Maaf banget baru update, semoga kalian suka sama part ini.
Siap untuk masuk lebih dalam dengan cerita ini?
Vote dulu doang kalo udah siap.
Hitungan ketiga udah vote ya.
1
2
3
Terima kasih yang udah Vote.|
|
|Aku tidak mengerti dengan perasaanku, entah ini cinta atau kebencian. Entahlah.
🤘🤘🤘
Bernado akhirnya resmi menjadi siswa di SMA Bimasakti, baru seminggu dirinya ada disekolah ini banyak yang sudah mengenalnya. Bahkan ketua dari perkumpulan yang ada disekolah ini semakin mengagumi Bernado, bahkan terkadang mengajak Bernado ikut berkumpul bersamanya.
"Nad, kenapa lo ga mau ikut kumpul sama Bang Rasta?" Tanya Brilian yang tidak mengerti jalan pikir Bernado, anak sekolah ini sangatlah menghormati Rasta, tapi cuma Bernado yang berani menolak tawaran Rasta.
"Kan gue bilang sama dia, kalo gue bisa gue juga pasti dateng." Bernado bukannya sombong, tapi dirinya merasa lebih baik jika dirinya tidak ikut perkumpulan itu dulu.
"Tadi Bang Rasta merasa tersinggung loh, pas elo nolak dia." Diego melihat raut wajah Rasta, bahwa Rasta agak lumayan tersinggung akan tolakan Bernado.
"Terus? Kalo gue bilang ga mau ya ga mau." Bernado cukup keras kepala, tingkat keberaniannya berada dipuncak dewa, siapa pun akan dihabisi jika dia mulai mengusiknya atau memaksanya.
"Nad, kontrol emosi lo. Rasta ga bermaksud jahat sama lo." Nanta memberi saran dengan datar dan suara yang dingin, tatapan matanya ngga beralih sedikit pun dari rubik yang ia pegang.
"Gue tau, Nan. Tapi gue ga bisa dipaksa." Bernado akan mengikuti ucapan Nanta jika Bernado berfikir sama dengan Nanta, tapi untuk masalah perkumpulan itu Bernado belum tertarik.
"Setidaknya hormati Bang Rasta." Dingin. Inilah Nanta, sulit ditebak.
"Oke." Akhirnya Bernado mengalah, jika Nanta sudah berucap lebih dingin dari biasanya maka itu harus benar-benar diperhatikan.
"Ama Nanta nurut, Ama gue ga pernah. Heran deh, Nan lo kenapa si bisa bikin Bernado nurut?" Brilian penasaran dengan semua pertanyaannya.
Nanta berhenti memainkan rubiknya, lalu menatap Brilian dingin, dan kemudian melanjutkan memainkan rubiknya.
"Tandanya apa, Nad?" Brilian bertanya kepada Bernado yang sedang menghisap rokok.
"Lo disuruh diem bego, dia ga mau diganggu." Bernado menghembuskan asap rokok yang keluar dari mulut dan hidungnya.
"Bagi, Nad." Brilian mengikuti ucapan Bernado, lalu meminta rokok kepada Bernado.
¥¥¥
Beatrisa berjalan menuju kantin dimana banyak orang berjualan dan banyak pembeli, disaat dirinya memasuki kantin ternyata isi kantin ini laki-laki semua. Sontak Beatrisa berbalik badan untuk kembali kekelas, tapi sebelum dirinya melangkah, otaknya dengan cepat memberi tahu.
"Saatnya menjadi Fakgirl, Bea."
Beatrisa memasuki kantin tanpa keraguan, semua mata menatap Beatrisa dari atas hingga kebawah, dan banyak yang menggoda dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKBOY X FAKGIRL
Teen FictionTidak ada yang tau kedepannya, lebih baik kita jalani saja dulu. Apa yang kalian pikirkan jika Fakboy bertemu dengan Fakgirl? Kali ini aku akan menceritakan kisah cinta Fakboy bersama Fakgirl. Cerita yang mungkin akan membuat kalian yakin, bahwa cin...