💵 - 9

1.3K 137 6
                                    

"Sayang, bagaimana tadi pemotretannya?" Saat ini Luna tengah bermanja ria dengan Jaki, mereka tengah bersantai sambil menonton TV. Luna menyandarkan kepala nya di bahu Jaki.

"Lancar seperti biasa." Jawab Jaki. "Bagaimana tadi di studio, apakah ramai?"

"Hanya ada satu dua pengunjung yang datang. Lalu ada debt collector yang menagih cicilan mobil." Kata Luna dengan santai.

"Hah, debt collector? Bukan kah aku sudah memberikan uang nya ke kamu Minggu kalau?"

"Ih sayang kan aku sudah bilang mau beli sepatu yang limited edition."

"Loh, jadi uangnya dipakai untuk beli sepatu?" Jaki sedikit membentak Luna.

"Iya dong sayang kamu ini bagaimana sih. Aku bilang mau beli sepatu yang itu ya berarti harus beli. Kamu bilang Minggu ini mau dapat uang lebih kan? Ya sudah langsung dibayarkan, besok paling telat pembayarannya."

"Ya ampun LUNA! bisa-bisa nya kamu seperti ini Luna. Kalau aku tidak dapat uang bagaimana, kalau mobil nya ditarik leasing bagaimana? Kamu mau naik ojek hah?"

"Loh kok kamu membentak aku sih sayang? Kamu kan tau aku tuh kalau mau sesuatu, ya harus dapat. Kamu sebagai suami harus menuruti semua kemauan aku. Ah satu lagi, bulan depan aku mau liburan ke Singapura. Kamu harus siapkan uang nya ya sayang."

Jaki hanya bisa menarik nafas panjang, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti semua kemauan Luna. Jujur saja Jaki hanya memiliki Luna di dunia ini, karena kedua orang tua nya sudah tiada. Ibu nya pergi sejak Jaki masih balita. Lalu saat Jaki lulus SMA, usaha ayahnya bangkrut. Sehingga Jaki menerima tawaran beasiswa dari orang tua Luna. Syaratnya hanya satu, Jaki harus kuliah di Bali. Luna memang benar, jika dia menginginkan sesuatu maka Luna harus mendapatkan nya. Termasuk orang tua nya yang selalu menuruti kemauan Luna. Salah satu nya yaitu mendatangkan Jaki ke Bali. Dua tahun kemudian, ayah Jaki meninggal karena stress. Setelah itu Jaki hanya memiliki Luna sampai saat ini.

"Luna sayang, aku mohon mengerti lah keadaan kita sekarang. Kita kehilangan banyak sekali karena rumah dan tempat usaha kita di Bali semua nya terbakar. Kita harus memulainya dari awal di Jakarta ini." Bujuk Jaki agar Luna mau membatalkan niat nya untuk liburan ke Singapura.

Saat ini adalah masa-masa yang sulit bagi Jaki, selama dua bulan terakhir ia tidak mendapat kan proyek besar. Hanya beberapa pra-wedding atau wedding kelas menengah ke bawah. Beberapa kali ada tawaran pemotretan di majalah besar tapi hampir semua artis atau model nya menolak. Terakhir dia melakukan pemotretan untuk Lala dan Vito dua bulan hang lalu.

"Jaki, kemarin kemarin pemilik gedung datang menagih uang sewa. Kamu harus membayar nya dalam tiga hari ke depan." Kata Luna ketus, seperti tidak peduli dengan keadaan Jaki saat ini.

"Besok aku akan mendapat proyek yang besar, wedding salah satu anak pejabat kaya. Doa'kan saja berhasil."

"Harus." Kata Luna

***

"Jadi anda fotografer Jaki? Saya dengan Lala Manolisa tidak mau memakai jasa anda. Jadi saya juga tidak mau. Sania, tolong Carikan fotografer lain." Kata calon si mempelai wanita kepada Jaki.

"Tapi anda sudah melihat hasil foto saya sebelumnya, bukan kah anda menyukainya?" Jaki merasa sangat kecewa.

"Iya nona Yeri, foto-foto nya sangat bagus." Sania membantu membujuk Yeri.

"Asal kalian tahu saja saat ini Lala Monalisa adalah standar kualitas. Jika Lala tidak ingin menggunakan nya maka aku pun tidak ingin. Titik." Dengan begitu Sania Yeri pergi meninggalkan ruang meeting.

Kini Jaki sedang berada di dalam mobil nya yang masih terparkir di depan sebuah restoran. Dia terus memikirkan apa yang terjadi beberapa bulan ini. "Apakah Lala menyebarkan rumor agar orang-orang besar tidak menggunakan jasa ku? Tapi kenapa, Lala sejahat ini. Aku harus berbicara dengan Lala."

So, I Bought Your Husband ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang