Chapter 13

465 37 0
                                    

“Tidak bisakah kau bicara lebih tenang, Ava? Apa sesuatu yang buruk terjadi pada bulan madu kalian?” ejek Jay diiringi tawa yang tertahan.

Aku tidak bodoh, seketika saja pikiran buruk melintas. “Itu artinya kau yang merusak acara bulan madu kami!”

Itu benar, bisa saja bukan? Kejadian tidak menyenangkan beruntun terjadi. Meski jika nanti dipikirkan dengan jernih, Jay pasti tidak memiliki hubungan sama sekali dengan semua yang telah terjadi padaku sejak kemarin.

Aku mengenalnya lebih dari dua tahun. Jay pria spontan yang menyuarakan pemikirannya secara langsung.

Selebihnya, dia hanya pria kaya yang tampan dan sombong.

“Oh, mana mungkin! Aku terus di sini, coba dengarkan.”

Aku menajamkan pendengaranku, mencengkeram erat gagang telepon seolah benda ini bisa memberi apa yang kubutuhkan.

Sayup terdengar suara percakapan Ibu dan Ayah, sedikit jauh, samar. Ada teriakan dan tepukan tangan yang bisa kudengar meski tidak begitu jelas.

Aku yakin itu suara Ayah dan Ibuku. Sedang apa dan di mana mereka? Tidak mungkin mereka ada di rumah dengan teriakan riang serta tepuk tangan.

“Sudah dengar, kan? Aku dan keluarga kita baru saja tiba di kebun belakang rumah Kakekku. Mendadak sekali, semalam, Ibuku meminta kau dan aku bersiap untuk acara ini.”

Jantungku sedikit berdetak, bukan karena takut, tapi memikirkan Neil yang akan kembali kecewa untuk kesekian kalinya.

“Acara apa yang kau maksud?”

“Entahlah, Kakekku tiba-tiba meminta Ibuku untuk menyuruh keluarga kita berkumpul di kebun belakang, katanya makan bersama seluruh anggota keluarga inti Martin dan Vigor.”

“Lalu apa kata Kakekmu tentangku?”

“Kakekku belum turun ke sini. Dia masih minum teh di ruangannya bersama Kakekmu.”

Kacau! Rasanya aku ingin marah dan memukul kepala Jay. Dasar berengsek! Dia mulai tidak bisa dipercaya untuk mengurus sesuatu.

“Ava! Kau masih di sana?”

“Ah, ya aku di sini. Aku baru bisa kembali sore nanti. Penerbangan malam, mungkin.”

“Itu terserah padamu. Aku tidak memintamu pulang, hanya memberitahu hal ini kalau-kalau kau salah bicara saat kau pulang nanti dan Ibumu bertanya.”

“Kau akan mengatakan apa pada Kakekmu dan keluargaku?”

“Akan kukatakan kau sedang berkunjung ke salah satu geraimu yang bermasalah di luar kota.”

“Memangnya kau pikir Ibuku akan percaya?” Aku membentak. Merasa tidak ada yang berjalan baik sejak kemarin.

“Akan kuyakinkan Ibumu dan Kakekku.” Santainya jawaban Jay, justru membuatku sangat tidak yakin. Sama sekali tidak bisa dipercaya!

“Katakan pada Kakekmu aku akan tiba setelah jam makan siang. Katakan juga hal yang sama pada Ibuku.”

“Kau yakin?”

“Lakukan saja dan jangan banyak bertanya!”

“Baiklah, akan kukatakan seperti keinginanmu.”

“Jangan lupa untuk meyakinkan Ibuku. Kau tahu Ibuku sulit dibohongi. Buat dia tidak mencurigaiku sama sekali. Itu tugasmu, Jay!”

“Oh, Ava, itu tidak tertulis di surat perjanjian yang kau berikan padaku.”

“Hei, Jay. Tidak bisakah kau melakukan hubungan timbal balik dan saling menguntungkan? Kau juga akan mengalami kesulitan suatu saat dan aku pasti akan membantumu.” Aku menggertakkan gigi dengan geram.

𝐀𝐌𝐁𝐈𝐕𝐀𝐋𝐄𝐍𝐂𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang