❝Terserah.❞
🍃 🍃 🍃
Renjun marah dengan Taeyong yang seenak jidatnya datang dan pergi begitu saja. Dia benar-benar tak habis pikir dengan laki-laki itu yang tega meninggalkannya tanpa kabar dan tiba-tiba datang ke hadapannya lagi bahkan memanggilnya sayang.
Dan hampir setiap hari Taeyong selalu mengikuti kemana Renjun pergi. Mulai dari ke kampus, karena sekarang Renjun berprofesi sebagai dosen di kampusnya yang lama. Pergi hangout dengan teman-temannya atau hanya sekedar berbelanja kebutuhan hidupnya. Tapi selalu saja pada akhirnya Taeyong yang tidak dipedulikan oleh Renjun.
Kadang terbesit perasaan ingin menyerah saja pada keadaan, tapi Taeyong tau kalau mendapatkan Renjun itu sulit dan dia tidak mau ada orang lain yang bersanding dengan Renjun kecuali dirinya. Maka dari itu dia benar-benar berusaha keras untuk mengejar Renjun.
"Sayang, aku jangan didiemin terus dong. Ayo ngomong apa gitu sama aku," mohon Taeyong saat mereka sedang berada di sebuah coffee shop di daerah Jakarta.
Renjun tetap tutup mulut dan dia asyik dengan kopi dan juga red velvet cakenya. Renjun memang selalu makan banyak selama ditinggal Taeyong pergi. Dia bisa menghabiskan 3 slice red velvet cake dan 2 cangkir latte dalam sekali kunjungan ke cafe.
"Sayang, ayo dengerin aku dulu ya. Dengerin penjelasan aku kenapa selama ini aku hilang dan nggak ngabarin kamu," mohon Taeyong lagi dengan wajah memelasnya.
Renjun tetap keras kepala, dia tidak menjawab dan tetap sibuk memakan kuenya sambil bermain ponsel. Taeyong menghela napas dan mulai bercerita. Persetan dengan Renjun yang mau mendengarkan atau tidak.
"Jadi, dulu aku udah minta ke ayah kamu buat jadiin kamu pendampingku tapi ayahmu ngasih syarat supaya aku bisa mapan dulu dan punya jaminan supaya bisa hidupin kamu sama anak-anak kita di masa depan. Aku sanggupin dan aku sanggupin syarat ayah mu. Beliau bilang, aku nggak boleh hubungin kamu sebelum aku berhasil nanti. Aku setuju dan aku nggak ngehubungin kamu selama itu, pada awalnya aku emang nggak kuat dan rasanya aku mau nelepon kamu, mau dengar suara kamu aja. Udah cukup buat ngobatin rasa kangen aku," jelas Taeyong dengan sungguh-sungguh.
Renjun? Damn, dia masih asyik dengan kuenya dan sekarang dia minta tambah 1 potong kue lagi dan semangkuk es krim ukuran besar. Dia seperti sedang hamil muda anjay.
"Kebetulan sehabis sidang, aku dapat tawaran kerja di perusahaan om ku dan yaudahlah aku ambil, masuk karena koneksi tapi nggak langsung dapat jabatan tinggi. Semuanya aku rintis dari bawah sampai akhirnya aku dapat posisi yang enak kaya sekarang, aku kumpulin hasil jerih payahku selama ini buat beli rumah, investasi, beli tanah, kendaraan dan buka tabungan masa depan buat kita. Semuanya udah aku rencanain matang-matang karena aku nggak mau kamu hidup susah nantinya. Aku ngilang karena aku mau mantasin diri buat kamu, Renjun. Bukan karena aku mau ninggalin kamu seenak jidat aja, aku nggak sejahat itu," lanjut Taeyong. Dia menyelesaikan penjelasannya sambil menatap Renjun yang masih memakan kuenya, kali ini sambil menunduk.
Laki-laki tinggi itu menghela nafas lalu mengusap kepala Renjun dengan sayang, "Aku nggak akan maksa kamu kalau kamu emang nggak mau hidup sama aku, Renjun. Seenggaknya aku udah pernah berjuang segini jauhnya buat kamu dan aku nggak akan pernah menyesal pernah jatuh cinta sama kamu," ujar Taeyong dengan senyum tipisnya.
Ia kembali menarik tangannya, lalu bangkit dari duduknya, "Sudah cukup penjelasannya, Renjun. Itu yang mau aku jelasin, aku nggak akan maksa atau ngikutin kamu lagi, kamu bebas dan emang kita udah nggak ada ikatan apa-apa kan? Jadi kamu nggak perlu khawatir lagi. Aku pamit ya, Ren. Jaga diri kamu, jangan makan es krim kebanyakan nanti sakit. See you next time!"
Pada akhirnya Taeyong menyerah setelah 2 minggu belakangan ini dia berjuang hanya untuk menjelaskan semuanya pada Renjun. Kaki panjangnya berjalan menjauhi meja yang tadinya diduduki Renjun dan dirinya.
Hatinya masih berat untuk melepaskan Renjun dari tempatnya. Sampai sekarang pun nama Renjun masih bertahta di hati laki-laki tinggi ini, tidak tergeser sedikit pun.
BRUK!
"Jangan pergi! Yongie nggak boleh pergi!"
Tubuh Taeyong terhuyung ke depan karena ada tubrukan keras dari belakang. Kedua lengan kurus melingkari pinggangnya dan memeluknya dengan erat, bibir itu itu berkata 'jangan pergi' dengan suara sengau. Taeyong merasa kemeja belakangnya basah karena air mata orang yang baru saja memeluknya dengan erat. Taeyong berbalik lalu merangkulkan tangannya ke pundak Si Pendek.
Pelukan Si Pendek semakin erat bahkan ia membenamkan wajahnya ke dada bidang Taeyong dan menangis disana. Taeyong bisa mendengar suara tangisan Renjun yang semakin keras dan enggan untuk berhenti. Ia akhirnya melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Renjun dan sebelah tangannya lagi di bahu Renjun.
"Eh kok kamu nangis sih? Jangan nangis, nanti jelek loh. Tuh liat kuenya belum habis, es krimnya juga belum dihabiskan. Ayo habiskan dulu, kalau udah habis kamu mau nangis lagi juga boleh," bujuk Taeyong dengan lembut. Ia masih setia menepuk pundak Renjun.
Renjun menggeleng kuat, "Injun nggak mau es krim! Injun nggak mau kue!" rengeknya manja.
Taeyonh meringis, lalu matanya mengedar untuk mencari pelayan agar membungkus semua makanan Renjun dan membayar semua tagihannya. Sedangkan Renjun masih betah memeluk Taeyong tanpa berminat untuk melepaskannya.
Setelah Taeyong membayar semuanya dan menerima semua makanan Renjun pada posisi yang sama, ia mengajak Renjun pulang. Dengan sabar ia menuntun Renjun yang masih menangis ke dalam mobil Renjun, lalu mobilnya? Biarkan saja, nanti Taeyong telepon supir untuk membawa mobilnya pulang.
Di perjalanan juga Renjun dan Taeyong masih sama-sama diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Tuh ada tisu, hapus dulu air matanya terus buang ingusnya. Jorok kamu, masa ingusnya keluar masuk terus," tegur Taeyong yang akhirnya buka suara.
Renjun masih bergeming, dia mengucek kedua mata basahnya lalu mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya yang sembab dan mengeluarkan ingusnya.
"Kamu habis ini mau kemana? Pulang?" tanya Taeyong lagi.
Renjun menggeleng ribut. Dia tidak mau pulang!
"Terus kamu mau kemana?" tanya Taeyong lagi.
"Mau jalan-jalan," balas Renjun dengan suara sengaunya.
"Iya mau jalan-jalan kemana?" tanya Taeyong dengan sabar. Lama-lama dia sakit kepala juga menghadapi Renjun.
"Kemana aja," balas Renjun lagi.
Taeyong menghela napas, dia clueless.
"Mau ke kota tua?"
"Nggak. Panas."
"Pantai Ancol?"
"Nggak. Jorok."
"Candle light dinner?"
"Nggak."
"Terus kemana?"
"Terserah."
WOY!!!!
"Yaudah ke apartmentku aja ya?" bujuk Taeyong lagi.
Renjuj menoleh ke arah Taeyong lalu menatap laki-laki itu lama. Taeyong hanya melirik sekilas, dia takut ditolak lagi.
"Iya. Aku mau bobo, ngantuk. Tapi kelonin."
Oke gais ^_____________^
***
A/N:
HEHEHE ^_____^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Hello 📌 Taeren ✔️
Fanfiction[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH DAN JUDUL ] Tiap di dekat Renjun, Taeyong mendadak mules, malu, deg-degan, gugup, kaku, blank, letih, lemah, lesu, lunglai. Suka tapi Diam. Sayang tapi pasif. Giliran digebet orang lain, mar...