Bag - 24

742 34 11
                                    

Sudah sebulan Rachel dan Jere tinggal di London. Rachel bukannya tidak mau berusaha. Tetapi setiap kali ia berusaha pasti selalu digagalkan oleh Jere. Dan puncak keputus asaannya ketika Jere mengancamnya.

"Kalo kamu masih coba buat kembali ke Indonesia, nelfon orang tua kamu atau apapunlah itu, aku gak segan-segan mencelakai orang yang kamu sayang. "

Di Indonesia juga keluarga Rachel maupun keluarga Mikhael sudah berusaha mencari tapi tetap saja tidak ada hasil sama sekali. Mereka masih terus mencoba untuk menemukkan Rachel.

London, Inggris

"Sayang,kamu mau makan apa? "tanya Jere kepada Rachel.

"Terserah. "kata Rachel. Sikap Rachel lama kelamaan berubah. Ia tidak seramah dulu lagi. Ia sekarang penyendiri. Dan itu semua karena Jere.

Jere selalu mengekangnya. Bahkan ia tidak diberi hp oleh Jere. Tidak boleh bertemen dengan ini,tidak boleh bertemen dengan itu. Dan sekarang ia hanya punya satu teman perempuan, Dinda.

Dinda merupakan blasteran Indo-Jerman. Ayahnya orang Indonesia dan ibunya orang Jerman.

Pernah sekali, Rachel tertawa dengan salah satu teman sekelasnya. Saat itu Jere yang baru kembali dari toilet langsung memukuli teman sekelasnya itu dengan brutal. Bahkan sampai pingsan dan berakhir dirawat dirumah sakit.

Rachel hanya bisa pasrah. Sudah mulai terbiasa dengan keadaan. Walaupun ia sangat merindukan orang tuanya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Lo yakin,lo gak punya perasaan apapun sama Jere? "tanya Dinda ketika Jere sedang memesan makanan. Rachel hanya menganggukkan kepala tanda bahwa ia tidak memiliki perasaan kepada Jere.

"Seriously?!"pekik Dinda. Dan lagi Rachel hanya menganggukkan kepalanya.

"Padahal mah, Jere itu ganteng,baik,tajir,pokoknya the best lah! "kata Dinda.

"The best lo bilang?! Lo gak ngerasaain jadi gue! Di kekang, gak boleh dekat sama temen cowok,diatur ini itu. Percuma juga tajir kalo gak mau beliin gue hp. "kata Rachel.

"Iya juga sih. Tapi lo mau gue beliin hp gak? "tawar Dinda.

"Lo lakuin itu, gue pastiin perusahaan bokap lo bangkrut. "suara dingin menyahuti,Jere.

Mereka berdua menoleh kearah belakang,disana ada Jere yang memandang mereka tajam.

Jere duduk dihadapan mereka. "Dan mulai sekarang lo bukan lagi temen Rachel. Pergi lo! "usir Jere.

"Lo gak bisa kayak gitu dong! Lo tau gak sih, gue cuma punya satu temen dan sekarang lo bilang dia bukan temen gue lagi?! Lo punya otak gak sih! "marah Rachel.

Jere menaikkan satu alisnya. Lalu tersenyum miring. Segera ia berdiri dan menarik tangan Rachel untuk pergi dari kantin.
Rachel mencoba untuk memberontak. Tetapi tenaganya tidak sekuat Jere.

Rachel menoleh kebelakang. Lalu meminta maaf tanpa suara kepada Dinda. Dinda hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Jere kita mau kemana? "kata Rachel.

"Pulang. "jawab Jere singkat,padat,dan jelas.

"Tapi belum waktunya jam pulang sekolah Jere. "kata Rachel mencoba memberontak.

"Kamu berontak lagi, aku buat perusahaan bokap Dinda bangkrut. "Jere memgucapkannya pelan, tetapi penuh dengan penekanan.

Rachel diam, membiarkan Jere menariknya pulang. Ia sangat takut jika Jere udah mulai mengancam. Ancaman Jere tidak main-main.

Rachel pernah tidak mendengarkan ancaman itu. Dan berakhir seseorang terkena ancaman itu.

Setelah sampai di apartmen mereka. Pintu langsung dibukakan oleh bodyguard. Mereka memang satu apartmen. Apartmen yang mewah dan luas. Kamar apartmens yang memiliki dua lantai. Ada dua kamar di lantai dua, yaitu kamar Jere dan kamar Rachel.

Kamar Rachel selalu dijaga dua bodyguard perempuan. Tidak akan mau Jere jika yang memjaga kamar Rachel laki-laki lain.

Jere tetap menarik Rachel sampai kamar Jere. Lalu mendudukkan Rachel dikasur dan berlutut dididepan Rachel sambil menggenggam tangan Rachel. Ia menunduk

"Rachel jangan tinggalin Jere ya! Rachel gak boleh pulang ke Indonesia.  Nanti mereka semua ngambil kamu dari Jere. Nanti Jere sendiri. "Jere memang tak terisak,tetapi Rachel bisa melihat dari punggung Jere yang bergetar.

Rachel hanya diam menunggu Jere melanjutkan bicaranya. Tetapi Jere tidak mulai-mulai bebicara dan ia merasakan berat pada tangan dan kakinya.

Ia memanggil Jere tetapi tidak di balas. Ia mengguncang tubuh Jere tetapi tetap saja tidak ada pergerakan dari Jere. Ia menarik dagu Jere agar menatapnya. Ia mengumpat ternyata Jere pingsan. Bahkan suhu tubuhnya sangat panas.

"Shit! Willy! Willy! "panggil Rachel sambil memegang Willy. Lalu Willy datang tergesa-gesa.

"Ada apa nona? "tanya Willy.

"Bantu aku membawa Jere dan suruh anak buahmu menyiapkan mobil. Kita kerumah sakit. "kata Rachel. Lalu Wikky mendekat dan membantu memapah Jere.

Mereka sampai dirumah sakit. Jere masih diperiksa oleh dokter. Setelah beberapa menit akhirnya dokter keluar dari ruangan.

"Ia terkena tipes. Dan sepertinya ia banyak fikiran dan kelelahan. Setelah ini ia akan dipindahkan keruang rawat inap. Kalau begitu saya permisi. "kata dokter itu lalu pergi.

"Nona biar saya saja yang membayar administrasinya. "kata Willy. Rachel hanya tersenyum tipis.

Lalu dua orang suster keluar mendorong tempat tidur Jere yang mungkin tertidur karena obat. Suster itu membawa Jere keruangan yang akan Jere tempati.

Rachel mengikuti suster itu dari belakang. Lalu mereka masuk keruangan Jere. Lalu setelah itu kedua suster itu permisi untuk pergi.

Rachel mendudukkan dirinya disofa yang ada diruangan itu. Menatap Jere yang masih setia menutup matanya. Rachel bosan disini lalu ia memilih keluar. Ia ingin ke taman.

Saat membuka pintu ia melihat Willy yang menjaga pintu kamar Jere. Saat melihat Rachel ia langsung bertanya apa yang dibutuhkan oleh Rachel.

"Aku hanya ingin ketaman rumah sakit. Dan aku mohon jangan ada yang mengikutiku. Aku hanya ingin sendiri. Aku tidak akan kabur. "kata Rachel langsung pergi tanpa mendengarkan Willy.

Ditaman Rachel hanya memandang kedepan. Ia merindukan orangtuanya. Sangat. Bagaimana keadaan orangtuanya disan? Apakah mereka sehat-sehat saja? Bagaimana dengan Ronal abangnya? Bagaimana keadaan kakeknya? Rachel harap kakeknya baik-baik saja mendengar Rachel hilang. Ia tidak ingin kakeknya sakit.

Rachel menghembuskan nafasnya. Tak terasa air matanya jatuh tanpa sopan santun. Rachel tidak tahan. Tapi ia bisa berbuat apa? Hp saja ia tidak punya, Jere tidak ingin membelikan Rachel hp. Bahkan asal Rachel meminjam hp Jere, ia harus berada tepat disamping lelaki itu.  Jere akan memperhatikan apa yang akan dilakukan Rachel dihpnya. Uang? Bahkan Rachel tidak punya sepeserpun. Saat ia diculik ia hanya membawa badan dan baju yang melekat pada tubuhnya. Yang lainnya tidak.

Rachel membenci dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa diam didalam kukungan Jere. Ingin rasanya Rachel menangis meraung,berteriak tapi percuma. Itu tidak akan mengubah apapun. Itu hanya mempersulit hidup.

Saat sedang melamun tiba-tiba Willy datang dengan nafas ngos-ngosan membuat Rachel tersadar dari lamunannya.

~Heart~

Gimana ceritanya? Masih sama pilihan kalian gak?

A. Jere - Rachel

B. Mikhael - Rachel

C. Rama - Tian

Ada yang mau disampein sama?

A. Jere

B. Rachel

C. Mikhael

D. Kakek Rachel

E. Orangtua Rachel




Heart [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang