terungkap

3.1K 92 3
                                    

Azel masih menunggu istri nya di periksa oleh teman nya.

Saat teman nya keluar ia langsung berdiri dari duduk nya. "Gimana Mir, kondisi istri gue?" Tanya Azel saat Amira, yang memeriksa Sean keluar dari ruang periksa.

"Di dalem aja yu, biar enak." Kata Amira.

Azel mengangguk mereka masuk kedalam dengan Amira berjalan duluan.

Azel di bawa ke samping Sean dengan tersenyum. "Jangan buat dia ngerasa tertekan atau takut, itu mempengaruhi kehamilan muda nya." Kata Amira memberi tau.

Azel menunjukkan wajah menyesal nya kepada Sean. "Mulai besok kau tidak melanjutkan studi mu, aku tak ingin terjadi apa apa pada anak kita terutama dengan diri mu!" Kata Azel menatap Sean.

"Itu lebih baik kalau menurut ku, dan untuk mu Sean, tolong ya jangan terlalu cape boleh beraktivitas tapi janga terlalu lelah." Saran dari Amira pada Sean, Sean hanya mengangguk saja.

Akhirnya mereka pulang dari rumah sakit saat di perjalanan Sean tiba-tiba ingin sesuatu. "Kak." Panggil Sean, Azel yang menyetir hanya menjawab dengan bergumam tanpa menoleh.

"Aku mau ke puncak." Kata Sean.

Azel bingung dengan perkataan istrinya, ia menepikan mobil nya di jalan yang tidak terlalu ramai.

"Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba ingin pergi kesana?" Tanya Azel menghadap Sean.

"Entah, aku hanya ingin menghirup udara segar disana, aku boan dengan suasana Jakarta." Kata Sean dengan wajah yang masam,btakut tidak di turuti oleh Azel.

"Yasudah, anggap saja ini Al junior yang meminta." Kata Azel dan kembali menjalankan mobil nya.

"Makasih kak." Kata Sean sambil memeluk lengan kiri Azel.

Azel yang fokus menyetir hanya tersenyum dan Sean sungguh senang.

Jalanan hari ini lumayan padat, Sean tertidur pulas di kursi kemudi sambil menunggu kemacetan. "Sean." Panggil Azel membangunkan Sean yang tertidur.

"Emm, kak? Dah sampe ya?" Tanya Sean melihat sekitar, dan sepertinya memang sudah di daerah puncak.

"Belum, tapi ini sudah sore kita harus makan dulu, kasihan kamu dan anak kita, dia butuh asupan." Kata Azel.

Sean melihat sekitar ternyata dia sedang berada di tukang pecel ayam, ya itu makanan kesukaan nya semenjak ia mengandung padahal dulu dia kurang suka dengan pecel ayam, mungkin bawaan baby.

Mereka turun dan makan disana sedangkan di tempat lain Fia dan Fio sedang menggerutu.

"Ah gue kan juga mau pulang kaya si Chryll." Kata Fia.

"Cabut yu." Ajak Fathan yang masih bersama mereka, dan mereka masih berada di gudang.

"Lewat?" Tanya Fio.

"Ikut gue." Fathan berjalan lebih dulu ia menuju belakang gudang, dan yang mereka baru tau kalau belakang gudang ada jalan untuk keluar dari sekolah, pintu nya di buat sama seperti tembok yang ada di sana dan juga di buat gambar mural agar tak terlihat seperti pintu.

"Sejak kapan disitu ada pintu dah?" Tanya Fio, ya Fio sering nongkrong di belakang gudang.

"Udah dari lama sebenernya cuma emang beberapa anak aja yang tau." Kata Fathan.

Fia menunjukan wajah curiga. "Lo kan anak baru, ko tau kalo disini ada pintu rahasia? Sedangkan gue sama Fio aja gak tau. Dan siapa yang Lo maksud? Dari kata kata Lo yang, hanya beberapa orang yang tau." Tanya Fia, dia sudah lama mencurigai Fathan sebenarnya tapi kali ini adalah waktu yang tepat.

Fathan terkekeh, seperti nya cukup sampai sini penyamaran nya pada dua gadis di depan nya itu. "Oke oke, kayanya gue gak emang gak bisa kaya gini lama lama." Kat Fathan sambil terus terkekeh.

"Ikut gue." Kata Fathan.

Fia dan Fio mengikuti Fathan tak terlalu jauh dari sekolah ada rumah yang lumayan besar dan rumah itu sudah cukup lama tak di huni.

"Kenapa ngajak kita kesini?" Tanya Fia.

"Semua pertanyaan lo ada jawaban nya dan jawaba nya ada di dalam." Kata Fathan lalu mengeluarkan kunci dari dalam saku celana nya dan membuka pintu mempersilahkan kedua gadis itu masuk.

Fathan menyalakan lampu, mereka kaget, luar nya memang tampak kumuh, namun dalam nya benar benar rapih dan tertata.

"Itu kan." Ada foto yang Fia lihat, di dalam foto itu ada 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki berumur 4 tahun mereka sedang merayakan ulang tahun salah satu di antara mereka.

"Itu foto nya samudra, kenapa lo bisa punya itu?" Tanya Fio dengan air mata nya ia tahan.

Fathan tersenyum, ia membuka kancing kemeja nya, terlihat lah beberapa bekas luka selain luka yang pernah ia tunjukan pada Sean. "Bagian dada kiri ini karena gue jatoh pas nolongin lo ngambil gelas, gelas nya jatoh gue nya jatoh terus ya jadi lah luka ini." Kata Fathan pada Fia.

Fathan berbalik ada luka sayatan disana. "Ini bekas gue nolongin lo, karena Lo di kejar kejar sama Fia, dan gue kena batang pohon yag lumayan tajam." Kata Fathan pada Fio.

Fathan merapihkan poninya, dan menunjukan bekas luka yang pernah ia tunjukan pada Sean. "Dan ini, ini luka yang gue dapet karena gue nolongin Cherry."

"Sa... Samudra." Mereka berdua tergagap dan langsung memeluk samudra erat.

"Lo jahat, Lo kemana? Kenapa gak balik kita kesepian, kita gak punya ultramen lagi, kita gak punya power rangger lagi, princes kehilangan pangeran nya tau." Kata Fia panjang lebar dengan masih seseguka di pelukan Fathan.

"Maaf ya princess ku, jangan nangis sekarang kalian ikut gue." Kata Fathan mengajak mereka kelantai dua.

Ada 4 pintu disana. Tulisan nya berbeda beda setiap pintu.

'baby Cherry'

'babyola'

'Princessania'

'ultramen nya baby princess'

Kamar milik Sean, Fio, Fia dan juga Fathan.

"Dulu gue bikin ini, karena gue harap kita bisa satu rumah, tapi ternyata Cherry dah nikah dan itu gak akan mungkin terjadi." Kata Fathan.

"Kita bisa ko main kesini, kalo cabut kesini bete kesini, pokoknya Lo harus tetep jadi ultramen kita!" Kata Fia.

Fathan menggeleng. "Kalo ultramen nya kalian mungkin masih bisa, tapi gak mungkin kalo gue tetep jadi ultramen nya Cherry."

"Sahabat tetep sahabat, sampai kapan pun, dan gue yakin ko Cherryl juga seneng lo ada disini, pak Al cuma butuh waktu untuk mengerti keadaan aja." Kata Fio.

"Tidur yu." Ajak Fathan.

Mereka mengangguk dan masuk ke kamar Fathan, karena kamar Fathan yang paling besar, bukan tidak adil, karena dulu walaupun punya kamar masing-masing mereka tetap tidur di kamar Fathan.

Fathan ada di tengah tengah mereka Fia dan Fio tidur menghadap Fathan sedangkan Fathan tidur terlentang.

"Mah, aku kembali, pada princess ku. Aku tau mama senang melihat ini, aku sayang mama, sampai nadi ku tak berdenyut sekali pun."

✴️✴️✴️

Up ni guys

my Bad Posessive husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang