tiga belas,

3.3K 367 11
                                        

"Je gimana kalo nanti pas aku pulang ibu marah?" mendengar hal itu membuat Sejeong memutar bola matanya malas, sedari tadi Jennie selalu saja menanyakan itu.

Kenapa temannya ini selalu mementingkan perasaan oranglain daripada perasaannya sendiri? Ibu tiri nya saja tidak mementingkan dirinya, perasaan nya, kenapa Jennie malah mementingkan nya.

"Jennie, jangan takut oke? Kalo gitu aku bakal ikut kamu pulang, gimana?"

Jennie menggeleng, "Enggak! Aku gamau kamu kebawa-bawa dalam masalah ini."

"Tenang aja kali Jen, kita ini kan temen. Sahabat pula," kata Sejeong.

"Karena itu aku gamau kamu kebawa-bawa, aku takutnya nanti ibu juga marahin kamu. Biarin aku aja yang dimarahin, kamu jangan," balas Jennie.

"Enggak mau! Aku pokoknya mau ikut!" tegas Sejeong.

Jennie menoleh kearah Sejeong, "Je please kali ini aja turutin aku, ya?"

Sejeong terdiam lalu ia mengangguk sebagai jawabannya. Kalau Jennie sudah memohon seperti ini Sejeong tidak bisa menolak.

Jennie sekarang sudah di depan rumahnya, jantungnya sudah berdegup kencang, perasaannya sudah tidak enak saat melihat ada mobil ayah nya disana.

Biasa nya setiap ayah nya pulang Jennie selalu senang tetapi tidak tahu kenapa sekarang perasaan senang itu berubah jadi perasaan tidak enak, dan takut.

Dengan gugup ia memasuki area rumahnya, Jennie memegang gagang pintu lalu membukanya.

Baru beberapa langkah masuk suara ayahnya membuatnya terhenti. Dan ia menoleh ke samping disana sudah ada ayah nya, ibu dan Jisoo.

Perasaannya makin tidak enak saja, dengan langkah pelan ia mengahmpiri mereka.

"Ada apa ay—"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Jennie, ia meringis kesakitan. Matanya sudah berkaca-kaca.

Ayah nya sudah menampar nya? Jennie tidak menyangka ayah nya bakal berbuat seperti itu, ayah nya tidak pernah berbuat kasar kepada nya.

"Ke-kenapa ayah nampar Jennie? A-apa salah Jennie ayah?" lirih Jennie. Tangan kirinya memegang pipi yang sudah di tampar ayahnya tadi. seperti nya sudah memerah juga.

Sedangkan ibunya dan Jisoo tersenyum puas di belakang sana, kenapa mereka sejahat itu?

"Salah kamu? Kamu mau tau salah kamu apa hah?!" bentak Suho.

"A-ayah bentak Jennie? Ke-kenapa ayah jadi berubah gini hiks.."

Air mata Jennie mulai mengalir, wajahnya memerah akibat tangisan itu. Dan pipinya pun masih merah akibat tamparan ayahnya tadi.

"Kamu yang berubah, ini apa?!" Suho menyodorkan ponsel dan memperlihatkan layarnya ke Jennie.

Jennie terkejut saat melihat itu, lalu matanya beralih ke Jisoo yang sedang tersenyum miring.

"Ayah itu emang Jennie.. Tapi Jennie bisa jelasin"

"Mau jelasin apalagi hah? Semenjak ibu kamu meninggal ayah yang selalu jagain kamu, rawat kamu sampai begini, dan terus kamu rusak semuanya? Oke itu emang ciuman tapi Jennie kamu itu perempuan dan itu di area sekolah.." lirih Suho.

"Ayahh.. Dengerin Jennie dulu"

"Lebih baik kamu pergi aja dari rumah ini!"

Jennie terkejut, lalu ia mendekat kearah ayahnya.

"Ayah, please dengerin Jennie dulu"

"Ayah bilang pergi! Ya pergi!" bentak Suho.

Jennie langsung berdiri, "Ayah mereka berdua yang jahat! Hati-hati sama mereka berdua!"

Setelah berkata seperti itu Jennie langsung pergi tanpa membawa apapun.



To be continued

Save Me | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang