuk ke dalam rumah. Kebiasaan.

"Wa'alaikumsalam, gausah tereak-tereak napa sih, dek. Ini bukan hutan." kata bang Hendra sedikit kesal.

"Bunda mana bang? Rafi juga mana?" tanya Sarah sambil memakan snack yang ada di atas meja.

"Pada di kamarnya, kalo mau makan ada di atas meja makan." kata bang Hendra.

"Udah makan, Sarah langsung ke atas ya bang." kata Sarah lalu meninggalkan abangnya yang tengah nonton TV.

---

Setelah masuk kamar, Sarah langsung tertidur di atas kasurnya. 

Sekarang sudah pukul 7 malam, dan Sarah baru bangun dari tidurnya. Saat Sarah menghadap jendela, ia tidak sengaja melihat bingkai foto yang diberikan oleh Vino.

"Vin, udah beberapa bulan ini lo gak kabarin gue. Gue kangen, gue capek harus pura-pura tegar, harus pura-pura ketawa. Setiap ada yang isengin gue, gue selalu inget lo. Balik lagi sini ke Jakarta, gue gak bakalan marah lagi deh biarpun lo isengin gue." kata Sarah sambil tersenyum miris dan tangannya mengelus bingkai foto yang diberikan Vino beberapa bulan lalu.

Tok Tok Tok

Sarah langsung menghapus air matanya.

"Mas..." dan Sarah tertangkap basah sedang menangis oleh abangnya.

Duh apa bang Hendra denger semuanya ya. Batin Sarah.

Bang Hendra masuk lalu duduk di samping Sarah dan langsung memeluknya, seolah memberi Sarah kekuatan.

"Kalo mau nangis, nangis aja dek. Abang gak suka lo pura-pura kuat, pura-pura ketawa di depan orang-orang. Padahal lo sendiri butuh orang buat curhat kan? Lo kangen sama Vino, mmm?" tanya bang Hendra, dan saat itu juga tangisan Sarah pecah di dalam pelukan abangnya.

"A...hiks bang... apa salah kalo Sarah kaya gini? Sarah belum siap ngebuka hati buat orang lain, bang...hiks, Sarah takut nanti orang yang udah Sarah sayang pergi ninggalin Sarah sendirian lagi...hiks, temen-temen Sarah bilang kalo Sarah penguat mereka, jadi Sarah harus lebih kuat dari mereka...hiks..."kata Sarah dibarengi dengan isak tangisnya.

Sesakit apa sih yang lo rasain? Seberat apa beban yang lo pikul? Sampe gue denger suara tangis lo aja hati gue sakit, dan pikiran gue kacau. Batin Hendra.

"Abang tau kok, kamu capek sama semua kebohongan yang kamu buat di depan teman dan bahkan keluarga kita sendiri. Kamu harus belajar buka hati untuk mengobati luka lama, kalo kamu gamau sakit hati atau ditinggalin, jangan coba-coba mengenal kata cinta. Sekarang kamu mandi, abis mandi sholat terus turun ke bawah, kita makan malam bareng." kata Hendra lalu ia keluar dari kamar Sarah.

-

-

-

-

-

-

-
TBC...
#janganlupavote

My Badboy is my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang