#22

37 7 0
                                    

"Dan akhirnya kita benar-benar berpisah."

HAPPY READING...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Halo, kenapa Yud?"  kata orang di sebrang telpon.

Sarah melihat ke arah Yudha dengan menaikan sebelah alisnya, lalu Yudha seperti bicara nama 'Vino' tetapi tidak bersuara. Sarah terlihat Ragu, tapi Yudha kembali menganggukan kepalanya, tanda bahwa yang ada di telpon itu benar-benar Vino.

"Hai Vino, apa kabar?" ucap Sarah ragu.

"Sarah?" kini suara itu menjadi serak dan bergetar, seolah menahan tangis.

"Maaf" ucap Vino lagi dengan suara lirih.

"Jangan pernah jadi orang yang pengecut Vin, gue gak suka. Mana Vino yang katanya badboy? Yang selalu buat masalah waktu di sekolah? Yang selalu berani ngelawan guru?" kata Sarah berusaha tidak menangis. "Dan orang yang gue sayang" lanjut Sarah lagi di dalam hatinya. 

Mata Sarah sudah berkaca-kaca, yang ia bisa lakukan hanya menutup matanya untuk menahan tangisnya agar tidak keluar.

"Gue pengecut Sar. Gue bukan laki-laki baik, gue benci sama diri gue sendiri" kata Vino yang sudah menangis di sebrang sana.

"Gue minta lo tanggung jawab sama semua yang udah lo lakuin, jangan lari dari masalah oke?! Jangan buat gue benci sama lo karna masalah ini, gue ngerti apa yang lo rasain. Tapi lo tetep harus tanggung jawab ya, sayangin istri lo nanti kayak lo nyayangin mami lo, jangan kasarin dia ya." kata Sarah. Vino yang mendengar itu hanya bisa menangis sesegukan.

Sarah memberi kode pada Yudha untuk mematikan telponnya, dan Yudha pun menganggukan kepalanya.

"Udah dulu, Bro. Inget, selesain masalah lo, jangan jadi pengecut. Lo tetep sahabat gue." kini Yudha yang berbicara.

Firman dan Radit hanya menangis dalam diam, dan kini Yudha juga sudah mengeluarkan air matanya. Sedih? Jelas. Karena yang mereka tau Vino itu laki-laki yang dingin, laki-laki yang sangat irit bicara, apalagi sama perempuan. Tapi kenyataan ialah bahwa ia menghamili anak orang, perempuan yang bahkan tidak dekat dengan Vino. Vino tetaplah Vino, Vino hanya manusia biasa yang juga bisa membuat kesalahan. Kecewa? Jelas. Tetapi mereka tahu, bahwa sekarang Vino sedang membutuhkan penguat, Vino butuh teman-temannya sekarang dan mau tidak mau mereka harus bisa mengerti keadaan Vino sekarang, termasuk Sarah.

Sarah benar-benar tidak bisa menahan tangisnya lagi, Yudha yang melihat Sarah menangis pun langsung menarik Sarah ke pelukannya. Tidak tega melihat Sarah menangis. Hanya pelukan yang bisa Yudha berikan kepada Sarah. Radit dan Firman pun sama, mereka juga tidak tega melihat Sarah menangis dan mereka juga tidak bisa melakukan apapun.

Tangis Sarah pecah saat itu juga, akhirnya ia pun menangis sesegukan di dalam pelukan Yudha.

Kenapa? Kenapa suara tangis lo ngebuat hati gue sakit dan dada gue sesek Sar? Batin Yudha.

Sekecewa apa sih lo Sar, sampe dada gue sesek banget denger suara nangis lo? Batin Radit.

Sar, berat banget ya kecewa yang lo rasain? Sampe-sampe hati gue ikutan sakit liat dan denger lo nangis begini. Batin Firman.

"Gue ke kamar mandi dulu." kata Radit yang berusaha menghindar agar tidak menangis lagi.

"Gue juga" timpal Firman.

---

"Lo Vin yang minta kita buat ga bikin Sarah nangis, tapi kenapa malah lo sendiri yang buat dia nangis sampe begini? Bener Vin yang lo bilang, suara tangis Sarah bisa ngebuat hati sakit dan pikirin kacau, dan karna lo gue ngerasain itu juga." monolog Radit kesal.

BUGH

BUGH

BUGH

"JANGAN GILA DIT, JANGAN LO SAKITIN DIRI LO SENDIRI. YANG KACAU BUKAN LO DOANG, GUE, YUDHA DAN BAHKAN VINO, KITA SAMA. BUKA PINTUNYA ATO GUE DOBRAK!!" teriak Firman karena Radit terus memukul-mukul tembok. 



TBC...
-

-

-

-

#janganlupavote

My Badboy is my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang