Chapter 18:"Menyatunya Sang Dewa dan Wadahnya"

126 7 0
                                    

Malam hari di sebuah hutan, seorang wanita menarik Anak laki-laki berlari bersama nya. Anak laki-laki itu hanya menuruti wanita itu tanpa ada perasaan menolak ataupun memberontak. Sesampainya, mereka tiba di depan sebuah gereja. Terlihat, seorang pria dengan rambut kuning. Di jidatnya, terdapat simbol bintang. Ia menyambut anak laki-laki itu beserta wanita itu.

"Selamat datang, Alone-sama", senyum pria itu.

Senyum pria itu amat aneh, dan mencurigakan. Ia bertekuk lutut, lalu memanggil anak nama anak laki-laki itu. Rupanya, ia adalah Alone, seseorang yang sering Sasha bicarakan. Lalu di Sanctuary, Terlihat, Sasha, dan Lalita dengan menatap langit malam yang indah dari Istana Athena. Mereka terlihat saling berbincang sambil tersenyum satu sama lain. Senyum kedua dewi itu amat manis hingga bulan sesskali meredupkan cahayanya.

"Sasha, indah sekali bulan malam ini"

"Hehehe, aku sudah bilang kan, disini adalah tempat terindah untuk melihat bulan purnama, walaupun di tempatmu jauh lebih indah karena lebih tinggi." kata Sasha.

"Kau benar, Lokasi Istanaku lebih tinggi"

Tak lama kemudian, datanglah Tenma. Kedua dewi itu terkejut. Sasha bertanya pada Tenma bagaimana caranya masuk ke bagian Sayap Istana Athena yang amat sulit di tembus para saint. Tenma menyinggung bahwa sekarang Sasha adalah Dewi Athena. Tak lama kemudian, Sasha teringat akan masa lalunya. Ia kembali bercerita kepada Lalita secara tidak langsung.

"Tenma, kau ingat masa kecil kita? Aku, dan Alone nii-chan selalu dalam masalah, dan kau, datang menyelamatkan kami"

"Iya, Sasha, semenjak kau pergi aku selalu melindungi Alone", kata Tenma agak sedih.

Penasaran, akhirnya Lalita bertanya seperti apa Alone pada mereka berdua. Mereka berdua terengun. Lalu, di gereja, terlihat Alone berlari menyusuri gereja yang gelap itu. Sepintas cahaya membelah kegelapan, dan membawa Alone pada suatu tempat. Di dalam hatinya, ia bertekad ingin melihat sebuah lukisan misterius yang selalu membuatnya penasaran sebagai Pelukis amatiran yang berbakat. Sesampainya di bagian terdalam, ia membuka sebuah pintu. Terlihat, sebuah lukisan yang amat mengerikan. Alone lemas, dan hendak tersungkur. Namun, pria berambut kuning itu menahan tubuhnya.

"Alone-sama, itu adalah diri anda yang sebenarnya".

Rupanya, lukisan itu adalah Hades beserta jiwa jiwa orang mati. Tak lama kemudian, terlihatlah kampung halaman Alone. Alone membuka pintu itu, dan alangkah terkejutnya ia melihat anak anak tak berdosa mati di hadapannya. Melihat pemandangan mengerikan itu, Alone berteriak kencang sekali. Ia sungkur karena syok yang teramat sangat. Air mata Alone perlahan terjatuh. Pria berambut kuning itu mendekati Alone.

"Itu adalah orang orang yang anda lukis, Alone-sama. Ingatlah, kematian adalah keselamatan", kata pria itu dengan senyum anehnya.

Penglihatan mengenai kampung halaman Alone pun pudar. Tiba-tiba saja, itu semua berganti menjadi gambaran indah mengenai jiwa jiwa malang itu tersenyum akan kebahagian mereka. Jiwa anak anak itu terbang menuju pria yang memakai baju jirah berwarna hitam beserta 6 sayap. Wajah pria itu sama persis dengan wajahnya. Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Alone sambil tersenyum. Alone mulai terbuai dengan kebahagian sesat didepannya itu.

"Benar, kematian adalah keselamatan. Wajah mereka terlihat bahagia. Aku tidak ingin anak anak miskin itu di tindas. Aku akan menyelamatkan mereka..", kata Alone dalam hatinya.

Perlahan, tangan Alone, dan pria itu mendekat. Setelah menyatu, muncullah cahaya yang amat menyilaukan. Di Sanctuary, terlihat Lalita terengun. Sasha yang melihat Lalita terengun, tak lama kemudian ikut terengun. Mereka bertiga spontan melihat bulan purnama di depan mata mereka itu. Bulan itu berubah warna. Warna putih suci bulan itu memudar, perlahan berganti menjadi ungu kelam tanda kegelapan.

Saint Seiya: The Wing of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang