“Katakan, ada apa, Nathan?” Aku sudah duduk cemas yang tidak kuperlihatkan padanya.
“Aku ingin membangun usaha yang mirip dengan bisnismu ini.”
“Lalu?” Ada rasa tidak percaya pada pria yang tampak menggunakan topeng bagiku ini. Dia menyembunyikan wajah aslinya. Aku yakin, dia bukan tipikal seseorang yang seceria ini.
“Kau lupa penjelasan Kakek suamimu kemarin malam?” Nathan menaikkan kedua alis.
“Oh, ah itu ....” Mendadak ingat, aku kesal pada kenyataan bahwa dia jauh lebih peka dariku. Nathan juga tampak lebih pintar dalam menilai seseorang dibandingkan dengan Neil.
Nathan bahkan terlihat seperti sedang menahan tawanya memandangiku yang resah. Dia paham situasi, pintar dalam menilai.
“Jadi, apa yang kau butuhkan? Karena hubunganmu dan Kakek cukup dekat, akan kuusahakan untuk membantu sebisaku.” Aku tersenyum, berpura-pura ramah.
“Aku ingin kau yang merancang segalanya. Mulai dari menu makanan dan minumannya, wadah, atau kemasan untuk produknya. Semuanya ....” Nathan merentangkan kedua tangannya, tersenyum lebar.
Kesal mendengar kemustahilan itu, aku tersenyum canggung. “Maaf, Nathan. Aku bisa merokemendasikan tim-ku yang lebih kompeten dalam bidang itu dibandingkan aku. Mereka akan bekerja cepat sesuai waktu yang telah kau tetapkan.” Jelas, ini penolakan halus. Mana mungkin aku bekerja untuknya. Enak saja!
Di sini, di semua gerai Vigor Food's tugasku sudah sangat banyak. Seenaknya saja dia meminta bantuan yang tidak masuk akal. Bagiku, sangat tidak masuk akal. Berbeda hal jika dia hanya meminta saran untuk bisnisnya.
“Hmm ... itu artinya kau menolakku?”
“Ya ... begitulah,” jawabku cepat. Tanpa berpikir lagi. Untuk apa? Memang aku jelas menolak sejak awal.
Nathan memberi ketukan di atas meja menggunakan telunjuknya. Lalu berdiri, berjalan ke arahku, berhenti di sampingku, cukup dekat.
Memundurkan tubuh, aku mendongak melihatnya. Nathan sedikit membungkuk, dan aku sadar harus memundurkan wajahku juga.
“Baiklah, lupakan tentang bantuan itu, langsung ke intinya saja. Kau bisa menambah satu lagi koleksimu, Ava.”
“Maksudmu?” Aku tahu maksudnya, tapi aku ingin terlihat naif di depan Adik Neil.
“Aku bersedia menjadi idamanmu yang ketiga,” bisik Nathan. Suaranya mirip bisikan hasrat yang menggunung. Sayangnya, aku tidak tertarik. Mulai sekarang, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menambah suami. Tidak juga mengukir cerita cinta dengan Nathan. Harusnya dia menjadi Adikku.
Tapi saat ini, jangankan itu, aku bahkan tidak terprovokasi oleh sebutannya tentang ‘koleksi’ dan ‘idaman’ jadi lupakanlah, Nathan Lewis Harrison, Kakakmu pria baik, jangan menusuknya dari belakang.
Jika bukan aku, sepertinya Neil tidak akan pernah mengungkap siapa istrinya pada Nathan. Sungguh, Neil akan terus menunda memberitahu Nathan dengan alasan belum saatnya.
“Bagaimana?” Napas Nathan sudah sangat terasa di pipiku. Aroma mint. Ternyata, sejak tadi dia menunggu jawaban.
“Tidak, Nathan,” gelengku cepat.
“Karena aku Adik iparmu?”
Kedua mataku sempat membulat sesaat, tapi kukembalikan dengan cepat dalam kondisi normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐌𝐁𝐈𝐕𝐀𝐋𝐄𝐍𝐂𝐄
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐀𝐯𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐲 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚. 𝐀𝐯𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐲 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐚𝐢𝐧-𝐦𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠...