4. Baiklah, Aku Akan Menguak Misterinya!

124 58 30
                                    

1357 kata

"Mikha."

"Mikha ...."

"Mikha."

"MIKHA!"

"CEPAT BACA BUKU ITU ATAU HIDUPMU TIDAK AKAN TENANG UNTUK SELAMANYA!!!"

Aku terbangun dari tidur, dari mimpi buruk itu. Mimpi yang menyuruhku untuk membaca buku yang penuh misteri itu.

Di dalam mimpi, aku dikejar-kejar makhluk aneh, menyeramkan berukuran raksasa. Dia terus meneriakkan namaku.

Aku takut ....

Melirik jam di atas nakas, masih tengah malam. Apa yang harus aku lakukan? Aku enggak bisa tidur lagi.

Aku putuskan untuk menutup mata, mencoba tidur. Namun 15 menit berlalu, tanda-tanda kantuk tak kunjung muncul. Rasa kejut karena mimpi berhasil membuat tenagaku pulih sepenuhnya.

Apa aku mengerjakan tugas sekolah saja, ya, agar kantuk muncul?

Aku beranjak dari kasur, mengecek semua tugas sekolah. Ahaha akhirnya! Aku menemukan satu tugas yang belum dikerjakan.

Dengan rasa bahagia yang membuncah di hati, aku memeriksa tugas apa yang belum dikerjakan.

Dan ternyata?

Oh tidak.

Ini matematika.

Pelajaran yang sangat, sangat sangat tidak kumengerti.

"Aaarrgghh!!" Aku mengerang frustasi. Kalau begini, bukannya ngantuk ... tapi tambah pusing.

Aku coret 'mengerjakan tugas' dalam list 'cara menciptakan rasa kantuk' di otak. Berpikir keras, memecahkan solusi untuk ini.

Ah, kopi!!

Seketika aku menepuk jidat.

Ayolah Mikha, mengapa kamu sangat bodoh? Sudah jelas-jelas kopi bakal membuatmu semakin bermasalah. Coba pikirkan yang lain.

Aku kembali berpikir. Dinginnya angin malam menusuk kulit, membuat gigi bergemeretak tanpa perintah. Namun, keringat dingin terus bercucuran karena rasa syok tadi masih ada.

Masa iya, harus baca buku itu, sih? Masih tengah malam pula. Aku benar-benar belum siap untuk itu.

"Baca ... tidak ... baca ... tidak. Baca ... tidak ... baca ... tidak ...," gumamku terus menerus.

"... baca ... tidak ... baca ... tidak ... ah, baca!!!" Aku membuat keputusan ini pada akhirnya, karena otak yang sudah buntu untuk berpikir—atau karena aku yang terlalu bodoh. Dengan berat hati, aku akan membaca buku itu.

Aku kembali diam selama kurang lebih 30 menit—menatap jam dinding, untuk mengumpulkan keberanian.

Akhirnya, setelah 30 menit berlalu, dengan langkah perlahan aku mengambil buku itu di rak buku. Segera ambil dan kubaca di tempat itu juga—dengan rasa takut tentunya. Untung saat ini, buku itu tak mengeluarkan hal yang membuatku ketakutan lebih lanjut.

Mungkin dia tahu kalau misterinya akan dikuak saat ini juga olehku.

Atau bahkan, butuh waktu berhari-hari untuk menguaknya.

Kembali membaca buku itu dari awal dengan serius. Ternyata setelah dibaca ulang, aku melupakan sesuatu.

"Ternyata, tanpa sadar aku melewatkan hal yang seru dari buku ini."

Beberapa menit berlalu. Dan karena buku itu sangat tebal, jadi aku belum menemukan hal yang menjadi petunjuk. Aku masih membaca bagian awal dari buku itu. Sampai akhirnya kantuk menyerang dan aku terlena dengannya. 

WHEN MOON AND STARS SHAPE MAGIC ELEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang