💵 - 23

1.9K 147 3
                                    

Lala tengah berbaring di kamar nya, sesekali dia melihat ke arah jam dinding yang menunjukan sudah pukul satu dini hari. Dia tidak bisa tidur. Banyak sekali yang dia pikirkan. Tentang bagaimana perasaan Jaki terhadapnya? Sungguh tidak bisa ditebak. Kadang Jaki bersikap sangat manis, namun satu Minggu setelah Luna kembali Jaki selalu bersama Luna. Setiap hari nya Lala hanya bisa tidur selama satu sampai dua jam.

Iya memang Lala akhir-akhir ini sangat sibuk dengan kegiatan modeling nya. Jesi yang merasa risih dengan kelakuan Luna, lebih sering menginap di rumah Jeno kekasihnya. Lala akan pulang larut sekali bersama dengan Yuna, diantar oleh pak Soji seperti biasa. Sementara Jaki sudah aktif lagi dengan pekerjaan nya sebagai fotografer. Lala akan berangkat sangat pagi saat Jaki (mungkin) masih tidur, dan akan pulang sangat larut saat Jaki (mungkin) sudah tertidur.

Hari ini pekerjaan Lala selesai lebih awal sehingga dia bisa sampai di rumah jam sembilan malam. Tetap saja dia tidak melihat Jaki di rumah.

"Teh Ima, Mas Jaki belum pulang?" Tanya Lala.

"Tadi jam lima sore sudah pulang mba, tapi cuma sebentar. Lalu pergi lagi bersama mba Luna."

"Oh mungkin mereka makan luar."

"Tapi mba Luna bawa dua koper besar Bu." Kata teh Ima.

Lala tertegun setelah mendengar kalimat terakhir dari Teh Ima tadi. Koper besar? Apa... Tidak tidak. Lala memeriksa kamar Luna. Pakaian nya yang lain masih ada di sana. Lalu Lala berlari ke kamar nya, ternyata pakaian Jaki masih ada disana. Lalu mereka pergi kemana? Apakah liburan? Tapi kenapa Jaki sama sekali tidak memberitahu Lala.

Lala berdiri di depan jendela kamarnya sambil menangis, dia sudah mencoba menghubungi Jaki tapi ponsel nya tidak aktif. "Kamu tega Jak..."

Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggang Lala, kepala nya bersandar di pundak Lala. Dari aroma parfum nya Lala sudah tahu siapa yang sedang memeluknya. "Jaki."

"Hemm aku sangat merindukan aroma ini." Jaki semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku kira kamu pergi." Kata Lala.

Jaki membalikan badan Lala lalu mengusap rambut nya, "pergi? Aku hanya mengantar Luna ke Bandara. Di ingin mengunjungi ibu nya di Bali."

Lala kembali membalikan badan nya membelakangi Jaki, "Jadi dia pergi? Kamu terus bersamanya saat dia kembali, dan mengabaikan ku. Lalu kau menemui ku saat dia pergi." Perlahan air mata Lala mengalir dari pipi nya.

"Hei, bukan begitu sayang," Jaki kembali membalikan badan Lala. "Aku sangat ini menemui mu, tapi sulit sekali karena Luna selalu menghalangi ku."

"Kita tinggal di satu atap yang sama Jaki." Sepertinya Lala tidak bisa menerima alasan apapun dari Jaki.

"Kamu berangkat sangat pagi, dan pulang saat sudah larut. Setiap malam Luna selalu mengunci ku di dalam kamar." Jaki memeluk Lala lagi, kali ini lebih erat, sangat erat. "Percaya lah sayang aku sangat merindukan mu.

Ah sungguh alasan Jaki ini tidak masuk akal bukan? Lala tidak ingin mempercayai nya begitu saja, dan kalau pun Jaki benar, masa iya dia bisa kalah sama Luna? Luna benar-benar bisa mengendalikan Jaki?

"Katakan sesuatu sayang, jangan cemberut lagi." Jaki mengangkat dagu Lala, lalu mencium bibir nya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
So, I Bought Your Husband ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang