❝Kak, aku suka kakak.❞
🍃 🍃 🍃
Setelah mengakui kalau Taeyong menyukai Renjun sejak 2 tahun lalu, laki-laki itu langsung pergi begitu saja dari hadapan Renjun. Meninggalkan pemuda kurus yang masih mematung di depan pintu rumahnya.
"KAK TAEYONG!!! TUNGGU!!! MAU KEMANA SIH?! AKU IKUT!!!"
Renjun berlari mengejar Taeyong tanpa alas kaki, Taeyong berbalik, "Ngapain sih lo? Sana balik gih, nggak usah ikutin gue!" titah Taeyong dengan ekspresi mengeras.
Renjun berhenti berlari. Ia menatap Taeyong dengan pandangan sedihnya, "Tapi Injun mau ikut, kak," balas Renjun.
"Gue proposal pengajuan judul skripsi, nanti lo bosen," ujar Taeyong yang bersikeras agar Renjun tidak ikut.
Renjun menggeleng kuat, "Aku nggak akan bosen. Ayo! Ayo!" rengek Renjun sambil menggoyang-goyangkan tangan Taeyong.
Akhirnya laki-laki itu pasrah dan mengizinkan Renjun itu dengan syarat Renjun harus ganti pakaian, pakai sandal dan membawa jaket. Semua itu dengan mudah dipenuhi oleh seorang Renjun.
"Udah?" tanya Taeyong saat Renjun naik ke atas motornya.
"Iya kak!" seru Renjun.
Taeyong berdeham di balik helmnya lalu melajukan motornya menuju rumahnya sendiri.
Kencannya pindah tempat bos.
Selama di perjalanan keduanya hanya diam. Yang satu fokus menyetir, yang satu lagi fokus memperhatikan helm Taeyong.
"Kak Taeyong," lirihnya. Jelas saja Taeyong tidak menjawab, suaranya terlalu kecil.
"Kak, aku suka kakak."
Renjun melingkarkan tangannya di pinggang milik Taeyong lalu menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu. Taeyong jadi mendadak tegang sendiri, antara panik, senang dan ngeri.
Tadinya dia hendak bertanya tapi tidak jadi, nanti saja kalau sudah sampai rumah. 15 menit kemudian motor Taeyong berhenti di sebuah rumah minimalis yang merupakan rumahnya.
Ia sengaja tidak memasukkan motornya ke garasi tapi berhenti di depan rumahnya. Ia melepaskan helmnya lalu meletakkannya di atas tangki bensin.
Ia menoleh ke arah belakang untuk melihat Renjun.
"E-eh?!"
Taeyong membulatkan matanya saat melihat Renjun yang sedang menopangkan dagunya pada bahu Taeyong. Posisi wajah merela jadi saling berdekatan.
"Ng-ngapain?" tanya Taeyong gugup.
Renjun tidak menjawab, justru ia malah semakin mengeratkan pelukannya dan menatap Taeyong dengan polos.
"Kak," cicitnya pelan.
"A-apa?" balas Taeyong yang masih menatap Renjun dengan horror.
"Aku suka sama kakak."
Mata Taeyong yang pada dasarnya sudah bulat, kini semakin bulat karena ucapan Renjun.
"Jangan bercanda, Ren. Hati bukan hal yang harus dibercandain," balas Taeyong datar.
"Apa aku keliatan bercanda?" tanya Renjun dengan mata yang masih tertuju pada Taeyong.
Yang diyatap tidak bisa bicara apa-apa lagi. Akhirnya ia memalingkan wajahnya, "Yuk turun," ujarnya.
Renjun menghela nafas pelan lalu melepaskan rengkuhannya dari pinggang Taeyong untuk bergegas turun. Ia membiarkan Taeyong memasukkan motornya kebdalam garasi dan ia hanya mengikuti dari belakang.
"Kak Taeyong nggak percaya sama aku?" tanya Renjun lagi.
Taeyong yang sedang membuka jaketnya kembali menoleh, "Apa yang harus gue percaya?" tanyanya.
"Kalo aku suka sama kakak," balas Renjun. "Aku nggak suka Jaemin, aku sukanya kakak. Aku sama Jaemin cuma temenan aja tapi aku tau kalo dia suka sama aku," ujar Renjun.
"Ha?"
Taeyong semakin mirip dengan orang bodoh. Wajahnya melongo, benar-benar menyebalkan.
"Ish!" Renjun berdecak sambil menghentakkan kakinya kesal.
Taeyong masih diam saja dengan wajah bodohnya dan membuat Renjun tambah kesal setengah mati.
Renjun berjalan cepat ke arah Taeyong dan langsung menarik tengkuk laki-laki tinggi itu. Renjun menempelkan bibir tipisnya pada bibir Taeyong.
Yang dicium hanya membelalak panik tanpa ada niatan menolak.
Keenakan dia.
Ciuman itu tidak berlangsung lama tapi sukses membuat Taeyong maupun Renjun malu. Kedua pipi mereka memerah. Tapi Taeyong segera menetralkan rona pipinya walaupun jantungnya masih berdegup tak karuan.
"Injun, masuk nggak?" ajak Taeyong seakan tidak terjadi apapun.
Renjun merutuk dalam hati. Dia mengutuk perbuatannya barusan dan juga Taeyong. Rasanya dia ingun mengubur dirinya sendiri, harga dirinya sudah jatuh sampai ke paling dasar.
"Injun? Mau masuk nggak?" tanya Taeyong lagi.
Yang ditanya malah melengos, sepertinya dia ngambek. Taeyong menggeleng pelan lalu menarik tangan Renjun agar mengikutinya.
"Jangan ngambek. Nanti kita omongin baik-baik di atas," ujar Taeyong datar.
Dan kali ini pun Renjun menurut.
***
Sesuai perkataan Taeyong, mereka berdua berada di kamar Taeyong untuk membicarakan hal yang terjadi beberapa saat lalu.
"Kak! Fokus dulu ke aku, jangan ke proposalnya mulu!" rengek Renjun yang sudah gemas sekali dengan Taeyong yang bersikap sedikit acuh.
"Apa, Injun?" tanya Taeyong yang akhirnya mendongak.
Renjun cemberut dengan mata memicing ke arah Taeyong sedangkan Taeyong hanya diam sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Tau ah!"
Pada akhirnya Renjun marah dan Taeyong kembali mengerjakan proposalnya tanpa ada niat membujuk Renjun sedikit pun.
Jam terus berlalu, tak terasa sudah berjam-jam Taeyong menatap layar laptopnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Pandangannya mengedar untuk mencari dimana Renjun berada.
Nihil.
Renjun tidak ada di kamar. Akhirnya ia beranjak meninggalkan kamarnya untuk mencari Renjun.
"Aa, temennya ketiduran tuh di sofa tadi abis nemenin Ado main. Kamu tuh ada temennya malah dianggurin!" omel mama Taeyong.
"Dia bukan temen, ma. Dia pacar Taeyong."
WOY!!!
***
A/N:
Jangan lupa vote dan komennya ya sayang q
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Hello 📌 Taeren ✔️
Fanfic[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH DAN JUDUL ] Tiap di dekat Renjun, Taeyong mendadak mules, malu, deg-degan, gugup, kaku, blank, letih, lemah, lesu, lunglai. Suka tapi Diam. Sayang tapi pasif. Giliran digebet orang lain, mar...