Chapter kemarin gak ada yang komen sama sekali. Chapter ini sama chapter-chapter selanjutnya janlup komen yaaa, biar nambah mood wwkwkk
_____________Sinar matahari sudah mulai menyusup melalui gorden putih jendela kamar seorang gadis. Burung sudah berkicau juga ayam tetangga sudah sahut-sahutan berkokok seolah sedang memamerkan siapa suara kokok-an yang paling merdu.
Alih-alih terbangun, gadis berambut hitam legam pemilik kamar, malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling. Ya, setelah menjalankan shalat subuh, Ara kembali bergelung dengan selimut tebalnya.
“ARA! ARA!” suara itu, siapa lagi kalau bukan Alfa. Alfa menggedor-gedor pintu kamar Ara.
Ara menggeram tertahan, ia menutup kedua telinganya menggunakan bantal. Tapi tetap, Abangnya itu tak berhenti malah semakin menjadi-jadi menggedor pintu kamar Ara.
Dengan berat hati, Ara bangun dengan membawa bantalnya yang siap ia lemparkan pada pengganggu tidurnya pagi ini.
BRUK!
“Anjer, Ra!” Alfa dengan sigap menangkap bantal yang dilemparkan Ara.
“Apaan, sih, Bang?! Pagi-pagi gak usah bikin emosi bisa?!”
“Mandi sono, temenin gue jogging sama cari bubur ayam,” ujar Alfa sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Ara.
“Males! Sana ah keluar!” Ara mendorong abangnya keluar dari kamar Ara.
“Mandi cepetan, Ra, anak gadis pagi-pagi masih tiduran. Malu sama ayam, Ra,” ujar Alfa yang sekarang sudah di depan meja rias Ara, lalu tangannya mengambil earphone Ara.
“Balikin gak, Bang?! Lo, tuh, hiiihhhh,” ujar Ara gemas lalu memukul keras pundak abangnya. Tangannya lalu merebut earphone yang tadinya sudah ada di tangan Ara.
“Pelit amat, sih, punya gue rusak,” ujar Alfa lalu kembali merebut earphone Ara.
Ara mendelikkan matanya. “Dulu punya gue juga rusak karena lo rusakin!” geram Ara menggebu-gebu.
“Udah gue ganti juga, dah sana mandi nanti bubur ayamnya keburu habis!” ujar Alfa sebelum mendorong adiknya ke dalam kamar mandi.
“OGAH! Mending tidur Bang.” Ara segera berbalik menuju ranjangnya.
“ALFA! ARA! MASIH PAGI GAK USAH RIBUT BISA?!” suara Mama terdengar.
“BANG ALFA NGAJAK RIBUT MA!” Ara ikut berteriak.
“ARA MALES JOGGING MA! MARAHIN MA, DIA GAK PERNAH OLAHRAGA. REBAHAN TERUS.” Alfa juga ikut berteriak.
“Apaan sih Bang, kayak bocil teriak-teriak,” ujar Ara memutar bola matanya malas, namun ia juga berdiri dan menuju kamar mandi. Malas mendengarkan ocehan abangnya, mending dilakukan saja.
Alfa tersenyum puas melihatnya. "Mandi yang cepet!”
“Iya, ah! BAWEL JOMBLO!”
“LO JUGA JOMBLO YA!” ujar Alfa lalu segera turun ke lantai bawah.
Lima belas menit kemudian, Ara muncul dengan kaos berlengan tiga per empat berwarna abu-abu, celana olahraga berwarna hitam dan sepatu olahraga berwarna abu-abu.
“Lo yang nraktir loh, Bang,” ujar Ara lalu menyalimi Mama Papanya yang sedang di meja makan.
“Iya, bubur ayam doang.” jawab Alfa lalu keluar menuju garasi.
“Naik motor ya, Ra!” lanjutnya.
“IYAAA!” balas Ara yang masih di dalam rumah.
Keduanya lalu menuju taman dekat komplek yang pagi ini lumayan rame. Mereka lalu jogging keliling taman, dan setelahnya, mereka menuju ke salah satu pedagang bubur ayam.
“Lo tau gak, Ra, habis jogging terus makan itu sia-sia.” Alfa berucap setelah memesan dua porsi bubur ayam dan dua gelas es teh pada abang penjualnya.
“Bodoamat,” jawabnya singkat dan acuh. Ia lantas mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
“Durjana, lo.” Alfa berujar lalu ikut mengambil ponsel dari saku celananya.
“Lo lagi deket sama Darren-Darren itu, Ra?” Alfa tiba-tiba berujar setelah membuka ponselnya.
Ara mendongak menatap abangnya. “Enggak, kan gue sekarang deket sama lo, Darren mah jauh, dia sekarang di rumahnya.”
Ara sebenarnya tahu maksud abangnya, tapi ia lebih menjawab asal karena ada suatu pikiran yang mengganjal di otaknya ketika orang lain bertanya “Lagi deket sama Darren?”.
“Ngadi-ngadi lo, Ra!” Alfa menghembuskan nafas kesal, “Deket dalam artian yang lain lah,” tuturnya sambung.
Ara memutar bola matanya malas. “Biasa aja,” jawab Ara sekenanya.
Kini Alfa tak menjawab, karena bubur ayam pesanan mereka datang. Keduanya lalu makan tanpa suara sampai makanan pesanan mereka habis.
“Langsung pulang ya, Bang.” Ara berujar ketika melihat Alfa sudah selesai membayar bubur ayam pesanan mereka.
Alfa menaikkan satu alisnya. “Tumben banget,” ujarnya heran, karena biasanya Ara kalau ia ajak keluar, selalu mampir-mampir dulu sebelum pulang, dari mampir ke Indoapril, beli cilor di depan komplek, ataupun hanya sekedar mutar-mutar mencari pedagang siomay ikan keliling.
“Males, mager,” ujarnya malas.
Alfa mengedikkan bahunya, lalu segera naik ke motornya, disusul Ara yang juga segera naik ke boncengan motornya.
Lima menit lebih sedikit, mereka berdua kini telah sampai di rumah. Di teras rumah, terlihat Mama Papanya sedang duduk di kursi pisah berwarna putih, dengan meja kecil di tengahnya yang sudah berisikan dua cangkir kopi dan potongan kue bolu.
Ara yang turun duluan langsung duduk di kursi sofa panjang saamping mamanya.
“Enak banget ngopi-ngopi berdua.” Itu suara Alfa yang kini ikut mendudukkan diri di sebelah Ara.
“Enak, lah, menikmati pagi yang bersinar bersama tersayang.” Mama berujar lalu mendapat lirikan heran Papa.
“Kebanyakan gaul sama ibu-ibu rempong, gini, nih,” ujar Alfa, tangannya mencomot kue bolu di atas meja.
“Bener banget, kurangin deh, Ma. Alay jadinya.” tambah Ara.
“Biarin, kalian kok pada sirik.” Mama berujar sebelum meminum kopinya.
“Ih, Mama dibilangin kok ngeyel,” Ara mendengus pelan. “Yaudah aku ke dalam dulu ya, mau rebahan.”
“Rebahan kok terus.”
“Sirik.” Ara menjawab ucapan abangnya sembari berdiri dari sofa.
“Ribut terus, Papa yang dengerin aja pusing.” Kini Papa berujar sambil mengembuskan nafas kesal.
“Apalagi Mama yang tiap hari ngedengerin.” Mama berujar mengikuti Papa.
“Yaudah, gak usah di dengerin Mama Papaku sayang,” ujar Ara lalu terkekeh.
Alfa memutar bola mmatanya malas. “Cih, sayang-sayang an.”
“BANG, BAKU HANTAM AJA KITA SEKARANG!”
***
Chapter ini chapter selingan yauu, spesial family time wakakak. Gemoy banget keluarga Ara huhuuBTW, GUYSS, AKU TUH GEMESSS. AKU KALO NULIS SETIAP PART GAK BISA PANJANG-PANJANG :(
Dah lah, capek misuh:((
Oh iya, mulai chapter depan, mungkin, lebih seru. Stay tune aja ya hehee
Okay, Papayyy
Tencuu🌻🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen Fiction[ ON GOING ] Pertemuan selalu berhubungan dengan waktu bukan? Waktu yang membuat kedua insan saling bertemu, lalu meninggalkan jejak di kehidupannya masing-masing. Entah hanya secuil peristiwa yang berakhir dengan dilupakan atau malah rentetan peri...