14. Kejutan Baru

62 33 4
                                    

1144 Words

"Augi ... masih lama lagi gak, sampainya?" tanyaku yang kesepuluh kalinya. Sudah berjam-jam berlalu, dan ternyata kita masih di daerah hutan tempat aku tadi bertemu dengan Ogre sialan itu dan Augi yang ganteng ini. Berkali-kali aku akan katakan "sayangnya dia burung, bukan manusia".

"Masih lama, Mikha. Sebenarnya jarak wilayah Penyihir ke wilayah Dyrad itu sangat jauh, dan apabila ditempuh dengan berjalan kaki, 1 bulan baru bisa sampai di tempat tujuan." jawab Augi. Aku sangat terkejut, mendengar begitu lama perjalanan yang akan kutempuh itu apabila berjalan kaki. Untung saja aku bertemu dengan Augi, jadi aku tak harus capek-capek berjalan selama 1 bulan hanya untuk ke hutan Dyrad. Yang ada waktu untuk menjalankan misi terbuang sia-sia karenanya.

"Aku tak menyangka perjalannya akan sejauh itu, Augi." balasku masih dengan rasa kaget yang menyelimuti. "Lalu, kalau dengan terbang di udara, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di hutan Dyrad? Gak bakal sampai 1 minggu, kan?"

Mendengar kekhawatiranku, Augi dengan cepat menjawab. "Tenang saja Mikha, hanya memerlukan waktu 2 hari untuk sampai ke hutan Dyrad," jawabnya santai.

"DUA HARI??" aku memekik kaget, membuat konsentrasi Augi pecah mengakibatkan keseimbangan terbang Augi menjadi hancur.

"Eh eh, Augi, kenapa jadi oleng terbangnya??" tanyaku panik. Aku mencengkram bulu punggung Augi kuat-kuat agar tidak jatuh ke bawah. Tapi ternyata...

"HUWAAAA!! AKU JATUHHHH!!!! AUGI TOLONG AKU!!"

Mendengar dan menyadari aku terjatuh dari tubuhnya, Augi melesat dengan cepat menyusulku ke bawah. Saat posisinya dirasa sudah pas, dengan cepat ia langsung mencengkeram pundakku dengan cakarnya yang besar. Kepanikanku bertambah menyadari aku sedang dicengkeram bak ayam yang baru saja diburu oleh elang.

"WOY AUGI!! KENAPA AKU DIBAWA KAYAK AYAM HASIL BURUAN ELANG??? CEPAT NAIKKAN AKU KE PUNGGUNGMU AGAR KEPANIKANKU TIDAK BERTAMBAH!!!"

"MAAF MIKHA, AKU TERLALU PANIK SAAT MENDENGAR TERIAKANMU, JADI AKU TAK TAHU HARUS BAGAIMANA."

"MASA BODO!! POKOKNYA TURUNKAN AKU SEKARANG JUGA!!"

Tiba-tiba Augi melepaskan cengkeramannya, menjadikanku terjun ke bawah dengan bebas.

"AAAAUGIII AKU JATUH!! KENAPA KAU MALAH MELEPASKANKU TIBA-TIBA?"

"TADI KATAMU AKU HARUS MELEPASKANMU."

"YA GAK GINI JUGA, AUGI. MAKSUDKU TUH TURUNIN AKU SAAT KITA SUDAH ADA DI TANAH."

"OH GITU. BILANG DARI TADI DONG, MANUSIA."

Rasa kesal langsung menyelimutiku ditengah aktivitas terjun bebas yang tidak disengaja ini. Aku kira dia mengerti dengan maksudku. Tapi ternyata, realita yang ada tak sesuai dengan ekspektasi.

Hufft ... kalau Augi bersekolah di sekolah penerbangan burung, pasti dia tidak akan naik kelas.

Aku masih merasakan sensasi terjun bebas, walau mataku sedang tertutup rapat. Tapi lama kemudian, aku merasa sedang duduk di punggung seseorang. Apa Augi telah mendudukkanku di punggungnya?

"Sekarang, buka matamu. Aku tahu kalau kau sedari tadi terus menutup mata," titah Augi dengan intonasi pelan, tidak seperti tadi yang terus berteriak. Ku buka mataku dan benar saja, aku saat ini sedang ada di punggung Augi.

"Makasih dan ... jangan ulangi hal seperti tadi lagi!" seruku memperingatkan. Yang sedang diberi nasihat malah nyengir-nyengir gak jelas.

"Iya-iya ... aku minta maaf, Mikha. Harus ku katakan, kalau ekspresimu saat jatuh tadi terlihat sangat menggemaskan dan ...," Augi menghentikan kalimatnya.

WHEN MOON AND STARS SHAPE MAGIC ELEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang