Anne Marie - Friend
...
Kim Bora menatap curiga pada Jaewook yang baru saja duduk di samping Hyeyoon dengan wajah tersenyum bodoh, menurutnya. Sedangkan Hyeyoon wanita itu nampak biasa saja dan terkesan canggung dengan segala interaksinya dengan Jaewook.
Jika Bora perhatikan akhir-akhir ini bukan lebih tepatnya sejak tugas kelompok yang di berikan dua minggu lalu Lee Jaewook teman saudara kembarnya ini selalu mencari kesempatan setiap kali bertemu dengan Hyeyoon terlebih saat di kelas atau kantin fakultas seperti saat ini.
"Kau selalu berjalan duluan saat kelas selesai meninggalkan kami di belakang, Tuan Lee." Ucap Gunjoo duduk di samping Hyeyoon.
Hyeyoon menghela napas panjang begitupun dengan Bora pasalnya sudah hampir seminggu ini Rowoon dan teman-temannya selalu duduk bersama mereka lebih tepatnya mengikuti Jaewook.
Rowoon duduk di samping Bora tepat berhadapan dengan Gunjoo sedangkan Youngdae di sisi lain Bora membuat posisi kedua wanita itu berada di tengah-tengah antara keempat pria. Bukan masalah yang besar duduk bersama pria yang mendadak jadi populer sejak masa pengenalan universitas diadakan yang menjadi masalah adalah banyak sekali pasang mata yang memperhatikan mereka dan membuat tidak nyaman.
"Sister, tidak sopan menghela napas seperti itu pada kakakmu!" Tegur Youngdae menatap Bora dengan tatapan menantang lengkap dengan seringainya yang menyebalkan bagi Bora.
"Ada film baru akhir pekan nanti kau mau menontonnya bersama denganku?" Hyeyoon bergumam bingung lalu melihat layar ponsel Jaewook dimana disana menampilkan poster film luar negeri dengan pemain yang cukup terkenal.
"Aku pernah menonton trailernya beberapa hari lalu memang cukup menarik." Balas Hyeyoon lalu menatap Bora seakan meminta bantuan.
Rowoon bahkan tersenyum kecil memperhatikan raut wajah Hyeyoon yang nampak bingung dan tidak nyaman di saat bersamaan. Menyuapkan kembali potongan sosis kedalam mulutnya Rowoon memperhatikan Jaewook yang menatap Hyeyoon dengan wajah berharap.
"Kita bisa pergi bersama jika begitu." Balas Gunjoo menatap setiap wajah di hadapannya.
"Hyeyoon harus meminta ijin dulu dengan walinya karena tidak tinggal bersama orangtuanya saat ini." Balas Bora menyesap minumannya.
"Jadi dimana orangtuamu?" Tanya Youngdae mengambil potongan telur gulung milik Bora.
"Ayahku bekerja di Swiss hanya untuk sementara."
"Pasti kurang nyaman tinggal dengan oranglain." Gumam Jaewook kemudian membuat Hyeyoon menggelengkan kepalanya menolak argumen Jaewook.
Awalnya Hyeyoon merasa sulit dan kurang nyaman tapi karena keluarga Rowoon sangat baik dan memperhatikannya dengan baik sebagai anaknya sendiri Hyeyoon merasa nyaman kemudian. Terlebih menyenangkan rasanya melihat pertengkaran antara Rowoon dan Saeron di rumah, membuat suasana rumah ramai.
"Keluarga teman ayahku sangat baik jadi aku nyaman disana."
"Tapi Hyeyoon, apa mereka mempunyai anak? maksudku berada di usia yang sama denganmu?" Hyeyoon menatap terkejut mendengarkan pertanyaan Gunjoo lalu tersenyum canggung yang tanpa sadar membuat setiap orang di meja menatapnya penasaran termasuk Rowoon, menyebalkan!
...
Alunan lagu radio mobil membuat Rowoon bergumam dengan pelan menunggu lampu merah berganti menjadi hijau, suasana hatinya sedang baik hari ini mengingat setiap kata yang keluar dari bibir Hyeyoon saat di kantin fakultas.
Sedangkan Hyeyoon mengatupkan bibirnya dengan rapat merasa malu dengan setiap kali kedua matanya menangkap sosok Rowoon, jika bukan karena Gunjoo dan Bora yang terus memborongnya dengan pertanyaan tidak masuk akalnya mungkin Hyeyoon akan baik-baik saja saat ini.
"Kau akan pergi akhir pekan ini?" Tanya Rowoon tepat ketika lampu berubah menjadi hijau dan mobil yang melaju dengan pelan.
"Jika Bora ikut mungkin aku akan pergi, tapi apa bibi Jinkyung mengijinkannya?" Sebenarnya Hyeyoon merasa bersalah jika pergi di akhir pekan seperti ini karena biasanya setiap akhir pekan Hyeyoon akan menemani bibi Jinkyung untuk berbelanja kebutuhan rumah mereka, meskipun Saeron berada di rumah gadis remaja itu terkadang akan menghabiskan akhir pekannya di dalam kamar menonton berbagai film ataupun drama di laptopnya sedangkan Rowoon biasanya pria itu akan tidur seharian jika tidak memiliki janji bermain futsal bersama teman-temannya. Kepala keluarga Kim sendiri memiliki dinas luar kota akhir-akhir ini dan terkadang pulang cukup larut.
"Kenapa tidak tanyakan saja saat di rumah nanti." Balas Rowoon menatap wajah bingung Hyeyoon, "Kau ingin aku yang meminta ijin?"
Rowoon yakin dengan pasti jika ibunya akan mengijinkan Hyeyoon untuk pergi bermain bersama teman-temannya. Ibunya pasti senang jika Hyeyoon akan pergi di akhir minggu, Saeron pernah mengatakan padanya jika ibunya khawatir pada Hyeyoon yang tidak pernah terlihat pergi bersama teman-temannya di akhir pekan dan selalu berakhir dengan membantu Jinkyung dalam membuat kue ataupun menemani Saeron menyelesaikan tugas sekolahnya.
...
"Tentu saja Ibu mengijinkan Hyeyoon untuk pergi bermain, bersama denganmu juga kan Rowoon?" Seperti dugaan Rowoon ibunya menyambut antusias Hyeyoon yang akan pergi di akhir pekan.
Kim Joohun dan Saeron menggelengkan kepalanya melihat sikap berlebihan Jinkyung, Saeron mengambil potongan buah melon lalu menatap kedua kakaknya bergantian dan bertanya, "Kalian pergi berdua itu artinya berkencan?"
"Rowoon!" Joohun menegur Rowoon yang kembali menarik surai hitam Saeron yang dikuncir satu membuat adiknya itu memekik kesakitan dan berakhir saling memukul.
"Kami pergi bersama teman yang lain juga." Balas Hyeyoon dengan wajah memerah.
"Kau ini masih kecil sudah berbicara seperti itu, tidak lupa nilai matematikamu di bawah delapan." Balas Rowoon yang membuat Saeron terkejut pasalnya nilai yang dikatakan kakak laki-lakinya itu sudah dirinya sembunyikan dari ibu apalagi ayahnya yang kini sedang menatapnya dengan tatapan bertanya.
Kim Rowoon sialan!
Hyeyoon menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat tingkah Rowoon yang tidak mau kalah dari adik perempuannya sendiri. Salah satu dari hal lainnya yang Hyeyoon sukai dari rumah Rowoon adalah suasana yang menyenangkan.
"Kau ini bagaimana bisa masuk universitas seperti kakakmu jika nilaimu tidak ada perubahan!" Ucap Joohun dengan tegas membuat nyali Saeron menciut.
Rowoon mengedikkan bahunya acuh menatap Saeron yang menatapnya dengan kesal.
Jinkyung memukul bahu Rowoon dengan kesal melihat tingkah putranya yang membuat Saeron terkena ulahnya.
...
Jinkyung mengetuk pintu kamar Hyeyoon dengan pelan yang tak lama membuat remaja itu tersenyum. Setelah sarapan bersama dan membantu Jinkyung membersihkan dapur bersama beberapa pekerja yang juga membantu Hyeyoon kembali ke kamarnya untuk bersiap.
Beruntung Joohun akhir pekan ini meluangkan waktunya di rumah dan menemani Jinkyung untuk berbelanja kebutuhan rumah bersama Saeron yang tengah merajuk pada Rowoon.
"Kau sudah selesai bersiap?" Tanya Jinkyung.
Hyeyoon mengangguk lalu mempersilahkan Jinkyung memasuki kamarnya. Tidak ada hal yang Hyeyoon persiapkan sebenarnya hanya pakaian santai seperti pergi ke universitas hanya saja Hyeyoon tidak membawa tas ranselnya melainkan tas kecil yang memuat ponsel, dompet, lipstik dan bedak.
Jinkyung jelas menyadari jika Hyeyoon akan pergi bermain bersama teman-temannya tetapi juga bersama putranya. Terlalu antusias dengan acara kedua anaknya tanpa sadar Jinkyung membelikan sepotong baju untuk Hyeyoon.
"Bibi pergi berbelanja kemarin sebenarnya hanya melihat-lihat tapi kedua mataku menemukan pakaian yang mungkin akan cocok kau kenakan, maukah kau memakainya untuk bibi?" Ucap Jinkyung dengan wajah memelas yang membuat Hyeyoon tersenyum kecil.
"Apakah ini tidak merepotkanmu, bibi?"
"Tentu saja tidak, kau ini kan sudah bibi anggap seperti putri sendiri. Ayo kenakan!" Ucap Jinkyung menyerahkan paperbag pada Hyeyoon yang membuat remaja itu tidak bisa lagi menolak dengan bernagai alasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies
Romance10th Korean Story Main Role Kim Hyeyoon Kim Rowoon Usia 19tahun ayah Kim Hyeyoon menitipkannya pada keluarga teman dekatnya meningat jika Hyeyoon sendiri tidak ingin ikut serta dalam perjalanan bisnis sang ayah selama dua tahun. Beruntung keluarga t...