Chapter 9 ~ Waiting for You

659 107 5
                                    

"What a day" gerutu Myungsoo menyandarkan tubuh rampingnya dalam sandaran kursi mobil sportnya. Myungsoo menutup matanya dengan lengannya.

Myungsoo tau berurusan dengan Seolhyun memang selalu merepotkan, tapi Myungsoo jelas tidak berpikir akan semerepotkan ini. Perasaanya sedikit bersalah, sudah bersikap kasar pada seorang wanita.

Myungsoo juga mememiliki hati, dan Myungsoo juga punya seorang kakak perempuan. Kakak perempuannya itu selalu mengajarkan Myungsoo untuk menghargai wanita dan bersikap baik.

'Bagaimana jika ada pria yang bersikap buruk padaku? Ingatlah setiap perbuatan kita selalu kembali kekita juga?! Kau tidak mau kan karena kau selalu bersikap kasar pada wanita, aku juga harus mengalami hal yang sama?' itu kira-kira ucapan Sooyoung uang selalu terngiang ditelinga Myungsoo.

Tapi mau bagaimana lagi? Bukankah sikap Seolhyun hari ini sudah berlebihan? Gadis ini selalu saja membuat Myungsoo pusing. Lagian bukan salah Myungsoo sepenuhnya jika dia bersikap kasar, para wanita selalu memberinya alasan untuk kasar dengan mereka.

"Hufttt" Myungsoo membuang nafas berat.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jiyeon yang dari tadi diam. Tidak ada jawaban dari Myungsoo, Jiyeon menatap Myungsoo yang masih menutup wajahnya dengan lengan, Seems like have a lot in his mind.

"Kau ingin aku yang mengemudi?" usul Jiyeon, Myungsoo mengangkat lengannya yang menutup matanya. Menatap Jiyeon yang juga menatapnya, Myungsoo teringat kejadian sebelum Seolhyun mengacaukan momentnya dengan Jiyeon.

Myungsoo mengikis jarak diantara mereka lagi, memastikan tidak akan kehilangan moment kali ini. Myungsoo mencium Jiyeon cepat, mengecup bibir yang seolah candu baginya akir-akir ini. Jiyeon tidak menolak penyatuan bibir mereka, membiarkan Myungsoo bergerak lebih.

"Katamu kau ingin mengemudi untukku" ucap Myungsoo memecah kecanggungan setelah ciuman panas mereka. Dengan canggung Myungsoo keluar dari mobilnya, menarik nafas dalam-dalam akan rasa sesak dan perasaan gugup yang aneh didadanya.

"Aku sudah set GPS kearah rumah, kau hanya perlu ikuti saja" ucap Myungsoo yang baru saja berpindah dikursi penumpang. Selain Sooyoung belum pernah ada wanita lain yang mengemudi untuk Myungsoo, bukankah biasanya para gadis lebih senang duduk manis dan membiarkan para pria lah yang mengemudi.

'Gadis ini memang berbeda' Myungsoo harus akui itu.

"Kita langsung pulang?" tanya Jiyeon yang sudah ada dibalik kemudi

"Memang kau mau kemana lagi?" tanya Myungsoo balik. "Aku lelah, bisakah acaramu ditunda saja sampai besok?" tolak Myungsoo bahkan tidak memberi kesempatan Jiyeon untuk menjawab, gadis ini mengerucutkan bibirnya merajuk.

"Aku lelah Jiyeon" keluh Myungsoo melihat ekspresi merajuk Jiyeon, "Aku hanya ingin berendam air panas dan sebotol whiskey saat ini"

"Ck, kau sudah menghabiskan sebotol Whiskey hari ini" tegur Jiyeon dengan nada tak suka, Jiyeon merubah tujuan akir di GPS.

"Ck! Kau mau kemana sih?!" Myungsoo mulai tak sabar, lupakan tentang gadis ini berbeda ternyata Jiyeon sama menyebalkannya.

Jiyeon menyodorkan gelato Vanilla dihadapan Myungsoo, Myungsoo terpaksa menerimanya karena gadis ini memaksa.
"Jadi ini yang kau maksud lebih baik dari wine dan berendam air panas?" komentar Myungsoo dengan sinis pada tunangannya yang sudah duduk disisinya.

"Hm, bukannya udah segar begini lebih baik" komentar Jiyeon menarik nafas dalam-dalam. Jiyeon sengaja mengajak Myungsoo duduk dipinggiran sungai Han menikmati udara malam yang segar lengkap dengan cone gelato vanilla ditangan mereka.

"Kau tau dari pada wine, vanilla gellato lebih efektif untuk meningkatkan mood yang buruk, jadi lebih baik kau makan gelatto dari pada terus-terusan minum" nasehat Jiyeon sambil menikmati gelato vanilla dihadapannya.

"oiya?" komentar Myungsoo dengan malas, "Ok biar aku coba dulu"

Myungsoo menyentuh dagu Jiyeon dan menariknya mendekat kearahnya, mengecup lagi bibir manis itu. Merasakan rasa vanilla yang manis dari gellatto didalam bibir Jiyeon. Mata Jiyeon membulat lebar, saat Myungsoo mengecupnya tiba-tiba.

"Vanilla" komentar Myungsoo dengan tatapan menggoda setelah melepas ciumannya. "Kau benar moodku jadi lebih baik" tambah pria ini melempar senyum menggoda kearah Jiyeon yang masih mematung.

"Apa kau tidak bisa berhenti menciumku!!" jerit Jiyeon setelahnya. Jiyeon memukul lengan Myungsoo tanpa ampun.

"Siapa yang menciummu" tolak Myungsoo menangkap tangan Jiyeon diudara, "Aku kan cuman mencoba gellato yang kau bicarakan bisa memperbaiki mood"

"Kan kau bisa mencoba langsung dari conenya" tatapan mereka beralih pada gellatoMyungsoo yang sudah tergeletak tak berdaya ditanah. Myungsoo mengangkat bahunya dengan ringan, seolah mengatakan itu kan bukan salahku.

"Belikan aku yang baru sana" perintah Myungsoo tanpa dosa, Jiyeon menatap pria ini tidak terima. "Kalau gak mau ya gak apa sih, toh masih ada cara yang barusan" goda Myungsoo mendekatkan dirinya lagi kearah Jiyeon. Menangkap dagu Jiyeon kearahnya dan plak!

Jiyeon menepis tangan Myungsoo, memutar bola matanya dengan kesal Jiyeon akirnya menyerah. "Ok aku belikan yang baru! dasar pria mesum" komentar Jiyeon sebelum pergi bersungut-sungut meninggalkan Myungsoo.

Myungsoo tertawa ringan dibalik punggung Jiyeon. Menatap punggung gadis yang menjauh itu, Myungsoo menyapukan ibu jarinya pada bibirnya sendiri. Myungsoo tersenyum mengingat kejadian barusan.

Bersama dengan Jiyeon suasana hatinya jauh lebih baik, banyak hal-hal baru yang dialaminya setelah bertemu dengan gadis ini. Myungsoo menarik nafas dalam-dalam menikmati udara segar disekitaran sungai Han. Sudah lama Myungsoo tidak merasa sedamai ini.

Sudah hampir 2 jam Sandara menunggu Myungsoo di beranda rumah pria itu. Udara mulai terasa menusuk, Sandara megosok kedua tangannya mencari kehangatan. Kepala pelayan meminta Sandara untuk menunggu didalam saja, karena angin malam tidak baik untuk kesehatan menurut wanita paruh baya itu.

Tapi Sandara tetap berkeras menunggu diluar, gadis itu merasa lebih nyaman disini. Harusnya Myungsoo sudah kembali sekarang ini hampir jam 10 malam dan besok bukan hari libur, Myungsoo pasti akan datang sebentar lagi. Sandara yakin itu. Dia hafal kebiasaan Myungsoo yang tidak pernah pulang larut di-weekdays seperti ini.

Mobil Sport hitam mengkilap memasuki pekarangan rumah, Sandara ingat itu mobil yang sama yang digunakan Myungsoo hari ini. Samar-samar Sandara bisa melihat pria itu tidak sendirian disana, seorang dengan rambut panjang duduk disamping Myungsoo, seorang gadis.

Myungsoo tidak pernah membawa gadis pulang kerumahnya. Sandara jelas hafal dengan kebiasan Myungsoo yang satu itu. Hatinya tidak nyaman, kenapa dalam waktu sebulan Myungsoo banyak berubah seperti ini. Serasa Sandara tidak mengenali pria ini lagi sekarang.

Sandara mengigit bibirnya dengan gugup, Pria tampan itu turun dari mobilnya dengan gagah. Mata mereka bertemu, mata elang hitam yang tajam menatap terkejut kearah Sandara.

"Myungsoo" panggil Sandara dengan suara lembutnya. Sandara menyunggingkan senyum terbaiknya. Pria itu hanya menatapnya tajam tanpa niat membalas sapaan gadis itu. Suara pintu mobil yang tertutup mengalihkan perhatian kedua insan ini.

Deg!!
Seorang gadis dengan rambut panjangnya yang indah menyusul Myungsoo keluar dari dalam mobil. Gadis itu melangkah dengan anggun selayak seorang model profesional yang melenggang diatas catwalk.

"Park Sandara???" seru gadis itu tak kalah terkejut dengan Sandara yang juga menatapnya terkejut.

"Apa yang kau lakukan disini???" seru Sandara dan Jiyeon bersamaan.

"Jiyeon!" seru Myungsoo memecah keheningan janggal antara Sandara dan Jiyeon

"Ayo masuk!" perintah Myungsoo sambil menarik tangan Jiyeon yg masih dilanda kebingungan.

Sandara dengan cepat menarik tangan Myungsoo yang bebas menahannya dan berkata "Myungsoo aku menunggumu, bisakah kita bicara?!"

VANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang