Bag - 33

451 32 10
                                    

"Maaf. Ini bukan keinginan tim medis tapi nyawa anak anda tidak dapat diselamatkan. Anak anda dinyatakan meninggal dunia. Kami tim medis turut berduka cita!"

Bagaikan tersambar petir siang bolong,wanita itu terjatuh dengan air mata yang berlinang.
Orang yang berada dibelakangnya menutup mulutnya.

Rachel yang kebetulan sedang berjalan berkeliling rumah sakit dengan Rama disampingnya melihat kejadian itu. Ia seperti pernah melihat wanita yang jatuh terduduk itu.

"Yan, kesana!"kata Rachel lalu langsung berjalan menghampiri yang diikuti oleh Rama.

Matanya membulat melihat siapa orang itu. "Tante!"pekiknya. Lalu menyuruh Rama membantunya mengangkat tubuh lemas itu kekursi.

"Tante kenapa?"tanya Rachel menyandarkan kepala orang itu kebahunya.

"Jere... Jere udah gak ada..."katanya lirih sebelum kegelapan menguasai. Mata Rachel membulat begitu juga dengan Rama.

Dokter yang tadi menangani Jere menyuruh suster membawa mama Jere. Rachel langsung bertanya kepada dokter itu.

"Apa benar pasien yang bernama Jere sudah meninggal?" Dokter itu mengangguk.

"Yaampun... Jere... Kalo bisa saya tau kenapa ya dok?" tanya Jere dengan suara parau. "Pasien bernama Jere sepertinya bunuh diri, dengan cara memotong nadinya."

Mata Rachel kembali membulat. sedangakan Rama hanya mendengarkan saja walaupun sedikit kaget. "Apa saya dan teman saya bisa melihat kedalam dok?"

"Silahkan."kata dokter itu lalu berbicara dengan suster.

Rachel dan Rama memasuki ruangan yang terasa sedikit dingin itu. Rachel berdiri disamping tempat tidur Jere. Satu lelehan air matanya jatuh.

"Lo punya masalah seberat apa sih? Sampe-sampe lo milih buat ambil jalan kayak gini." Rachel menghapus air matanya pelan.

Rachel menggengam tangan yang dingin itu. "Tapi mungkin ini jalan hidup lo gue bakalan terima. Gue ikhlas nerima kepergian lo. " lalu setelah itu Rachel keluar dari ruangan.

Hanya tersisa Rama dan Jere diruangan itu. "Semoga lo tenang di alam  sana" setelah itu Rama ikut keluar menyusul Rachel.

"Besok ikut pemakaman?" tanya Rama kepada Rachel ketika sudah sampai di ruangan Rachel. Rachel mengangguk. "Ya udah sekarang tidur,istirahat biar besok bisa ikut."

Rama memakaikan selimut kepada Rachel. Tangan Rama mulai menngelus rambut Rachel. Ia menatap wajah Rachel lalu tersenyum kecil. Meletakkan kepalanya di atas tempat tidur Rachel dengan menghadap wajah Rachel. Setelah itu Rama mengikuti Rachel memasuki alam mimpi.

~HEART~

Hari ini adalah hari pemakaman Jere. Banyak sekali yang ikut kepemakaman. Teman yang mewakili dari sekolah juga banyak. Teman sekelas Rachel dan Jere semuanya hadir. Sekarang waktunya pulang. Murid-muris sudah mulai membubarkan diri.

Mikhael menuntun Rachel yang lemas. Mikhael terus mengatakan 'Ini bukan salah kamu' kepada Rachel. Tadi saat ingin pulang Rachel diberikan surat oleh mama Jere. Surat itu ditemukan oleh papa Rachel saat memasuki kamar Jere. Surat itu ditemukan dimeja belajar Jere. Sebelum pulang Rachel membaca surat itu. Setelah membaca surat itu tubuh Rachel melemas.

Flashback On

"Rachel..." panggil papa Jere. Rachel, Mikhael dan Rama yang baru ingin pulang berhenti dan menoleh. Rachel menyuruh Rama dan Mikhael duluan. Tapi Mikhael memaksa ingin menemani.

"Kenapa,om?" tanya Rachel. Papa Jere menyerahkan surat yang sedikit  ada bercak darahnya. "Om ketemu ini dimeje belajar Jere. Suratnya untuk kamu. Ya udah om sama tante permisi ya." mama Jere hanya tersenyum dan dibalas senyum juga dengan Rachel dan Mikhael.

Rachel membuka surah itu,

Dear Rachel

Kamu jangan nangis ya! Atau mungkin kamu gak bakalan nangis karena kepergian aku. Aku udah relain kamu kok. Iya lah pasti karena sekarang kamu udah gak liat aku lagi. Hehehehehe. Aku sayang banget sama kamu. Kamu tau itu kan?

Tapi ini jalan yang aku pilih. Aku gak kuat. Mungkin memang kita gak berjodoh ya. Kamu dijodohin. Mama juga minta aku jauhin kamu dihari itu. Karena katanya kamu udah dijodohin sama orang lain jadi aku gak boleh ganggu. Aku bucin banget ya. Bunuh diri hanya karena cinta. Tapi gak papa kok hehehehehe. Jangan lupain aku ya? Aku bakalan jagain kamu dari sini.

Makasih ya atas perhatian kamu selama ini. Kebaikan kamu akan aku ingat selalu. Kalo misalnya kamu nangis karena aku udah gak ada, syukur deh. Heheheehehehe. Karena itu artinya kamu sayang sama aku walaupun mungkin gak cinta aku. Gak papa kok. Aku kuat. Sampai sini aja ya. Bye Ratuku!

Your Childish Boy

Jere

Flashback Off

Mikhael membukakan pintu mobil untuk Rachel. Setelah Rachel duduk Mikhael berjongkok. Digenggamnya tangan Rachel.

"Dia gak bakalan tenang kalo terus kamu tangisi." kata Mikhael lembut. Tangannya kanannya terangkat mengelus lembut kepala Rachel. "Udah ya nangisnya. Sekarang kita pulang!" Rachel hanya mengangguk. Mikhael menutup pintu mobil dan memasuki mobil.

Di perjalanan pulang hanya suara isakan kecil Rachel yang terdengar. Mikhael sesekali melihat kearah Rachel. Saat sampai dirumah Mikhael juga menuntun Rachel.

"Gak usah difikirin lagi, ya? Mending sekarang kamu mandi baru itu istirahat. Aku pulang ya?" setelah itu Mikhael mengecup puncak kepala Rachel dan keluar dari kamar.

Rachel menatap kertas yang sampai sekarang masih digenggamnya. Ditepuknya pipinya pelan, "Semangat Rachel!" semangatnya kepada dirinya sendiri.

~HEART~

Hari ini adalah hari keberangkatan Rama ke Jerman. Kini mereka semua sudah di bandara. Tinggal menunggu beberapa menit lagi. Sedari tadi Rama tidak melepaskan genggamannya dari tangan Rachel. Mikhael hanya memandang malas kepada Rama. Mila hanya tersenyum.

Terdengar pemberitahuan bahwa pesawat yg dinaiki oleh Rama akan berangkat. Mereka berempat berdiri dari duduk. Rama menghadap kearah Rachel lalu memeluknya. "Aku pasti bakalan kangen banget sama kamu." bisik Rama.

"Aku juga..." setelah itu Rachel melepaskan pelukannya. "Masuk sana!". Rama berpamitan pada Mila dan juga Mikhael. Rama melambaikan tangannya yang dibalas lambaian tangan juga oleh mereka bertiga.

"Kita pulang sekarang ya?" mereka memasuki mobil  Mikhael.

Selama perjalanan hanya suara hujan dari luar mobil yg terdengar. Rachel menatap kaca lalu menghembuskan nafasnya membuat embun. Lalu ia menulis sesuatu pada kaca 'berpisah' lalu menyanyikan lagu dengan pelan.

'Tiba saatnya...                                                                                                                                                                       

Kita harus berpisah...                                                                                                                                                 

Rachel tersenyum tipis. Mikhael hanya menatap Rachel sendu. Mila juga hanya tersenyum. Setelah mengantarkan Mila, Mikhael mengantar Rachel pulang.

~HEART~

Aku up gesssssss. Maaf kalo kurang memuaskan.

JANGAN LUPA VOTE & KOMENNYA

Heart [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang