Happy reading 💐
Typo bertebaranSilahkan di Coment jika Ada Typo 😉
Sean masuk ke rumahnya dengan menggendong Lisa yang tak sadarkan diri, Seketika semua mata tertuju padanya.
"Lisa, ada apa dengan putriku?" tanya Melda.
"Apa yang terjadi padanya? di mana Rafa?" tanya Silvia.
"Dia pingsan, ibu tolong panggilkan Dokter," ujar Sean membawa Lisa masuk ke kamarnya.
"Lalu di mana adikmu?" tanya Silvia lagi.
"Maafkan aku Bu, Rafaaa," ujar Sean menggantungkan kalimatnya.
"Rafa kenapa? jangan membuat ibu khawatir Sean!" marah Silvia.
"Di-dia terkena tembakan Bu," ujar Sean.
PLAK!
Semuanya terkejut melihat Silvia menampar Sean, kejadian yang sangat langka apa lagi Silvia menampar Sean di depan banyak orang.
"Kenapa kau tidak menjaganya?! dia selalu melindungi mu, di saat ada musuh dia memasang badannya untuk melindungi mu! tapi kenapa kau biarkan dia terluka?" marah Silvia pada Sean.
"Aku tahu Lisa seperti ini karena dirimu kan?! ya Tuhan apa yang terjadi padamu Sean?" ujar Silvia membuat Sean terdiam.
"Maafkan aku Bu," ujar Sean menunduk.
"Permisi, maaf saya terlambat," ujar Dokter yang masuk ke kamar Sean.
"Tidak masalah Dokter, tolong periksa Kakak Ipar ku, dia adalah istri dari kak Sean," ujar Jeni sengaja memperjelas status Lisa di depan Sean.
"Dia hanya kelelahan dan banyak pikiran, tolong jangan buat dia merasa tertekan karena bisa berdampak buruk bagi kesehatannya," ujar Dokter itu.
"Terimakasih Dokter," ujar Melda.
"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu masih banyak pasien yang harus ku tangani," ujar Dokter.
"Akan ku antar kau sampai ke gerbang," ujar Gunadhya.
"Aku akan membawa Lisa pulang agar dia bisa beristirahat di rumah," ujar Melda.
"Tidak Bibi, biarkan saja dia tidur di sini," ujar Sean.
"Lalu kau tidur di mana?" tanya Melda.
"Tidak usah memikirkan aku," ujar Sean lagi.
"Bibi kau ini kenapa? kakak sama kakak ipar kan sudah menjadi suami istri jadi wajar saja jika mereka tidur sekamar," ujar Gege membuat wajah Sean menjadi datar.
"Ingat Sean, jika kau tidak merubah sikapmu ibu tidak akan berbicara padamu," ujar Silvia melangkah keluar dari kamar Sean.
"Kalian semua keluarlah biarkan dia beristirahat, aku akan menjemput Rafa dan membawanya pulang," ujar Sean.
***
Sean melewati koridor demi koridor yang ada di rumah sakit dengan gayanya kedua tangannya di lipat ke belakang lalu berjalan dengan wajah yang di angkat dan tanpa senyuman ia segera mencari kamar Rafa.
Sean terhenti pada sebuah kamar yang bernomor 03, melalui kaca tembus pandang Sean dapat melihat Rafa yang sedang tertidur dengan tangan yang di perban.
Ceklek...
Sean membuka kamar Rafa dan membangunkannya.