28. Past

5.3K 636 22
                                    

1,5 tahun yang lalu

"Lisa, sudah dua hari kau terus demam tinggi seperti ini. Aku takut terjadi apa - apa pada mu"

Lisa hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab. Gadis berponi itu menarik selimutnya lebih tinggi lagi bahkan sampai menutupi tengkuknya.

"Aku tau kau membenci ku. Tapi setidaknya fikirkan diri mu juga Lisa"

"Pergi.... I-irene"Lisa menghempas tangan Irene dengan tenaga yang tersisah. Dirinya benar - benar merasa lemas dan tidak memiliki tenaga sedikit pun.

Perutnya mual serta kepala yang terasa sangat berat dan sakit. Dirinya semakin meringkuk saat kakinya mulai terasa kram dan kesemutan.

"Aku sudah menghubungi Rose kemarin. Malam tadi ia langsung mengambil penerbangan tercepat. Mungkin sebentar lagi akan sampai"

Irene mengambil tempat di sofa single tak jauh dari kasur dimana Lisa berada. Matanya yang lancip tak lepas menatap sosok adik sepupunya yang hanya berbeda beberapa bulan itu.

"Kau butuh sesuatu?"tubuh Irene kembali menegakkan tubuhnya saat melihat pergerakan Lisa yang beranjak bangkit dari tidurnya.

"Aku bisa sendiri"

Baru saja dirinya selesai berucap, tubuh gadis berponi itu tumbang ke lantai apartement"Lisa!"

Irene memekik kuat saat melihat Lisa yang tiba - tiba saja mengalami kejang, bersamaan dengan itu sosok Rose muncul.

"Telfon ambulan segera!"

Anak sulung Park Seungheon itu berusaha meraih tubuh adik kembarnya yang mengalami kejang.

Tangannya terulur penepuk beberapa kali pipi adiknya "Lisa kau dengan aku? Lisa! Ini aku, Rose"

Tak ada respon sama sekali. Tubuh gadis berponi itu tak berhenti bergetar kuat, dengan mata hazelnya yang menatap kosong ke atap apartement "Lisa! Jangan seperti ini ku mohon"

Rose tidak bisa lagi menahan air matanya jatuh membasahi pipi chubbynya. Melihat adik kembarnya yang seperti ini benar - benar membuatnya sakit.

Tak lama beberapa orang dengan seragam rumah sakit datang, memberikan penanganan pertama dan membawa tubuh kurus Lisa menuju rumah sakit.

.

.

.

.

Rose menelan salivanya dengan kasar. Fokusnya tak lepas dari sosok pria paruh baya berjas putih di hadapannya.

"Doktet Smith tak bisa kah kau katakan apa yang terjadi pada adik ku"

Rose menggigit bibir bawahnya saat pria paruh baya yang ia panggil dokter Smith itu menoleh dan menatapnya balik "Aku akan melakukan CT Scan dan MRI"

Gadis blonde itu menatap dokter Smith dengan tatapan terkejut "M-maksud mu? Kau sudah melakukan berbagai tes pada adik ku tadi dan sekarang kau akan melakukan CT Scan dan MRI pada adik ku? Apa yang terjadi?"

Dokter Smith menghela nafasnya sejenak. Mata birunya menatap Rose dengan penuh arti "Aku... aku rasa ada suatu pertumbuhan tidak norma pada tubuh adik mu"

"A-aku tidak mengerti—"

"Lebih tepatnya pada kepalanya. Aku masih tidak yakin dengan jenisnya. Apa ia berupa tumor atau kanker"

Days With You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang