Happy reading 💐
Typo bertebaran
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉Sean membuka matanya ketika indera penciumannya menangkap bau yang sangat lezat membuatnya merasa sangat lapar.
"Aaakh," ringis Sean sambil memegang perutnya.
"Ah kau sudah bangun, ayo istriku sudah menyiapkan makan malam," ujarnya.
"Apa kau bisa berjalan?" tanya kakek itu.
"Iya Paman," ujar Sean berdiri dari duduknya dan berjalan pincang ke arah dapur.
Sean memandang meja makan yang hanya terbuat dari batang pohon besar dan beberapa bangku plastik, berbeda dengan meja dan kursi yang ada di rumahnya.
"Beginilah keadaan rumah kami Tuan," ujar istri kakek itu.
"Tidak apa-apa bibi, aku bersyukur karena kau dan suamimu mau menolong kami," ujar Sean tersenyum.
"Oh ya, dimana istriku?" tanya Sean.
"Istrimu belum sadar tapi dia terus memanggil namamu Tuan, mungkin saja dia akan sadar kalau kau yang membangunkannya," ujarnya.
"Tapi sebelum itu kau makan dulu," ujarnya dan Sean mengangguk.
****
Setelah makan malam, Sean memutuskan untuk melihat keadaan Lisa, Sean memandang Lisa yang memejamkan mata dengan kepala yang dililit perban.
"Tuaaaan," lirih Lisa.
"Tuaaaan jangan tinggalkan aku," ujar Lisa lagi tapi ia masih memejamkan matanya.
"Ini aku, bangunlah!" ujar Sean menatap Lisa.
"Tuaaaan," panggil Lisa lagi.
Sean menggenggam tangan Lisa dengan erat, entah mengapa ada yang bergejolak di dalam hatinya.
"Lisa," panggil Sean lagi.
"Tuan," lirih Lisa sambil menatap sendu kearah Sean.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Lisa dengan suara serak.
"Hm, aku baik-baik saja,"
"Sekarang makanlah," ujar Sean sambil membantu Lisa untuk bangun.
Lisa menatap makanan yang ada di depannya perutnya sangat lapar, tapi sayang sekali Lisa belum bisa menggerakkan tangan kanannya, tapi tidak masalah Lisa masih memiliki tangan kirinya.
Pada saat suapan pertama Ingin masuk ke dalam mulutnya, Sean langsung menarik tangan Lisa dan mengambil alih sendok yang ada di genggamannya.
"Buka mulutmu," ujar Sean.
Lisa sedikit gugup saat Sean menyuapinya ini yang pertama kalinya Sean bersikap seperti ini.
"Cukup," ujar Lisa ketika Sean hendak menyuapinya lagi.
"Ini ada obat herbal dari paman, minumlah agar tubuhmu kembali membaik aku sudah meminumnya ," ujar Sean.
"Paman?"
"Iya, paman dan istrinya yang menyelamatkan kita," ujar Sean.
"Apa Nyonya sudah tahu keadaan kita?" tanya Lisa.
"Belum, ponselku hilang di hutan itu paman hanya menemukan dompetku saja," ujar Sean.
"Istirahatlah Lisa, aku memang sudah memutuskan hubungan dengan mu, tapi untuk saat ini kau harus berperan menjadi istriku," ujar Sean.
"Iya Tuan, aku mengerti," ujar Lisa menunduk.
"Baiklah, selamat malam," ujar Sean keluar dari kamar Lisa.
"Paman," panggil Sean.
"Ada apa Nak? kau butuh sesuatu?" tanyanya.
"Aku hanya ingin bertanya, ini di daerah mana? karena jujur aku merasa asing dengan tempat ini," ujar Sean duduk di samping kakek itu.
"Aku menemukan terdampar di tepi sungai bersama istrimu dengan keadaan luka-luka, aku pun bingung apa yang terjadi dengan kalian?".
"Waktu itu aku di hadang oleh beberapa musuhku, saat aku ingin menghentikan mobilku ternyata remnya sudah di rusak aku tidak tahu siapa yang telah merusaknya, dan terakhir sebelum aku pingsan aku melihat mobilku terbakar untungnya aku dan Lisa sudah keluar dari mobil itu," jelas Sean sambil membayangkan kejadian tadi.
"Mobil? aku tidak melihat mobil atau bekas pembakaran di sana," ujarnya.
"Mungkin saja kau terbawa arus sungai makanya kau bisa sampai ke tempat ini," ujarnya.
"Kalau boleh tau apa nama wilayah ini?" tanya Sean.
"Kalian berdua berada di Amaravati dulunya kami tinggal disini beramai-ramai tapi saat pemimpin kami meninggal dunia mereka semua pergi dan tinggal aku dan istriku yang bertahan di sini," ujarnya.
"Aku dari kota Vaishali kebetulan aku pemimpin mereka," ujar Sean.
"Vaishali? maaf Tuan aku tidak pernah mendengar nama kota itu, dan kalaupun ada sepertinya itu sangat jauh," ujarnya.
"Apa paman mempunyai ponsel? atau sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memberikan kabar kepada keluarga ku," tanya Sean.
"Tidak Nak, tempat tinggal kami sangat terpencil,".
"Baiklah paman,".
"Istirahatlah, kalau kau sudah membaik aku akan mengantarmu kejalan besar dan mencarikan kau tumpangan," ujarnya.
"Kau juga istirahat Paman," ujar Sean.
Sean melihat Lisa yang belum tidur, kedatangan Sean nampaknya membuat Lisa terkejut.
"Kau belum tidur?"
"Aku tidak bisa tidur Tuan, kau akan tidur dimana?" tanya Lisa.
"Di sini, aku akan tidur di sana," ujar Sean sambil menunjuk sebuah bangku panjang.
"Sekarang tidurlah," ujar Sean sambil memejamkan matanya.
Bersambung...