"Mau pesen apa?" kata Darren pada Ara.
"Emmm, paket ayam spicy aja, deh," jawabnya. Tak mau repot-repot memilih makanan. Pertama, karena perutnya sudah benar-benar lapar. Kedua, karena paket ayam spicy ini sudah ada es teh nya dan harganya cuman 23 ribu. Ara sedang berada dalam fase menghemat untuk membeli novel, jadi jajannya gak banyak-banyak.
Darren mengangguk sambil memanggil salah satu waiter. "Mbak, paket ayam spicynya dua ya," pesannya.
Setelah pesanan mereka dicatat, waiter itu segera meninggalkan keduanya. Keduanya sama-sama canggung. Diam tak bicara, hanya suara bising dari pengunjung lainya yang terdengar. Ara yang sibuk dengan poselnya, begitupun Darren. Keheningan itu lantas terhenti ketika makanan mereka sampai.
"Makan woy, hapenan teros," kata Ara yang masih melihat Darren yang sibuk dengan ponselnya.
Darren berdecak, "lo juga tadi hapenan." sanggahnya.
"Seenggaknya setelah makanan sampai, gue langsung ninggalin ponsel gue," jawab Ara.
Darren mendegus pelan dan malah berucap, "Sori ya tadi lo lama nungguin gue tidur."
Ara yang masih sibuk dengan makanannya jadi mendongak beberapa saat. "Gapapa, sih, sebagai ganti gue karena kemarin lo nemenin gue di pasar malam, nganterin pulang, minjemin jaket, minjemin jas lab. Banyak lah gue ngrepotin lo."
"Tapi gue gak ngerasa direpotin," ujar Darren sebelum melahap makanannya.
"Masa?" tanya Ara sambil memicingkan matanya.
Darren hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatan makannya.
Setelah selesai makan, Darren lantas berdiri untuk pergi ke kasir. Ara masih duduk di tempatnya sambil mengeluarkan uang yang akan diberikan ke Darren.
"Nih," kata Ara sambil menyodorkan uang pada Darren waktu mereka sudah di dekat motor Darren, masih di parkiran tempat makan.
Darren mengangkat alis, setelah paham maksudnya, Darren mendorong tangan Ara pelan. "Gak usah, udah gue bayarin."
"Mana ada, gak enak lah gue. Lo bayarin gue dah berkali-kali."
"Udah gapapa," jawab Darren lalu naik ke motornya.
"Enggak, terima dulu dong,"
"Terima? Terima lo jadi pacar gue?"
Ara refleks memukul lengan Darren. "Ngelunjak ya lo, dikasih hati minta jantung."
"Emang lo ngasih gue hati? Terus emang gue minta jantung?" tanyanya.
"Syaitonnirojim, jauhkan hamba dari godaan syaiton yang terkutuk Ya Allah." kata Ara lalu dibalas tawa dari Darren.
Ara mendecak, "Ren, terima ni uang dong. Beneran gak enak gue," lanjutnya.
"Udah lah, gue ikhlas. Anggep aja gue lagi bancaan," kata Darren.
"Beneran?" Darren mengangguk.
"Eh btw, kok lo tau kata bancaan?" kata Ara lalu naik ke motor Darren.
"Gue pernah tinggal di Semarang dulu." jelasnya.
"Sama dong. Malah mama gue asli orang sana." ujar Ara.
Darren mengangkat bahu. "gue gak tanya."
ujarnya sebelum mengegas motornya membelah jalan.Ara yang kaget, refleks memukul punggung Darren kencang.
"Sakit woy," jawabnya yang Ara dengar secara samar karena suara Darren terkalahkan oleh suara jalan.
Darren tak langsung mengantar Ara pulang, ia mampir ke masjid yang dekat dekat dengan tempat makan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen Fiction[ ON GOING ] Pertemuan selalu berhubungan dengan waktu bukan? Waktu yang membuat kedua insan saling bertemu, lalu meninggalkan jejak di kehidupannya masing-masing. Entah hanya secuil peristiwa yang berakhir dengan dilupakan atau malah rentetan peri...