nara dan dowoon masih sama-sama bungkam. di dalam mobil ini, tak ada yang memulai pembicaraan. dan itu sudah berlangsung sekitar 15 menit, semenjak mereka sudah sampai di depan rumah nara.
"ga bakal turun?" dowoon memecah keheningan.
bukannya menjawab, nara masih saja menahan tangisnya.
"masih pengen nangis?" tanya dowoon.
nara tak menjawabnya lagi.
"yaudah, kalau masih pengen nangis, kita jangan diem di depan rumah lo gini. lo mau kemana sekarang?"
lagi dan lagi, nara bungkam. seperti tak menganggap ada dowoon di sampingnya.
dowoon diam. otaknya mulai berpikir keras sekarang.
nara dari tadi hanya diam. dia juga terus menahan isakan tangisnya. itu berarti nara belum meluapkan semua tangisannya.
akhirnya dengan ragu, dowoon menjalankan mobilnya. tapi jujur, dia sendiri pun tak tau akan pergi kemana.
"mau bawa gue kemana?" tanya nara tiba-tiba.
dowoon menoleh, sedikit berpikir untuk menemukan jawaban yang bisa menenangkan nara, "kita pergi ke tempat yang bisa nenangin hati lo."
nara diam, dia pun tak tau kenapa dia diam setelah mendengar jawaban dowoon. dia merasa, dirinya akan aman asalkan bersama dowoon.
pemahaman gila dari seorang nara, lagi.
di perjalanan pun, dowoon memaksa otaknya untuk bekerja. mencari satu tempat yang menurutnya cocok untuk membaikkan suasana hati.
dan akhirnya, seolah mendapat pencerahan, dowoon tau tempat yang akan dia tuju sekarang.
tanpa ragu lagi, dia menancap gas untuk pergi ke tempat itu.
e r r o n e o u s
"ayo turun."
dowoon membuka pintu yang berada di samping nara, dan mempersilahkan nara untuk keluar dari mobil.
matanya masih sembap. bahkan di dalam mobilnya banyak tisu yang berserakan, akibat nara yang tak henti-hentinya menangis.
nara mengikuti dowoon di belakangnya, tapi, dowoon langsung mendekati nara, dan menggenggamnya. dan akhirnya, mereka berjalan bersama-sama.
dowoon dan nara sudah sampai di tempat ini. tempatnya berada sedikit lebih tinggi, dan mengharuskan, mereka berdua berjalan menanjak untuk mencapainya.
mereka pun sama sama menghembuskan nafas nya, merasa bahwa satu hari ini adalah hari yang berat.
"ini bukan tempat bagus banget sih. tapi, kalau setiap gue cape, gue stress, gue pasti pergi kesini." ujar dowoon.
nara memperhatikan lingkungan sekitar. tempatnya memang tak terlalu ter-ekspos. tapi pemandangan kota malam di sekelilingnya sangat nyaman untuk dipandang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"jadi, lo kenapa?"
dowoon melihat ke arah nara, yang sepertinya sedang menikmati angin malam yang berhembus.
ya, dowoon masih tak tau apa penyebab nara menangis sampai saat ini. di awal, dia masih tak ingin bertanya apapun kepada nara. dia hanya terpikirkan, bagaimana cara untuk menengkan nara.
tapi sepertinya, sekarang nara sudah mulai tenang. jadi dowoon berani menanyakan hal itu.
"gue yakin, lo pasti tau kenapa gue kaya gitu." jawab nara.
"hanbin? dahyun?" terka dowoon, yang langsung di angguki oleh nara.
"sebenernya gue gak mau kaya gini. keliatannya gue lemah, ya ga sih? cuma karena cowo, gue jadi ngelakuin hal bodo kaya gini. tapi sumpah, gue gak bisa tahan diri gue."
akhirnya nara mau berbicara panjang kepada dowoon. dan dowoon mengerti tentang perasaan nara saat ini.
"ra, gue tau waktu 3 tahun itu gak singkat. pasti banyak banget hal yang lo sama si hanbin itu lakuin bareng. tapi gue yakin lo ga bodo kaya apa yang lo bilang tadi. udah waktunya lo pergi. udah waktunya lo buat lepasin dia." seru dowoon, lalu melirik ke arah nara, "lo cantik. lo baik. ya, walaupun agak nyebelin. tapi gue yakin, baaaaaa-nyak banget cowo di luar sana yang bisa jaga perasaannya cuma buat lo doang."
"dia mungkin emang cowo yang baik. tapi dia bukan yang terbaik buat lo."
dowoon menambahkan kalimatnya, dan membuat nara tertegun. sampai-sampai, setetes air mata kembali turun dari matanya.