13. Menuju Hutan Dyrad

68 33 16
                                    

2212 Words.

Sudah satu jam aku berjalan lurus ke arah barat untuk menjalankan misiku di hutan Dyrad. Entah kenapa dari awal perjalanan aku tak menemukan satupun makhluk selain penyihir. Memang, begitu aku keluar dari istana aku berjumpa dengan banyak penyihir. Namun diantara sekian banyaknya penyihir yang kutemui, tak ada satupun yang mau menyapaku, entah apa alasannya.

Di sepanjang perjalanan, entah mengapa aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Tapi ketika aku menengok ke arah belakang, tak terdapat satu makhluk pun yang terlihat di mataku. Apakah ini hanya perasaanku semata karena sedang berada di tempat asing?

Tak ingin terlalu larut dalam pemikiran yang tidak berfaedah itu, aku kembali melanjutkan perjalanan.

Langkah demi langkah ku tapakkan di atas tanah. Perlahan namun pasti, rasa lelah lambat laun mulai menggerogotiku. Bawaan yang menurutku berat-padahal sudah diberi mantra peringan benda oleh kak Leyshi-menambah butir rasa lelahku. Karena badanku yang sedikit lemah tidak mau berkompromi dengan semangatku untuk segera menyelesaikan misi, akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Aku membersihkan tanah yang akan menjadi tempat dudukku. Aku lalu duduk dan membuka bekalku.

"Walau situasinya sangat tidak bersahabat, rendang selalu bisa menenangkan jiwaku," ucapku riang sambil memakan buah Flayli. Aku memakan buah di genggamanku dengan sangat lahap. Kau takkan bisa merasakan bagaimana rasanya makan rendang dalam bentuk buah-buahan. Hahaha.

Aku tak sadar kalau aku sudah menghabiskan seperempat perbekalanku, sampai akhirnya ada suara aneh yang tiba-tiba mampir di sekitarku.

Kwakkk!!!

Kwakkk!!!

"Suara apa itu?" monolog ku heran. Aku melirik perbekalanku. "Astaga!! Kenapa aku makan jatah bekal buat besok? Hadeuh, dasar Mikha," kutepukkan jidatku menyadari kerakusan ku ini. Aku segera membereskan barang-barangku dan bangkit untuk melanjutkan perjalananku.

Kwakkk!!!

Kwakkk!!!

"Entah apa yang merasukimu ...."

Kwakkk!!!

"Hingga kau tega mengkhianatiku, yang tulus ..... mencintaimu ....."

Suara yang menyerupai burung gagak di sekitarku membuatku spontan menyanyikan lagu entah apa yang merasukimu, disertai goyangan khas lagu itu tentunya.

Sambil menapaki tanah demi tanah aku terus bersenandung sampai akhir lagu. Ternyata, suaraku yang merdu-menurutku, karena aku selalu mendapat nilai sempurna dalam tes menyanyi-membuat tanaman di sekitarku ikut bergoyang seakan-akan menikmati nyanyianku. Satu demi satu hewan mulai terlihat, yakni serangga, cacing, bahkan burung-burung yang ikut membuntuti ku.

Tapi, hewan-hewan yang tadi mengikuti langkahku tiba-tiba pergi ke sembarang arah tanpa alasan yang jelas.

"Lho, kemana hewan-hewan nya? Kok hilang, ya?" tanyaku bingung. Niat hati ingin mencari jawaban, tapi aku malas untuk melakukannya. Jadi lebih baik melanjutkan perjalanan.

5 langkah kemudian, aku mendengar suara gaduh di balik ilalang yang tumbuh lebat di samping depanku.

Kresek, kresek....

Kresek....

"Suara apa itu?" aku melangkah pelan menuju sumber suara. Semakin dekat suara itu semakin keras, membuat rasa takut sekaligus penasaran dalam diriku meningkat. Setelah dirasa dekat dengan ilalang, aku perlahan menyibak ilalang itu untuk menemukan jawaban dari pertanyaanku. Ternyata dibalik ilalang yang ku sibak, ada satu makhluk yang sedang memakan sesuatu, terlihat seperti manusia.

WHEN MOON AND STARS SHAPE MAGIC ELEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang