Mereka berdua sudah ada di dalam salah satu kurungan bianglala. Mata Ara berbinar ketika bianglala sudah sampai di atas. Ia sudah lama tak naik bianglala. Terakhir setahun lalu, karena pasar malam di dekat rumah Ara hanya ada setahun sekali.
"Suka banget, lo naik bianglala," ujar Darren memecah keheningan.
Ara mengangguk antusias. "Udah setahun gue gak naik bianglala. Seneng banget gue astaga."
Darren menggelengkan kepalanya pelan. Masih kekanakan sekali Ara ini.
"Ohiya, makasih mau nemenin gue naik ini," kata Ara sambil tersenyum. "Gue tadi udah ngajak Ghea sama Tania. Tapi mereka gak mau, malah pada ngajakin naik kora-kora. Ogah banget gue suruh naik gituan. Turun dari kora-kora bisa mati pias gue," sambung Ara tak sengaja bercerita panjang lebar.
"Ngapain gak mau? Enak kan naik kora-kora?" ucap Darren.
Ara menggeleng tegas. "Gue denger dulu temen-temen gue pada mual habis naik gituan. Gue ogah kek gitu. Terus ya dulu katanya ada kora-kora yang kebalik kan? Karena kelebihan muatan. Sampai masuk tv tu berita."
"Lo kebanyakan denger omongan orang lain. Padahal itu kan 'katanya' bukan 'faktanya'," ujar Darren sambil menggelengkan kepalanya.
"Enggak ya. Emang faktanya gitu kan," kata Ara masih tak mau ngalah. Darren hanya memutar bola matanya malas.
"ASTAGA MAMA INI KENAPA JADI CEPET GINI MUTERNYA," ujar Ara, ngegas. Sampai membuat Darren yang baru saja melihat kebawah terlonjak kaget.
"Hei tenang. Kalo udah cepet gini tandanya mau selesai. Buka mata lo. Habis ini kayaknya kita turun," kata Darren melihat Ara menutup matanya rapat.
"No, ini cepet banget. Perut gue kayak diubek-ubek," balasnya sambil tetap memejamkan mata.
Darren hanya diam, sampai bianglala itu berputar pelan.
"Udah mau sampai bawah, buka mata. Kita mau turun." Ara segera membuka mata mendengar ucapan Darren dan merasa kalau bianglala nya memang sudah memelan lajunya.
Ketika keluar dari bianglala, kaki Ara masih gemeteran. Melihat itu, Darren langsung menggenggam tangan Ara. Lalu menariknya ke tempat penjual minuman. Darren membeli satu botol air mineral untuk Ara.
"Minum dulu gih," ujarnya sembari mengulurkan tangan yang membawa air mineral kepada Ara.
"Thanks." ujar Ara dan dibalas anggukan Darren. Darren segera duduk di sebelah Ara.
"Makan dulu nih makanan lo." kata Darren mengangsurkan bungkus plastik berisi baby octopus pedas.
Ara menerima dan segera memakan itu. Tak sampai 10 menit makanan itu tatas, begitupun Darren.
Ara lalu membuka tasnya. Mengeluarkan sejumlah uang dan memberikanya pada Darren.
"Apani?" tanya Darren sambil mengangkat alis.
"Uang," jawabnya polos.
"Ck iya, buat apa?"
"Ooo, ya buat ganti ni makanan sama tiket naik bianglala tadi lah. Btw makasih ya."
"Gak usah. Gue traktir," ujar Darren sambil mengangsurkan uang Ara yang tadi untuknya.
"Beneran?" Darren mengangguk. "Makasih banyak." ujar Ara.
Setelahnya mereka hening. Ara dengan pikirannya sendiri. Juga Darren.
"ASTAGA GUE LUPA!" ujar Ara tiba-tiba. Mengagetkan Darren, lagi.
Darren menaikkan alisnya, menunggu Ara berbicara kembali.
"Jaket lo. Jaket lo yang kemarin lo pinjemin masih ada di rumah gue. Gue tadi niatnya di sekolah mau ngembaliin. Tapi lupa. Beneran, serius gak bohong," kata Ara sambil mengacungkan dua jari berbentuk V. "Kenapa gue jadi pelupa gini," sambungnya menggerutu.
"Ck, gue kira apa. Gapapa. Jaket gue gak cuman satu," jawab Darren santai.
Ara mendengkus pelan. "Sombong," ujar Ara kecil.
Darren tertawa mendengar ucapan Ara. "Mau pulang gak? Udah malem," ujar Darren setelah melirik jam tangannya.
Ara juga langsung melirik jam tangannya.
"Hooh pulang. Mau nganterin gak?" tanyanya sambil meringis malu.Darren menganggukan kepalanya. "Yok."
Keduanya berjalan bersisihan. Ketika hendak sampai di gerbang keluar. Ara melihat permen kapas. Astaga enak banget kayaknya.
<anggep aja langitnya malam wkwk>
"Ren berenti bentar, deh. Mau beli permen kapas itu gue," ujarnya. Darren hanya mengangguk.
Ara segera memesan satu permen kapas. Senyumya cerah, seperti bocah, persis.
Setelah mendapatkannya, Ara segera menghampiri Darren lagi. Ia mencuil sedikit permen kapas dan memakannya."Mau?" Tawarnya pada Darren. Darren menggeleng.
"Ck, elahhh." Ara mencuil sedikit permen kapasnya dan menyuapkannya ke Darren.
"Aaaaaa."Mau tak mau Darren membuka mulutnya. Lidahnya mengecap rasa manis dari permen kapas tersebut. Gaktau kesambet setan apa, Ia malah lanjut mencuil sedikit permen kapas Ara.
"Nah kan enak kan. Sok-sokan gak mau sih."
kata Ara mencibir. Darren hanya mendengus.Di perjalanan sampai parkiran, Darren dan Ara masih mencuili permen kapas itu. Hingga sampai di parkiran pun mereka masih mencuili permen kapas tersebut dan memakannya. Setelah tatas, Darren langsung mengajak Ara naik ke motornya dan langsung menuju ke rumah Ara.
"Makasihhh banyak banget untuk malam ini," kata Ara sambil tersenyum setelah turun dari motor Darren.
"Sama-sama," jawabnya sambil tersenyum.
"Gue balik dulu," sambungnya.Ara langsung menahan Darren. "Eiitsss gue gak boleh lupa lagi. Bentar tunggu, gue ambilin jaket lo dulu," ujarnya. "Eh, atau mau masuk dulu? Gapapa yok." sambungnya.
Darren menggeleng, "Gak usah. Dah sana ambilin aja, gue tunggu di sini."
"Beneran?" Darren mengangguk.
Ara segera masuk ke dalam rumahnya. Ia menemukan Mama, Papa, Bang Alfa di sofa ruang tengah. Bang Alfa seperti akan berbicara namun Ara segera mencegahnya.
"Bentar, bicaranya bentar dulu. Ara cuman sebentar," katanya sambil menaiki tangga.
Ia langsung mengambil jaket Darren yang sudah ia masukkan ke paper bag. Ia kembali berjalan cepat untuk keluar lagi.
"Gak usah lari-lari gitulah. Santai," ucap Darren.
Ara memutar bola matanya malas, lalu menyerahkan paper bag tersebut ke Darren.
"Makasih, udah gue cuci. Terus gue semprot pakek parfumnya bang Alfa. Baunya enak dan mungkin juga mahal. Ya setaralah sama parfum lo hehe."
"Ngapain juga lo cuci. Orang dipakai bentaran doang."
"Yagapapa. Gak enak aja gue."
Darren mengangguk. "Yaudah gue duluan. Bilangin ke keluarga lo. Sorry gak sopan gak ikut masuk padahal udah bawa anak gadisnya pulang malem."
"Ck elahh gapapa. Santai," jawab Ara.
"Yaudah gue duluan," pamit Darren lalu melajukan motornya meninggalkan rumah Ara.
**
Yak sampe sini dulu. Tetep terus lanjut ya. Jangan lupa vote dan commentnya.
See you in next chapter. Papayyy🙌🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen Fiction[ ON GOING ] Pertemuan selalu berhubungan dengan waktu bukan? Waktu yang membuat kedua insan saling bertemu, lalu meninggalkan jejak di kehidupannya masing-masing. Entah hanya secuil peristiwa yang berakhir dengan dilupakan atau malah rentetan peri...