44. Threat

4.4K 507 36
                                    

Rosé terisak dengan terus mencium tangan adik kembarnya itu "Aku tahu alasan mu terus memperjuangkah dua gadis Kim itu, maaf aku pernah meragukan mu. Mulai sekarang aku tak akan pernah mempermasalahkan apa yang kau lakukan"

Lalu diusapnya tangan dingin itu di genggamannya lembut "Kajja, kita hidup seperti keinginan eomma. Jadi kau harus bangun, eoh?"

Rosé membulatkan matanya saat setetes air mata turun dari sudut mata adiknya "Suster! Suster!"

Seorang perawat dengan cepat menghampiri Rosé dengan panik "A-adik ku baru saja menangis? Apa dia kesakitan? Apa dia—"

"Nona, itu pertanda baik. Berarti adik mu merespon akan apa yang ia dengar dan rasakan" jelas perawat tersebut dengan senyuman.

"Apa tidak perlu di periksa dulu?" Tanya Rosé memastikan.

"Tenang saja nona, adik mu baik - baik saja" Rosé mengangguk lantas kembali duduk di sini kasur adiknya.

"Lisa dengar eonnie? Apa Lisa sakit, hm?" Rosé kembali meraih tangan dingin adiknya dan menggenggamnya hangat.

"Wae kenapa Lisa tidak menjawab eonnie, apa Lisa marah. Eonnie di sini, menunggu jawaban mu, eoh?"

Rosé bangkit mengecup kening Lisa lama lalu mengusap perban yang menempel di kepala adiknya itu "Apa ini sakit?"

Pertanyaan itu kembali Rosé lontarkan setiap kali mengingat kondisi adiknya kala itu. Penuh darah dan tak sadarkan diri.

Bayangkan siapa yang tidak akan menangis melihat orang yang sangat ia sayangi dalam kondisi mengenaskan seperti itu.

"Mianhae, eonnie tidak bisa menolong Lisa dan datang lebih cepat" gadis blonde itu mengulum bibirnya sejenak menahan isak.

"Eonnie percaya adik eonnie kuat dan eonnie yakin kau akan membuka mata mu secepatnya"

****

Jennie terdiam di sofa mansionnya. Seminggu ini gadis bermata kucing itu sering termenung memikirkan keadaan sahabatnya yang tak kunjung membuka mata.

Ia rindu. Sungguh ia merindukan saat - saat Lisa yang membuatnya tersenyum karena tingkah konyolnya atau sifat jahilnya yang selalu bisa membuat Jennie tersenyum.

"Kau bilang bahwa kau akan selalu bersama ku. Kau kembali berbohong Lisa~ya"

Jisoo menoleh kala dirinya kembali mendapati Jennie yang menggumamkan nama Lisa dengan mendumal.

"Dasar pembohong. Akan ku potong poni mu saat kau membuka matamu"

Jisoo tersenyum lirih mendengar ancaman adiknya itu "Jennie..."

Gadis bermata kucing itu menoleh dan tersenyum tipis pada kakaknya "Wae geurae eonnie?"

"Kajja, kita ke rumah sakit. Kau tidak ingin menjenguknya?" Jennie mengangguk lantas bangkit dengan memggandeng kakaknya itu.

.

.

.

.

Dokter Jung menghentikan langkahnya saat kembali mendapati adiknya yang termenung seorang diri.

"Jaehyun kau baik - baik saja" pertanyaan itu selalu ia lontarkan untuk mendapatkan respon adiknya.

"Hm" hela nafas berat terhembus kala adiknya kembali menjawabnya dengan gumaman.

Days With You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang