Happy reading 💐
Typo bertebaranSilahkan di Coment jika Ada Typo 😉
Acara lamaran telah selesai, kini Sean berada di kamarnya berdiri di depan jendela sambil menatap keluar entah apa yang ada di pikirannya.
"Sean," panggil Silvia mengejutkan Sean.
"Ibu," kata Sean.
"Kau baik-baik saja?" tanya Silvia.
"Selama kau bersamaku aku akan baik-baik saja," kata Sean.
"Kau sudah minum obat Bu?" tanya Sean.
"Sudah, aku tidak akan lupa kalau aku tidak minum nanti putraku ini akan marah," kata Silvia mengusap kepala Sean.
"Sean, sampai kapan kau terus seperti ini?" tanya Silvia membuat Sean mengerutkan keningnya.
"Maksud Ibu?" tanya Sean.
"Adikmu sebentar lagi akan menikah, terus sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau belum menemukan wanita lain?" tanya Silvia membuat Sean mengalihkan pandangannya.
"Aku ada urusan di luar Bu, aku pergi dulu," kata Sean melangkah meninggalkan Silvia Sendiri di kamarnya.
Silvia menatap putranya dengan tatapan sedih, hatinya sakit melihat putranya menderita seperti ini.
***
"Ibu," panggil Lisa.
"Hm?" tanya Melda.
"Menurutmu Nyonya Bela itu seperti apa?" tanya Lisa.
"Seperti Manusia kau ini ada-ada saja," kata Melda membuat Lisa kesal.
"Ck, Ibu Nyonya Bela memang manusia, maksud aku sifatnya itu seperti apa?" tanya Lisa.
"Menurut ibu, dia baik, pintar, dan cantik," kata Melda.
"Tapi aku rasa dia itu aneh, kadang baik kadang juga tidak," kata Lisa lagi sambil menidurkan kepalanya di paha ibunya.
"Semua orang itu berbeda-beda Nak, yang terlihat baik belum tentu baik," kata Melda mengusap kepala Lisa.
"Tapi Bu, Tuan Sean tidak seperti itu aku rasa dia memang baik," kata Lisa.
"Kau sungguh-sungguh mencintai Tuan Sean?" tanya Melda.
"Aku mencintai Tuan Sean bukan karena harta dan wajahnya, tapi aku mencintainya karena kebaikan yang selalu ia lakukan pada orang-orang miskin seperti kita," kata Lisa lagi.
"Tapi Bu, aku sama sekali tidak berharap kalau Tuan Sean mengetahui perasaan ku dan membalasnya, aku sadar diri Bu tak pantas memiliki Tuan Sean," kata Lisa.
"Maafkan Ibu karena ibu belum bisa memberikanmu kemewahan," kata Melda meneteskan air mata.
"Heeeh kenapa ibu berbicara seperti itu? sebelum lahir aku berpesan pada tuhan agar aku di tempatkan ke rumah yang memiliki ibu yang kuat dan baik hati," kata Lisa sambil mengusap air mata Melda.
Melda menarik Lisa masuk ke dalam pelukannya, air matanya terus mengalir karena perkataan Lisa yang sangat menyentuh hatinya.
"Andaikan dia seperti dirimu ibu sangat bangga memiliki putri-putri yang baik hati," kata Melda.
"Sudah Bu yang berlalu biarlah berlalu, ibu jangan bersedih aku akan selalu di samping ibu," kata Lisa dan Melda mengangguk.