"Jisoo!!"
Jisoo menoleh ke belakang ia melihat teman-temannya berlarian kearahnya dengan senyum di wajah mereka.
"Seneng banget akhirnya bisa ketemu lagi"
"Biasa aja kali Nay, kayak yang gak ketemu berabad-abad aja" Jisoo terkekeh pelan.
"Ke kelas ajalah, aku ingin bercerita banyak" kata Nayeon.
Jisoo mengangguk lalu mereka berdua pergi ke kelas, dan di jalan pun mereka masih bercerita.
Saat mereka sudah sampai di kelas mereka langsung duduk di bangku ke dua, mereka duduk sebangku.
"Taehyung udah dateng belum?" tanya Jisoo.
"Itu, dia lagi di tempat duduknya" tunjuk Nayeon ke salah satu bangku yang tidak jauh dari mereka.
Jisoo tersenyum saat melihat lelaki yang ia cintai selama ini ada disana, saat ingin menghampirinya tangan Jisoo ditahan oleh Nayeon.
"Ada apa?" tanya Jisoo heran.
"Kau masih suka Taehyung?" tanya Nayeon.
"Ya iyalah, gak akan ada yang bisa gantiin Taehyung gue" jawab Jisoo.
Setelah menjawab itu Jisoo langsung pergi menuju bangku Taehyung kebetulah kursi di sebelah lelaki itu kosong dan Jisoo mendudukkan dirinya disana.
"Pagi Tae" sapa Jisoo.
Taehyung tidak menggubrisnya, ia masih diam dengan aktivitasnya sendiri.
"Tae kok gak jawab aku sih" kesal Jisoo.
Taehyung masih belum melirik wanita itu, ia sangat malas jika harus berurusan dengan wanita di sampingnya ini.
"Minggir dong, itu tempat gue"
Jisoo menatap lelaki itu kesal lalu ia berdiri mempersilahkan lelaki itu duduk.
"Ngapain lo berdiri disitu? Mau jadi satpam?"
"Gue bukan ke lo ya, tapi ke Taehyung"
"Sama aja, gue ke ganggu karena ada lo disitu dan Taehyung juga sama"
"Sudahlah Jim jangan menghabiskan tenaga mu hanya karena wanita sepertinya" kata Taehyung.
"Benar juga. Lebih baik pergi dari sini" usir Jimin.
"Nayeon bawa temanmu ini pergi, mengganggu saja!"
--
Jennie tengah berada di kamarnya, ia dikunci oleh ibu nya.
Dan semuanya di tutup, bahkan lampu dimatikan, jadi sekarang disini gelap sekali. Ia takut kegelapan.
"Ge-gelap hiks" Jennie mulai menangis, ia memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya disana.
"A-ayah tolong Jennie hiks"
Brak!
"Jangan berisik! Dari tadi kepalaku pusing mendengar kau menangis dan menangis! Cengeng sekali!" marah Irene.
"Ta-tapi bu gelap, aku takut" ujar Jennie gemetar.
"Itu resiko mu, sekarang buatkan aku makanan aku lapar!" titah Irene.
Jennie masih diam, "Cepat! Lambat sekali!" teriak Irene.
"Iya bu"
Jennie berjalan menuju dapur, dan ia langsung tersenyum karena ia bisa melihat dapur kembali dan memasak kembali.
Ia sangat suka ini, sepertinya ibunya sedang baik hari ini pikir Jennie.
Jennie mulai memasak. Setelah beberapa menit masakannya sudah selesai. Ia tersenyum melihat hasil masakannya ini.
"Jennie cepat!"
"I-iya bu"
Jennie berlari kecil menuju meja makan ia langsung menyimpannya di sana.
"Aku coba, awas saja kalau tidak enak!"
Irene mencoba sesuap membuat Jennie tersenyum lagi-lagi, tetapi senyumnya luntur karena ibunya yang memuntahkan masakannya itu.
"Tidak enak! Kau masak apaan sih!" bentak Irene.
"Aku tidak nafsu makan jadinya!"
Jennie menangis mendengar itu semua, ia langsung mencoba masakan yang ia buat tetapi rasanya enak, terus kenapa ibunya bilang itu tidak enak.
to be continued