💵 - 4

1.4K 140 0
                                    

Seperti yang Lala katakan pada Jesi sebelumnya, Lala benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Ia tidak sabar menunggu pagi agar dapat bertemu lagi dengan Jaki.

"Uuh jam tiga? Aku baru tidur dua jam saja. Aku siap-siap dari sekarang saja lah. Nanti kalau tidur lagi malah susah dibangunkan." Untung ada air hangat jadi Lala bisa mandi di udara sedingin ini.

"Aku tidak mungkin membangunkan Yuna sekarang hanya untuk mendandaniku, kalau begitu aku dandan sendiri saja."

Lala memakan hoodie dua rangkap lalu turun menuju kolam renang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lala memakan hoodie dua rangkap lalu turun menuju kolam renang. Pasti belum ada siapa-siapa disana tapi pikir Lala dia bisa mencari ide pose-pose yang akan ia lakukan nanti.

Lala berdiri di samping kolam, melihat-lihat spot yang sudah disiapkan oleh kru. Ini bagus sekali.

"Lala..." seorang pria memanggil dari arah belakang Lala.

"Hai Jak, sudah bangun jam segini?"

"Hemm, bahkan aku belum tidur La... Hei kenapa jaket mu tipis? Disini sangat dingin."

"Aku tidak tahu akan melakukan foto saat sunrise, aku kira akan selesai tengah malam tadi jadi tidak membawa jaket yang tebal."

"Kalau begitu kamu masuk saja dulu. Pemotretan nya masih satu setengah jam lagi. Nanti kamu masuk angin La."

"Tidak apa-apa kok Jak. Entah kenapa aku sangat excited untuk pemotretan kali ini. Sangking bersemangat nya aku terbangun jam tiga tadi. Jadi biar sekalian saja aku siap-siap."

"Okay kalau begitu aku sambil menyiapkan kamera  ya La."

Jaki dan Lala duduk di kursi dekat kolam, dengan meja bundar di tengahnya, serta beratapkan payung yang besar. Lala terus memperhatikan saat Jaki melakukan setting pada kamera nya. Bareface Jaki sangat menggemaskan, itu yang ada di pikiran Lala saat ini. Jaki juga memakai topi hitam yang membuatnya terlihat maskulin. Tak dipungkiri Lala semakin mengagumi Jaki. Seutas senyum terlukis di bibir kissable nya.

 Seutas senyum terlukis di bibir kissable nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

B

ukan tidak menyadari nya, Jaki hanya berpura-pura tidak menyadari bahwa Lala sedang memperhatikan nya.

"Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Jaki lagi." Kata Lala, mencairkan suasana yang hening karena Jaki hanya sibuk dengan kamera nya. "Secara tidak sengaja." Lanjut nya.

"Sama La." Jaki hanya menjawab singkat.

"Selama sepuluh tahun ini Jaki tinggal dimana? Enam tahun yang lalu aku ke rumah Jaki, tapi rumah itu sudah kosong. Kata tetangga yang tinggal di sebelah rumah Jaki, keluarga Jaki sudah pindah."

"Iya La orang tua Jaki pindah ke Bandung. Lalu Jaki tinggal di Bali sejak kuliah."

"Oh iya aku inget waktu itu Jaki bilang mau kuliah di Bali ambil photography. Aku pikir kamu akan kembali setelah empat tahun, makanya aku datang ke rumah Jaki." Lala mulai mengenang saat saat sedihnya karena begitu merindukan Jaki. "Aku cari sosmed nya Jaki juga tidak ada, sepertinya ku benar-benar lost kontak dengan teman-teman yang lain juga ya Jak?"

"Iya La, aku memang tidak aktif di medsos. Hanya punya beberapa akun untuk posting hasil foto saja itu juga bukan dengan nama asli."

"Lalu sekarang Jaki tinggal dimana? Oh iya mumpung lagi ingat, minta nomor handphone nya ya." Lala memberikan handphone nya agar Jaki bisa memasukan nomor nya ke kontak book Lala.

Untuk sejenak Jaki hanya terdiam, teringat pembicaraan nya dengan Jesi tadi malam.

*Flashback*

"Jak bisa bicara sebentar? Penting."

"Oh Kak Jes, aku kira kakak sudah ke atas."

"Iya aku hanya mengantar kan Lala. Aku harus berbohong ke Lala agar bisa kembali kesini."

"Ada apa kak sepertinya penting sekali?"

"Begini Jaki, entah Jaki sudah tahu atau belum, Lala menyukai Jaki sejak masih kelas satu SMA." Jesi menarik nafas dalam. "Sampai sekarang Lala tidak pernah membuka hati nya untuk laki-laki lain karena dia belum bisa move on dari Jaki."

Wajah Jaki terlihat datar dan tidak terkejut, Jesi mengartikan bahwa Jaki memang sudah mengetahui perasaan Lala terhadapnya.

"Tapi Jaki sudah menikah dengan Luna kak." Jawab Jaki to the point.

"Iya kakak tau. Makanya kakak mau minta tolong sama Jaki. Jaki tahu tadi saat bertemu dengan Jaki lagi, Lala sangat senang. Sangking senang nya dia sampai menangis, menangis bahagia. Makanya tadi Lala langsung lari ke toilet agar yang lain tidak melihat Lala menangis."

"Jaki tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu kak, jika tahu akan seperti ini mungkin Jaki tidak akan menerima tawaran ini agar Lala tidak terluka."

"Iya Jaki kakak mengerti. Kakak hanya minta tolong sampai besok saja, jangan sampai Lala tahu bahwa Jaki sudah menikah ya. Apalagi menikahnya dengan Luna. Setidaknya sampai photoshoot ini selesai. Kakak tidak ingin Lala moody dan mengacaukan pemotretan."

"Baik kak Jes, Jaki mengerti."

"Setelah itu kakak harap Lala tidak bertemu dengan Jaki lagi. Untuk kebaikan bersama. Lala ingin kakak meminta nomor handphone Jaki, tapi kakak akan pura-pura Lupa. Joya juga sudah kakak beritahu karena mereka cukup dekat. Please Jak..."

"Iya kak. Tapi cepat atau lambat Lala harus tahu kak. Agar dia bisa membuka hati untuk laki-laki lain."

"Iya Jak kakak tau, itu nanti lah kakak pikir kan lagi. Kamu tahu Vito? Aktor yang sedang naik daun, super ganteng, super baik, super tajir, tapi Lala memang sudah sinting gara-gara kamu Jak. Dia menolak Vito mentah-mentah. Haduh kepala kakak pusing. Sudah ya kakak mau kembali ke kamar hotel."

"Aku tidak tahu perasaan Lala sedalam itu... Aku pikir dulu hanya sebatas cinta monyet." Gumam Jaki, tapi orang lain tidak bisa mendengarnya.

*Flashback Off*

Saat ini Jaki sedang memegang Hp Lala, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tatapan Lala sangat mengintimidasi, jika dia menolak memberikan nomor handphone nya, Lala pasti akan sangat terluka. Dengan terpaksa Jaki memasukan nomor nya satu persatu.

"Ini La." Memberikan kembali ponsel Lala.

"Sudah? Aku miss call ya Jak. Disimpan ya nomor aku."

Jaki dan Lala mengobrol sampai kru yang lain datang. Dengan sangat hati-hati Jaki menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Lala. Takut keceplosan.

'Terima kasih Tuhan, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku masih sangat mencintai Jaki, aku tidak akan melepaskan nya lagi. Karena sekarang aku sudah mapan, aku sangat layak mendapatkan cinta Jaki. Jauh berbeda dari sepuluh tahun yang lalu. Fighting La...' Batin Lala.

'Sorry La, aku tidak akan pernah bisa membalas cinta kamu karena aku sudah mencintai Luna istriku.' Batin Jaki.

'aku akan memperjuangkan mu Jak.' Batin Lala.

'berhenti mencintai ku La.' batin Jaki.

So, I Bought Your Husband ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang