31. New Problems

4.8K 567 9
                                    

Dokter Jung melirik Seungheon sejenak sebelum menaruh perhatian penuh padanya "Tuan, akan lebih baik jika Lisa segera melakukan kemoterapi"

"Bungsu ku akan tersiksa dan aku tidak suka itu terjadi"ucap Seungheon terus menatap kakinya.

"Aku tahu. Aku juga tidak ingin melihat seseorang yang ku anggap seperti adik ku sendiri merasakan sakit di hadapan ku"

Seungheon mendongak saat sebuah tangan menggenggamnya dengan cukup erat "Tapi, tidak kah kau ingin bersamanya dalam waktu yang lebih lama? Aku tahu ia akan tersakiti tapi apa ada cara lain untuk terus mempertahankannya?"

Doktek dengan lesung pipi itu nampak menarik nafasnya yang terasa sesak.

"Setidaknya dia merasakan rasa sakit karena perjuangannya untuk terus hidup dan sehat. Bukan karena menyerah akan menyakitnya"

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Seungheon. Ayah mana yang tidak akan menangis dengan kenyataan bahwa putrinya sedang berjuang melawan maut.

"A—aku takut Gunjoo~ya. Aku takut dia menolak dan tidak ingin melakukannya, bagaimana jika itu terjadi?"

Dokter muda itu tersenyum ke arah Seungheon "Rose sudah menanganinya. Aku percaya Lisa akan sangat luluh pada kakak kembarannya"

Seungheon terdiam sejenak mencerna semua kata - kata Jung Gun-joo. Setelahnya sebuah senyum tipis muncul membalas senyum dari dokter Jung.

"Kita harus membantunya dan terus menyemangatinya. Hanya itu yang mungkin ia butuhkan untuk sekarang"

****

Lisa terdiam, menatap dinding kaca dengan sinar pagi yang perlahan muncul. Hari minggunya tidak seindah harapan.

Gadis berponi itu harus melupakan semua rencananya untuk pergi ke berbagai tempat karena dokter Jung tidak memperbolehkannya pulang selama 3 hari ke depan.

"Lisa, mereka bilang akan datang pagi ini. Apa yang akan kau lakukan?"

Lisa menoleh pada kakak kembarnya itu, matanya yang bulat kali ini nampak sayu menatap Rose "Sama dengan yang kau lalukan tadi malam"

Setelahnya gadis berponi itu kembali menatap dinding kaca di sebelah kanannya membuat Rose menghela nafasnya kasar.

Ia bisa merasakan apa yang Lisa rasakan saat ia tahu dirinya sekarat. Oh lagi pula siapa yang akan pergi bertamasya saat dokter menyatakan mu sebagai salah satu pasien kanker otak stadium 2.

"Hm, soal kemoterapi itu—"

"Ya, aku akan melakukannya" Rose sama sekali belum berbicara panjang padanya mengenai kemoterapi.

Tapi adik kembarnya itu seolah sudah memprediksi semuanya dan.... terlihat sudah siap?

"Kau yakin Lisa? Aku rasa kau tahu apa ya—"

"Iya Rose aku tahu. Aku tahu semuanya, aku mengerti dan aku akan menjalaninya tanpa penolakan. Lagi pula apa gunanya aku menoleh?"

Rose menunduk melihat adiknya yang nampak putus asa dengan keadaan "Lisa, i'm still here with you"

"I know. Maka itu aku mulai merasa takut, mungkin kau terus bersama ku, menggenggam tangan ku dan berada di sisi ku kapan pun. Tapi bagaimana jika aku yang tidak melakukannya?"

Rose berjalan cepat menghampiri Lisa dan memeluknya erat. Gadis blonde itu mulai menangis membayangkan hal - hal buruk mulai memenuhi kepalanya.

"Jebal, jangan katakan itu. Kau bilang kau tidak suka melihat ku menangis, bukan? Maka jangan lakukan itu atau bahkan mengatakannya"

Days With You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang