Pagi ini Sean terbangun dan melihat sang suami tidur di depan kamar dengan hanya beralas karpet dan bantal sofa sebagai bantal nya.
"Maaf ka, aku cuma gak suka kalau kaka bicara seperti tadi malam, aku ini istri kaka, aku cuma mau kasih pelajaran bahwa wanita juga punya hak untuk tegas." Ucap Sean pelan agar Azel tidak mendengar nya. "Kak, bangun." Ucap Sean menggoyangkan tubuh Azel.
"Enghh." Azel mengubah posisi nya menjadi meringkuk.
"Kak ih, bangun." Sean masih terus membangunkan suaminya yang kebo itu. "Kaka!" ucap Sean meneriaki Azel membuat laki-laki itu terlonjak kaget.
"Apa sih, de? ah ngagetin aja." Ucap Azel sembari mengusap wajah nya yang masih mengantuk.
"Sudah pagi, mandi sana!" Ucap Sean berusaha ketus dan pergi meninggalkan Azel yang masih duduk di lantai.
"Ya ampun, apa dia masih marah?" Batin Azel, Azel benar bersumpah ia tak akan memberikan lelucon seperti itu lagi.
"Pagi bunda." Sapa Sean saat sampai di dapur dan mendapati bunda nya sedang bergelut dengan penggorengan.
Bunda menoleh ke arah Sean. "Eh sayang, pagi juga, gimana sama Al? sudah baik-an?"
Sean mengangguk membuat bunda nya tersenyum. "Sudah bun, tapi belum secara resmi, karna semalam Sean menghukum nya untuk tidur di luar kamar. Sean lakukan itu agar Kak Azel bisa mengerti perasaan Sean, bun." Bunda nya tetap tersenyum mendengar penjelasan menantu nya itu, ya bagaimana pun juga yang Sean lakukan tidak sepenuh nya salah.
"Yasudah biarkan saja, kamu mau bantu bunda memasak?" Sean mengangguk, selama ini Sean banyak belajar dari mama mertuanya terutama belajar memasak.
***
"Maaf ya untuk bercanda-an aku yang semalam, aku tau kok aku salah tapi jangan diamin aku kaya begitu. Mending kamu pukul aku aja, sakit nya gak seberapa dari pada kamu diamin aku itu bahkan lebih sakit dari kamu tendang, pukul atau tampar aku, Sean."
Sean yang sedang menggendong anak laki-laki nya itu mendengus kesal. "Berisik banget sih kak! ya ampun, aku udah maafin dari semalam!" Jawaban Sean memunculkan senyum lebar di wajah Azel.
"kamu beneran udah maafin aku?" Azel yang masih tidak percaya pun memastikan nya, saat Sean mengangguki pertanyan nya, dengan cepat Azel memeluk Sean, padahal kini Sean tengah menggendong anak mereka.
"Kak, dedek nya kejepit. Astagfirullah!" Sean Istigfar melihat kelakuan suami nya itu, tapi perlahan senyuman muncul di wajah ibu dari dua anak itu, apa lagi saat melihat Azel menggendong bayi perempuan mereka.
"Kita libburan ber-4 yu." Entah apa yang ada di pikiran Azel ia tiba-tiba mengajak Sean liburan.
"Mereka masih terlalu kecil kak untuk di ajak naik pesawat." Jawab Sean membuat Azel berpikir kembali.
"kalau begitu kita aja berdua." Seru Azel yang malah mendapatkan pelototan maut dari istri tercintanya.
"Terus Iyan sama Anna mau dikemanain?" Ucap Sean sengit.
"Titipkan ke Mama sama Bunda, Aku yakin mereka mau dan mengerti kenapa kita menitipkan Iyan sama Anna." Jawab Azel.
Sean diam menatap suami nya, lalu tersenyum. "Yasudah, kamu urus keberangkatan kita ya." Azel mengangkat wajah nya, terlihat bahwa ia benar-benar senang dan Azel kira Sean akan marah saat mendengar jawaban itu.
"kamu serius?"
Sean tersenyum sebelum menjawabnya. "Seorang istri harus menuruti imam nya bukan? aku hanya sedang menjalankan kewajiban ku sebagai seorang istri, lagi pula membuat suami senang itu mendapat pahala." Azel benar-benar bahagia mendengar penuturan dari istri nya tadi.
Hari ini juga Azel langsung mencari tiket pesawat untuk mereka berdua pergi ke suatu negara.
Tak banyak barang mereka bawa dan segera menuju bandara untuk terbang ke negara tujuan.
Mereka sampai dan selama perjalanan Sean memang tertidur saat sudah landing ia baru membuka mata nya.
Sean kaget saat membaca nama bandara itu, salah satu bandara terkenal di Australia, "Australia?" Sungguh Sean sangat senang saat mengetahui kemana dia di bawa ke Australia oleh suami nya.
Azel menganggukkan kepala nya dengan semangat. "Iya. Negara impian kamu!" Ucap nya dengan senyum yang tak memudar sama sekali.
"Kamu tau kak? Tau dari mana?" Sean menatao bingung, selama ini ia hanya menyimpan keinginan itu dalam hati nya, bahkan orang tua nya pun tak tau jika Sean memiliki keinginan pergi ke negara itu.
"Aku tau semua tentang mu, terutama. Tentang cinta mu!" Sean tersenyum mendengar jawaban suaminya, Sean tidak butuh jawaban dari mana Azel tau yang kini ia ingin kaj
"Aku mencintai mu. My teacher!" Ucap Sean lalu mengecup sekilas bibir suami nya itu.
"Aku lebih mencintai mu, anak murid ku." Sean tertawa mendengar jawaban dari Azel, apakah itu sejenis gombalan? Ah Sean tidak perduli.
Kalau orang orang mengucapkan itu di tempat romantis tidak untuk kedua pasangan itu, mereka mengucapkan nya di depan bandara yang tentu saja menjadi sorotan dari banyak orang disana.
"Ayo, kita cari tempat untuk beristirahat." Sean mengangguk sebagai jawaban.
Sebenarnya Azel memiliki satu rumah di negara itu jadi ia tidak perlu repot-repot mencari tempat beristirahat untuk mereka berdua.
Setelah setengah jam di perjalanan akhirnya mereka sampai disebuah rumah yang bisa dibilang mewah, Sean yang melihat itu hanya tercengang mengagumi betapa indah nya rumah itu.
"Ayo masuk." Ajak Azel, Sean menoleh ia bingung rumah siapa itu.
"Loh? Ini rumah siapa?" Tanya Sean yang masih bingung.
Azel terkekeh mendengar pernyataan istri nya. "Ya rumah aku lah."
Sean menggelengkan kepala nya. "Bohong banget dih!"
"Aku serius, ini rumah aku." Sean mengamati lekat-lekat laki-laki di sampingnya, tak ada raut wajah berbohong atau sedang bercanda, yang artinya ini memang rumah milik Azel.
"Ihh, serius kak." Karna lelah bertengkar akhirnya Azel berjalan lebih dulu menuju pintu rumah karna sedari tadi mereka bertengkar di teras. "Lah aku di tinggal," Gerutu Sean dan langsung mengejar suami nya.
"Mas!" Panggilan Sean berubah, Azel membeku di tempat ,mendengar panggilan Sean yang berbeda dari sebelum nya.
"Kamu panggil aku apa?" Sean terkekeh mendengar penuturan dari suami nya, Sean tau itu tiba-tiba tapi tidak ada salah nya bukan?
"Mas! m-a-s. Mas!" Ucap Sean yang malah menggoda Azel.
Seketika muncul sebuah senyuman indah di wajah Azel, dengan gerakan cepat Azel memnggendong Sean dengan ala Bridal Style dan berlari ke arah kamar yang berada di lantai da, meninggalkan barang bawaan mereka di ruang tamu begitu saja.
Dengan sangat hati-hati Azel menaruh tubuh mungil Sean di kasur, dan dengan gerakan cepat pula Azel sudah berada di atas badan mungil itu. "Les't play, Sayang." Setelah kata-kata itu Azel langsung menyerang Sean dan melakukan nya hingga pukul 4 pagi, sungguh hebat Sean yang kuat menghadapi Azel yang kelebihan hormon itu.
***
Hay guys, tenang aja ini belum ending kok wkwkwk, tinggalkan jejak ya. kayanya aku bakal up part selanjutnya kalau part ini udah mencapai 50 vote aja, biar gak ada yang sider, yang baca alhamdulillah banyak tapi pada sider, kan cape aku mikir terus ngetik. hargai diriku ini lah kawan-kawan.
Love you all. muahhh
KAMU SEDANG MEMBACA
my Bad Posessive husband
Romansa[completed] Si bar bar Sean yang menikah dengan guru nya sendiri karena perjodohan dari orang tua nya. Sahabat kecil nya yang sudah kembali, terus bersama? Atau kembali pada zona nya?