Chapter 19 ~ Persimpangan Takdir

618 98 4
                                    

Sandara berlari meninggalkan kediaman Keluarga Kim sekuat tenaga, kediaman ayah tirinya ada diujung blok ini. Hati Sandara sakit, rasanya sudah tidak ada kesempatan lagi banginya, sepertinya hati Myungsoo sudah bukan untuknya lagi. Dan lagian Myungsoo membencinya!

Sandara bisa lihat kilat kebencian dimata yang biasa nenatapnya lembut itu, Myungaoo sangat membencinya. Kenapa dia bodoh sekali untuk apa datang kerumah itu lagi, untuk apa menanyakan hal-hal bodoh begitu pada Jiyeon dirumah Myungsoo, Myungsoo pasti akan lebih membencinya saat ini. Lagian apa haknya untuk menanyakan semua itu pada Jiyeon.

Sandara menangis ditepi jalan, hatinya sakit. Apa yang harus dilakukan sekarang agar Myungsoo mau mendengarkan penjelasannya. Sepertinya tidak ada harapan lagi bagi Sandara. Mungkin sudah saatnya merelakan Myungsoo.

Berjalan tanpa arah Sandara justru berhenti disebuah taman kosong didekat tempat tinggalnya, karena itu kawasan elit tidak ada anak-anak kecil berlarian atau para ahjumma yang bergosip disekitar taman. Sandara sering menghabiskan waktu disini sejak ia pindah kerumah ayah sambungnya, ayah Jinyoung. Sandara menghela nafas, memandang langit sore berawan diatasnya yang terlihat begitu damai.

'Apa aku juga akan sedamai itu ya.. jika Aku melepaskan Myungsoo?' tanya Sandara sambil mengangkat tangannya keudara, seolah ingin meraih langit sore itu dalam gengamannya.

"Kau baik-baik saja Sandara-ssi?" tanya Chanyeol yang sudah duduk diayunan  disamping Sandara.

"Chanyeol-ssi? Sejak kapan kau ada disini?" tanya sandara terkejut dengan kehadiran tiba-tiba pria jangkung ini, pria ini memang selalu ramah sejak awal. Dengan cepat Sandara menghapus air matanya.

"Sejak kau berlari sambil menangis dijalanan" sahut Chanyeol dengan senyum prihatin diwajahnya.

"Nde?"

"Aku baru saja keluar dari rumahmu, saat kau berlari seperti orang kesetanan melintas didepan mobilku" terang Chanyeol menjelaskan bagaimana awalnya dia melihat Sandara, sampai akirnya Chanyeol putuskan untuk mengikuti sigadis yang terlihat begitu menyedihkan.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Chanyeol khawatir, "Omo! Jangan bilang Jinyoung mengusirmu dari rumah?!!" tanya Chanyeol dengan nada penuh kengerian. Mengingat tabiat Jinyoung itu mungkin saja sih, tapi masa iya sahabatnya itu sampai berbuat sejauh itu. "Kalau memang dia berani mengusirmu kau laporkan saja pada ayahnya, atau kau mau aku antar ke tempat.."

"Bukan, bukan, bukan begitu Chanyeol-ssi" potong Sandara cepat. Menghentikan imajinasi liar Chanyeol yang berlebihan. "Jinyoung tidak mengusirku, lagian Jinyoung sudah tidak pernah memggangguku lagi sekarang"

"Baguslah, lagiankan bukan salahmu juga kalau ayahnya menikahi ibumu. Beri Jinyoung sedikit waktu" komentar Chanyeol dengan jujur. "Jadi apa yg membuatmu menangis seperti itu?" tanya Chanyeol peduli

Sandara tidak yakin bagaimana menjawab pertanyaan Chanyeol, dia tidak sedekat itu dengan pria itu untuk berbagi kisah cintanya. Lagian pria ini sahabat Jinyoung, mungkin saja kan pria ini justru bercerita pada Jinyoung dan malah membuat masalah baru untuk Sandara.

Jinyoung sudah bilang dengan tegas bahwa selama Sandara tidak mengganggu Myungsoo, Jinyoung juga akan berhenti mengganggunya. Kalau Jinyoung tau Sandara datang kerumah Myungsoo mungkin hidup Sandara akan seperti dineraka lagi

"Tunggu sebentar" pamit Chanyeol dengan sopan pada Sandara, sipria jangkung menerima panggilan telephone diponselnya "Nde noona, kau sudah sampai?", Chanyeol melirik kearah Sandara sedikit, tampak menimbang nimbang dan akirnya membuka suara lagi "Aku sekarang ada urusan mendadak Noona, bagaimana kalau kursusnya kita ganti hari lain saja, Mianhe" gadis diujung telp terdengar kesal pada sipria imut ini"Mian, Noona. Jangan marah, kau hitung saja pertemuan hari ini. Aku akan membayarnya. ok? Ok, sampai bertemu besok"

Sandara mendengus, iya itulah bagaimana cara anak-anak orang kaya ini menyelesaikan masalah. Dengan menghamburkan uang orang tuanya.

"Kalau kau masih ada urusan lain tak perlu sungkan Chanyeol-ssi" ucap sandara setelah Chanyeol menutup telpnya. Sebenarnya Sandara berharap Chanyeol pergi saja, supaya dia bisa menyendiri dengan tenang. "Kau tidak perlu menemaniku" tegas Sandara pada sipria jenaka.

"Wae? Wae? Wae?" ser Chanyeol dengan nada jenakanya yang mau tidak mau membuat Sandara terkikih juga.

Chanyeol sendiri tak paham apa yang sebenarnya dilakukannya disini dengan saudara tiri Jinyoung ini. Gadis ini memiliki riwayat yang kurang baik diarea pertemanan Chanyeol sebenarnya. Bagaimanapun gadis ini sempat jadi pemicu keretakan persahabatan Jinyoung dan Myungsoo. Tapi hati nuraninya tetap tergerak saat sore ini, Chanyeol melihat gadis itu menangis seperti orang putus asa dijalanan. Langkah gadis itu begitu rapuh, sampai-sampai Chanyeol pikir mungkin saja gadis itu berniat bunuh diri atau semacamnya.

Awalnya Chanyeol sengaja meninggalkan rumah Jinyoung lebih awal untuk kelas tutoring dengan Nana, kalau sampai kakaknya Suho tau Chanyeol bolos les lagi, pria itu benar-benar akan memotong uang jajannya. Sampai Sandara yang malang ini melintas didepan mobilnya tanpa menoleh kekanan ataupun kiri, Chanyeol hampir saja menabrak gadis ini kalau saja dia tidak cepat menginjak pedal brake.

"Kau mengusirku?" tanya Chanyeol dengan nada suaranya yang berlebihan.

Sandara menghela nafas panjang, "Bukan itu maksudku" Sandara hanya ingin sendirian sekarang.

✿✿

Myungsoo menatap Jiyeon masih dengan amarah yang menguasainya, mengangkat dagu jiyeon kasar dan menekannya kuat "Hanya karena aku bersikap baik selama ini padamu! Jangan pikir kau bisa seenaknya saja ikut campur urusanku?! Mengerti?!!" tekan Myungsoo tajam dan menghempas Jiyeon kasar, dan tanpa sepatah katapun Pria itu meninggalkan Jiyeon begitu saja digasebo taman depan rumahnya.

Jiyeon menatap punggung tegap Myungsoo yang menjauhinya, nafas kelegaan lolos dari bibirnya. Jiyeon menjatuhkan diri diatas kursi taman, kakinya lemas. Jujur saja kemarahan Myungsoo barusan membuatnya takut. Jiyeon menyentuh dadanya, jantungnya berdetak lebih cepat Myungsoo tidak pernah semarah ini padanya sebelumnya.

Jiyeon menegak coklat hangat yang sudah dingin diatas meja menenangkan dirinya. Jiyeon harus bicara dengan Myungsoo, sebenarnya ada hubungan apa antara Myungsoo dan Sandara kenapa ini begitu rumit??? Kenapa juga Myungsoo selalu semarah itu jika berhubungan dengan Sandara.

Jiyeon berlari menaiki tangga melingkar yang mengarah kekamarnya dan Myungsoo. Tapi bagaimana kalau Myungsoo semakin marah? Apa sebaiknya Jiyeon tanyakan pada Sandara saja? Tidak, jika Myingsoo tau Jiyeon bicara pada gadis itu Myungsoo justru akan semakin marah dan Jiyeon tidak mau pria itu marah padanya.

"Jiyeon" panggil suara melengking yang lama tidak didengar Jiyeon.

"Oh, unnie" Sapa Jiyeon pada sisulung Kim yang sepertinya baru saja tiba dari perjalan jauh, Kepala pelayan Kim terlihat membawa koper sigads masuk kerumah.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sooyoung memeluk Jiyeon dengan hangat.

"Aku baik-baik saja, unnie baru pulang?"

"Iya aku baru saja tiba. Oiya, apa kau tau tentang ulang tahun perusahaan kami yang ke 61?" tanya Sooyoung dengan nada bersemangat.

"Aku belum dengar tentang itu"

"Tak masalah, bersiap-siaplah. Setengah jam lagi kutunggu dibawah.kita pergi belanja" pekik Sooyoung bersemangat, "Aku akan temui Myungsoo terlebih dahulu" tambah sigadis jangkung meninggalkan Jiyeon.

Sepertinya Jiyeon harus tunda dulu rencanya menemui Myungsoo..

Vanilla ✿

VANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang