Pada zaman Yunani Kuno, para Dewa dan Dewi hidup dengan tenang di Gunung Olympus. Para dewa dewi ini memiliki surga atau taman istimewa yang di sebut dengan Elysium. Elysium sebenarnya adalah sebagian dari dunia bawah yang di atur langsung oleh Dewa Hades, Raja dunia bawah atau akhirat. Elysium hanya di peruntukan untuk orang baik, pahlawan dan Dewa dewi.
(itu adalah Elysium, taman para dewa dewi)
Di suatu tempat nan indah, dan tenang, dari kejauhan terlihat seorang wanita cantik berpakaian berbalut sutra dengan geraian rambut indah Rose yang terang. Ia amat ceria. Suara tawanya, dan senyuman manisnya amat memikat hati semua mahluk, terutama para dewa dan pria. Karena keramahannya, semua orang ingin memilikinya, dia adalah Dewi Aphrodite, Dewi Kecantikan. Merasa bosan menggoda para dewa dan pria (manusia). Akhirnya, ia pergi berjalan-jalan ke Elysium. Tak lama kemudian, ia melihat Dewi Athena, Dewi Perang, dan Kebijaksanaan. Terlihat, Athena sedang duduk sambil mengamati sebuah gulungan kertas emas. Karena penasaran, Aphrodite mendekati Athena.
"Athena, kau sedang apa? Terlihat sangat serius" Sapa Aphrodite.
"Aphrodite. Kau tidak membuat masalah lagi di Olympus, dan bumi kan?" Jawab Athena dengan nada datar karena sedang serius.
Rupanya, Athena sedang merancang strategi untuk perang kedepan. Mendengar ucapan Athena, Aphrodite tertawa cekikikan. Melihat gambar rancangan strategi yang di buat Athena, Aphrodite sedikit penasaran mengenai perang.
"Wow, Athena, rumit sekali gambarnya. Apakah ini rencana perang kedepan?"
"Em, iya"
"Waaaah!! Sepertinya menarik, Athena, kau mau mengajariku mengenai perang kan?!"
Dengan polosnya, Aphrodite berkata demikian. Mendengar antusiasme Aphrodite, akhirnya Athena mengajari Aphrodite. Seharian itu, Aphrodite belajar mengenai perang. Sejak saat itu, Aphrodite dekat dengan Athena. Sehari sebelum perang, Aphrodite membuat baju perang. Merasa ragu, Athena bertanya untuk yang ke 50 kalinya.
"Aphrodite, yakin kau masih mau ikut perang?"
"Ini sudah yang ke 50 kalinya, kau bertanya, tehee!!. Tentu saja, jangan remehkan aku, hehehe!!"
Melihat tingkah Aphrodite yang pede dan tertawa riang padahal dia belum pernah ikut perang sekalipun, membuat Athena sedikit khawatir, dan ia menghela nafas panjang. Aphrodite memanggil anaknya, Dewi Tyche, Dewi keberuntungan. Aphrodite meminta pada anaknya untuk turut serta dalam perang.
Pagi butanya, Athena memanggil kawan setianya, Dewi Nike, Dewi Kemenangan. Athena, dan Nike beserta bala tentaranya menuju perbatasan wilayah musuh. Terlihat, Aphrodite, dan Tyche berada di depan Athena. Nike yang heran, berpikir. Dikepalanya bertanya-tanya mengenai apa yang ada dipikiran Athena sehingga bisa bisanya membiarkan Aphrodite yang di kenal lemah dalam fisik dan melankolis itu, masuk kedalam hal yang membutuhkan keberanian besar dan raga yang kokoh bagaikan baja macam peperangan
"Athena, kau yakin membiarkan Aphrodite masuk ke perang ini?" Tanya ragu Nike.
"Aphrodite, aku berharap kau tidak lari dari perang ini bagaikan pengecut", katanya dalam hati.
Mendengar ucapan Nike, Athena hanya mengangguk. Sementara itu, Nike masih terlihat bingung. Dengan aba aba Athena, seluruh ksatria berlari mendekati musuh. Peperangan tak terhindarkan, deruan perang menggema di seluruh perbatasan. Satu persatu serdadu kedua belah pihak berjatuhan. Melihat ini, Nyali Aphrodite mulai ciut.
"Ibu, ibu tidak apa apakan?"
Melihat ibunya yang terlihat khawatir akan kejam nya pertumpahan darah dalam perang, Tyche mencoba menanyakan keadaan ibunya itu. Aphrodite mencoba bangkit. Merah darah semakin menutupi Tanah coklat perbatasan. Melihat semakin banyak pria yang menjadi korban, Aphrodite mulai menangis. Sebagai Dewi Kecantikan yang selalu mencintai, Ia mencintai semua pria itu. Karena tidak tahan dengan rasa sakit hati melihat pembantaian keji dengan mata kepala nya sendiri, Aphrodite lari dari perang di ikuti oleh Tyche yang mengejar ibunya itu. Tak lama kemudian, berita itu sampai hingga ke telinga Athena. Mendengar itu, Athena hanya bisa mengehela nafas panjang.
"Sudah ku duga. Aphrodite, ini adalah hal yang terlalu keji untuk merpati putih seperti mu"
Di sebuah bukit, Dewi Aphrodite menangis tersedu-sedu hingga sang langit menjadi mendung. Di lihatnya dari atas, coklatnya tanah perbatasan berubah menjadi lautan darah. Mengerahkan keberanian terakhirnya, Dewi Aphrodite memerintahkan agar Dewi Tyche untuk menjadi sebuah tongkat. Dewi Aphrodite berdiri, dengan isak tangis mengangkat Tongkat jelemahan anaknya itu, akhirnya ia berteriak.
"Ω αποφασιστικό πεπρωμένο που δεν περιστρέφεται!! Τερματισμός όλου του πόνου σε αυτόν τον κόσμο!!"*(terjemahan di paling bawah).
Tiba-tiba, langit mendung itu mengeluarkan cahaya emas. Bulu sayap Burung Merpati menghujani seluruh perbatasan. Athena, dan Nike yang kaget melihat semua keajaiban ini menenggok. Mereka melihat cahaya emas dari sebuah bukit. Melihat ini semua dengan mata kepalanya sendiri, alangkah terkejutnya Athena.
"Aphrodite...."
Bala tentara musuh terlihat melemah, Menyadari ini, Nike segera memukul pundak Athena. Jalan telah terbuka lebar bagi pasukan Athena. Dengan penuh semangat, Athena berteriak. Perlahan luka para serdadu perang menghilang. Keberuntungan Para prajurit musuh tersedot oleh Tyche di atas perintah Aphrodite. Dengan bantuan Nike, Tyche, dan Aphrodite sendiri, akhirnya kemenangan diraih Athena, dan Nike dengan sangat mudah. Di bukit, Aphrodite kembali menangis tersedu-sedu karena sedih melihat pasukan yang gugur. Tyche segera berubah kembali, dan mencoba menenangkan ibunya itu.
Kemenangan Athena yang istimewa itu, tersebar di seluruh penjuru Gunung Olympus. Para dewa-dewi heboh membicarakannya karena Aphrodite ikut serta dalam perang itu. Sehari setelah peperangan itu, terlihat Aphrodite sedang bermain-main riang dengan 12 burung Merpatinya itu. Tiba-tiba saja, suara Athena menenggokkan wajah Aphrodite.
"Ah, Athena. Bagaimana?"
"Kita menang telak. Aphrodite, terima kasih"
Setelah mengatakan hal itu, Athena berjalan. Tak kama kemudian, dia berhenti.
"Kau hebat. Tapi, lain kali jangan kabur lagi, ya"
Setelah melanjutkan kata katanya, Athena berjalan meninggalkan Aphrodite sambil tersenyum. Sejak saat itu, Bukit tempat Aphrodite menangis di kenal dengan Bukit Synchóresi, atau bukit pengampunan.
Saint Seiya: The Wing of Eternity Chapter 1.
-Selesai.*Translate
(O apofasistikó peproméno pou den peristréfetai !! Termatismós ólou tou pónou se aftón ton kósmo !!-Wahai penentu takdir yang berputar tanpa arah!! Akhirilah semua rasa sakit di dunia ini!!")
KAMU SEDANG MEMBACA
Saint Seiya: The Wing of Eternity
Fiksi PenggemarIni adalah rework dari cerita "Saint Seiya: The wing of Eternity " yang sebelah. (Cerita aslinya tetap milik Masami Kurumada-sensei. Karena Author terinspirasi olehnya maka lahirlah cerita ini. Author menggunakan 3 Versi cerita, Saint Seiya Original...