ketujuh

75 20 0
                                    

keesokan paginya, nara seperti biasa pergi kuliah. karena hari ini ia mendapatkan kelas pagi dadakan, dia pun agak terlambat.

berlari dari gerbang utama, sampai ke gedung fakultas nya cukup memakan waktu yang lama. dan di jalan, karena larinya yang tak ter kontrol itu, dia menabrak seseorang.

"ah anjir. pake acara tabrakan, kaya sinetron aja." tukas nara, sambil kembali berdiri, dan memunguti beberapa bukunya yang terjatuh.

"sorry, gue buru-buru. kalau lo mau minta tanggung jawab, gue anak psikolog. dateng aja ke gedung psikolog. lo pasti liat gue." lanjut nara, tanpa melihat siapa yang dia tabrak tadi, dan melanjutkan larinya untuk mengejar waktu.

seseorang yang nara tabrak sebenarnya tak terluka sama sekali, dan hanya barang bawaannya saja yang berserakan di bawah.

sambil memunguti buku buku nya juga, dia menemukan satu buku yang tidak ia kenal. bersampulkan kertas berwarna hitam, dan di beri stiker di depannya, bertuliskan nama seseorang.

"nara," gumamnya.

e r r o n e o u s

"gila ra, parah sih lo. kenapa baru cerita itu ke gue sih, huh? cerita se gokil itu tuh harusnya langsung lo bilang ke gue."

rose, sedang memprotes kepada nara. karena nara, baru menceritakan tentangnya dan dowoon itu kepada rose. semua tentang asumsi asumsi buruknya yang terjadi, bahkan sampai sekarang.

kini mereka sudah pulang dari kegiatan belajarnya di universitas. dan sekarang, mereka sedang makan di sebuah cafe langganan.

"tapi, dia cakep ga?" tanya rose, yang membuat nara memutar bola matanya, malas.

"dia tuh anggota band enamhari asal lo tau."

dan, ucapan nara tadi membuat rose menutup mulutnya yang terbuka lebar sekarang.

"apasih lo? lebay banget." desis nara, melihat tingkah laku sahabatnya itu.

"eh, serius lo ra? ga boong 'kan? anggota band enamhari, yang band nya tuh lagi rame banget di omongin itu?" rose memastikan ucapan nara.

"ngeboong ga bikin gue tajir." nara menghembuskan nafasnya kasar, "lagian juga masih tinggian ratting band gue dari pada band itu."

"terserah lo mau bilang apa, tapi jangan bilang kalau dowoon itu drummer nya enamhari?" rose menerka, dan nara hanya mengangguk.

"eh, lo ngangguk? ngangguk berarti iya kan? ih sumpah lo ya. bener bener jadi cewe. semenjak di putusin si hanbin jadi begini nih. ketutup tuh mata." ujar rose, dan menimbulkan ekspresi tak terima dari wajah nara.

"heh, maksud lo apa, hah?"

"ya iya lah. nih ya, nara. drummer band enamhari tuh ganteng bangettttt. sumpah. banyak tuh ciwi ciwi yang demen sama dia. dan lo gamau lagi buat ketemu dia, gara gara argumen konyol lo yang baru kebukti 3 kali itu?"

"emang bener." jawab nara.

"ra, gue tau lo anak psikolog. gue tau lo bisa ngebaca gerak gerik manusia. tapi lo tuh bukan anak roy kiyoshi yang bisa ngebaca masa depan." rose memberi jeda pada ucapannya, "gimana kalau lo tuh emang di takdirin sama dia? tuhan sengaja nemuin kalian berdua di situasi yang kaya gitu, dan bikin kalian nantinya bakal– hmmpp"

karena geram, nara menjejalkan kue milik rose ke arah mulutnya, sampai rose tak bisa lagi melanjutkan ucapannya. "udah ya, udah. gak usah ngomong kemana-mana. makan aja tuh kue. kalau bisa piring sama garpunya lo abisin."

e r r o n e o u s

"ke rumah bang ceye dulu, ya. mau ngambil makanan dari mamah." ucap nara, kepada rose.

fyi, nara memanggil ibu chanyeol itu dengan sebutan, 'mamah'. sedangkan chanyeol, memanggil ibu nara dengan sebutan, 'bunda'.

rose sekarang akan menginap di rumah nara, karena hari ini adalah malam minggu.  ya, maklumi saja. mereka berdua jomblo.

saat sampai di rumah chanyeol, nara pun masuk kedalam dan mengajak rose untuk masuk. tapi rose menolaknya,

"ga enak. lagi banyak orang. temen band lo kayanya. gue tunggu di luar aja."

nara pun menyetujuinya. lagipula, dia datang hanya untuk mengambil makanan.

di dalam rumah tak ada siapapun yang nampak. ruang tamu pun rapi. tapi banyak sekali motor yang terparkir di luar.

tanpa memedulikan itu, nara melanjutkan langkahnya dan memanggil ibu chanyeol.

"mamah! mah! ini naraaa!" teriaknya.

jangan tanya seberapa tinggi nya nada suara itu saat nara berteriak. dan sepertinya, satu rumah akan mendengarnya.

bodoamat, toh tak ada siapapun disini. dan kalaupun ada, itu pasti teman satu band nya. atau ya, teman chanyeol yang lainnya.

"eh nara. kamu tuh ya kebiasaan, gak pernah salam dulu." seru ibu chanyeol, saat sudah mendengar teriakan nara.

"udah kok mah, tadi waktu masuk." nara menunjukan gigi-giginya.

"sini ke dapur. makanannya ada di dapur." ajak ibu chanyeol.

nara menurut dan mengikutinya.

"mah, ada siapa sih? kok banyak banget motor. abang abang band ya?" tanya nara, dan di angguki oleh ibu chanyeol.

nara pun hanya ber-oh-ria melihatnya.

"tapi bukan anak band kamu sama chanyeol. itu, anak band temennya si chanyeol, pada maen ke sini." ujar ibu chanyeol, saat telah memberikan beberapa makanan dan mengantar nara untuk keluar.

"hah? tapi tadi di depan kosong. pada di studio apa?"

"iya, udah dari tadi sih. kayanya sekarang udah pada di ruang tamu."

dan benar saja, saat nara dan ibu chanyeol hendak melewati ruang tamu, nara melihat beberapa manusia sedang memainkan alat musik petik disana.

dan, ada dowoon.

"heh nara. lo tuh kalau teriak bener-bener ya. kecilin napa. bisa bisa rumah gue ambruk." keluh chanyeol.

"loh, kok bisa denger teriakan nara? bukannya kalian tadi di studio? kan kedap suara." tanya ibu chanyeol.

"waktu nara teriak, kita pindah ke kamar chanyeol. dan terpampang jelas lah suara menggelegar seorang nara di telinga band enam hari. langsung pada kaget semua." ujar chanyeol, yang membuat nara membeku di tempat.

ini bumi gak minat nelen gue sekarang apa?



–tbc




erroneous (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang