Bag - 8

1.5K 72 6
                                    

Kantin sangat ramai. Apalagi para kaum hawa saat melihat ketua osis mereka yang tampannya gak kepalang,ditambah wajah coolnya.

Disaat perempuan ain berteriak histeris,berbeda dengan Rachel yang bergumam,

"Ribut banget sih. Udah tau orang lagi makan juga. Jadi gak selera makankan jadinya. "gumam Rachel. Karena kesal masih banyak yang berteriak,Rachel mendingak melihat apa penyebab kericuhan kantin.
Dan...

Matanya bertemu dengan mata itu,mata Mikhael. Mikhael sempat melempar senyum sambil berjalan mendekat kearah meja yang ditempati oleh Rachel dan sahabatnya. Rachel membuang muka tanpa membalas senyum Mikhael yang semakin mendekat. Perempuan berteriak histeris dengan pd-nya mereka bilang seperti ini,

"bedak,bedak,bedak. Aduh my prince datang kesini!"

"Aduh senyumnya buat gue meleleh. Ayuk sini duduk beb!"

Dan masih banyak lagi teriakan teriakan histeris lainnya yang hanya dianggap angin lalu oleh Mikhael. Bahkan ia melewati begitu saja orang yang dari tadi meneriakinya untuk menyuruhnya duduk.

"Hai Rachel!"sapanya kepada Rachel ketika sudah sampai dimeja yang ditempati oleh Rachel beserta sahabatnya. Rachel hanya tersenyum kecil. Bahkan sangat kecil.

"Apalagi ini?"batin Rama.

"Nanti pulang bareng aku ya?"kata Mikhael sambil mengelus puncak kepala Rachel. Rachel hanya mengangguk. Semua orang yang berada dikantin melongo melihat Mikhael berbicara sangat lembut.

"Yaudah. Aku cuma mau bilang itu ke kamu. Bye!"kata Mikhael sambil keluar kantin. Mila yang sudah penasaran gak kepalang langsung bertanya secara beruntun.

"Ada hubungan apa lo sama si ketos? Kok dia perhatian banget sama lo? Ngelus kepala lo lagi? Ngaku lo! Ada hubungan apa lo sama dia?"tanya Mila.

"Ish...nanti deh gue ceritain. Sekarang gue mau makan dulu."kata Rachel langsung menyantap mie ayam yang sudah mulai dingin.

Sementara itu...

Prak...

Bug...

Preng...

Akh...

Srek...

Preng...

Prak...

"Akh... Kamu ngebohongin aku Rachel! Bangsat! "umpatan terus keluar dari mulut Jere. Kamarnya pun sudah seperti kapal pecah. Kepingan kaca dimana-mana. Alat tulis berceceran. Hancur sudah semua.

"Kenapa?! Kenapa kamu bohongin aku Ra?!?!!"teriak Jere frustasi. Bahkan ia menghiraukan ketukan pintu dari mbok yang sangat kawatir dengan kondisinya.

"Den...den...buka pintunya,den. Jangan kayak gitu den!"teriak mbok dari luar yang diabaikan oleh Jere.

Mbok berlari turun kalantai satu untuk menelefon sahabat Jere.

"Halo, nak Reifan. Ini mbok. Ini, nak Jere ngurung diri dikamar dari semalam. Terus dari kamarnya suaranya ribut sekali. Seperti sedang menghancurkan barang barang. Mbok takut kalau nak Jere menyakiti dirinya sendiri. Terus dari tadi dia nyebut nyebut nama ra begitu. Mbok gak tau siapa ra itu."kata mbok pangjang lebar.

"Ya udah, mbok tenang. Coba nasehati kek apa kek gitu ya,mbok."kata Reifan disebrang sambungan telepon.

"Iya. Makasih ya nak Reifan. Maaf merepotkan."kata mbok.

"Iya mbok."kata Reifan seraya mematikan sambungan telepon.

"Ra... Berarti Rachel dong. Kan Jere sering manggil Rachel dengan sebutan Re. Tapi kok Jere bisa ngamuk ngamuk gitu ya? Dia lago berantem sama Rachel?"tanya Reifan entah pada siapa.

Heart [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang