21

3K 248 18
                                    

Happy reading 💐
Typo bertebaran

Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉

"LISAAA," teriak Sean memasuki rumah membuat semua yang sedang makan siang terkejut.

"LISAAA," teriak Sean lagi.

"Nyonya aku akan menemui Tuan," ujar Lisa.

"Pergilah," kata Silvia.

Lisa berlari ke ruang tengah untuk menemui Sean yang terus memanggil namanya.

"Tuan ada apa?" tanya Lisa.

"Lihat Lisa apa yang ku bawakan untuk mu," ujar Sean mengulurkan sebuah pistol.

"Untuk apa?" tanya Lisa.

"Untuk apa? heiii kau ini istriku bukan? Jika menjadi istri seorang Sean Brahmana kau harus pandai menggunakan pistol ini dengan baik," kata Sean.

"Tidak Tuan, ak-aku tidak bisa," ujar Lisa.

"Aku tidak suka penolakan! ayo ikut denganku," ujar Sean menarik Lisa keluar.

"Rafa kemana Sean akan membawa Lisa pergi?" tanya Silvia.

"Aku tidak tahu Bu, aku akan menyusul kakak aku takut terjadi apa-apa," ujar Rafa.

Lisa meremas ujung bajunya ketika berada dalam satu mobil bersama Sean apalagi saat Sean membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Ya Tuhan.. lindungi kami  aku tahu saat ini Tuan marah padaku tapi ku mohon jangan biarkan Sesuatu yang buruk terjadi padanya," batin Lisa.

Sean memarkirkan mobilnya di dalam Hutan, jantung Lisa berdegup kencang saat Sean menatapnya tajam.

"Turun!" ujar Sean.

Lisa melihat sekelilingnya hanya ada pepohonan yang menjulang tinggi dan hanya ada suara kicauan burung.

"Hari ini kau harus bisa menguasai pistol ini, aku membelinya dengan harga yang sangat mahal, peluru yang ada di dalam pistol itu berkualitas tinggi jadi berhati-hatilah," ujar Sean.

Tangan Lisa gemetar memegang pistol itu, ia tidak sanggup untuk melakukan ini semua.

Sean berdiri di bawa sebuah apel yang di gantung di ranting pohon dan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Lisa berdiri.

"Bidik  Apel ini jika kau gagal maka Apel ini akan berada di depan jantungku," ujar Sean.

"Tuan aku tidak bisa hiks," ujar Lisa menangis.

"Tolong jangan menghukum ku seperti ini," ujar Lisa lagi.

"Kau boleh melakukan apapun padaku tapi tolong jangan memaksa aku untuk menyakitimu!" ujar Lisa.

"Tembak Lisa!" ujar Sean.

Lisa menggeleng dan menangis tangannya gemetar ia benar-benar tidak bisa melakukan itu semua.

"TEMBAK!" bentak Sean.

DOR!.

"Apa yang kau lakukan Lisa? KENAPA KAU TIDAK MEMBIDIKNYA DENGAN BENAR!" teriak Sean.

Sean mengambil Apel itu dan menggenggamnya lalu meletakkannya di depan jantungnya.

"Sekarang pastikan ini tepat, jika kau tidak mendidiknya dengan benar maka peluru itu akan masuk ke jantungku," ujar Sean semakin membuat Lisa ketakutan.

Lisa mulai memejamkan matanya dan  menekan pelatuk pada pistolnya matanya terus mengeluarkan cairan bening .

DOR!.

"Aaaaakh,"

Lisa dan Sean sama-sama terkejut melihat siapa yang terkena tembakan, itu adalah Rafa peluru itu melesat ke lengannya.

"RAFA," teriak Sean menahan tubuh Rafa.

"A-a-akuu, Tu-tuan ma-maafkan A-a-ku," ujar Lisa sangat gugup.

"LIHAT APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?! AKU MENYURUHMU UNTUK MENEMBAKKU BUKAN MENEMBAK RAFA!" teriak Sean.

"Hiks, Tuaaan aku tidak sengaja tolong maafkan aku," ujar Lisa memohon.

Setelah menelpon anak buahnya Rafa di bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan secepatnya.

"DOKTER," teriak Sean saat memasuki rumah Sakit.

Seketika banyak perawat yang datang menghampiri Sean dan Lisa.

"Dia terkena tembakan, bius dia jangan sampai merasakan sakit!" ujar Sean tegas pada dokter itu.

"I-iya Tu-tuan kami akan melakukan semaksimal mungkin," ujar Dokter sedikit ketakutan.

Setelah Rafa masuk ke dalam ruangan operasi, Sean beralih menatap Lisa yang sedang menatap lurus ke depan.

"Aku tidak akan memaafkan mu kalau terjadi apa-apa pada Rafa!" ujar Sean.

"Sekarang ikut denganku! Akan ku perlihatkan cara menembak dengan benar," ujar Sean menarik Lisa ke tempat tadi.

***

Lisa hanya diam saat Sean terus menarik nya masuk ke dalam hutan.

"Perhatikan apel yang di gantung itu Lisa," ujar Sean sambil menunjuk apel yang terikat itu.

Sean berdiri di belakang Lisa dan menarik lengan Lisa agar lurus kedepan sambil memegang pistol itu, posisi Sean seakan memeluk Lisa dari belakang, jantung Lisa berdegup kencang bahkan ia merasa kalau saat ini Sean sedang menatapnya sebab ia dapat merasakan kalau ujung hidung mancung Sean mengenai pipinya.

"Kau harus membidiknya, fokus ke arah target yang di tuju setelah itu tekan pelatuknya dan tembak!" ujar Sean.

DOR!.

tepat sasaran! apel itu hancur ketika peluru itu mengenainya tapi bersamaan dengan itu Lisa pingsan dan terjatuh di pelukan Sean.

"Lisa, hey bangun!" ujar Sean sambil menepuk pipi Lisa.

"Dasar lemah!" kesal Sean.

"Hei sedang apa kalian?" tanya seorang kakek tua yang sedang membawa ranting pohon.

"Dia pingsan," ujar Sean sambil menggendong Lisa ala bridal style.

"Dia siapa? jangan-jangan kalian sudah berbuat yang tidak-tidak di hutan ini?!" ujar kakek tua itu.

"Diaaa," ujar Sean menggantungkan kalimatnya sambil menatap Lisa yang memejamkan matanya.

"Dia istriku," ujar Sean.

"Istrimu? Maaf tuan aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ijinkan aku untuk memeriksa istrimu," ujar Kakek itu.

"Silahkan," ujar Sean meletakkan Lisa di bawah.

"Aku tidak tahu banyak tentang kedokteran, tapi aku rasa istrimu ini hanya tertekan saja jaga dia jangan biarkan dia berpikir terlalu keras," ujar kakek itu.

"Terimakasih, aku akan membawanya pulang," ujar Sean.

"Apa kau Tuan Sean?" tanyanya dan Sean mengangguk dan tersenyum.

"Senang bertemu dengan mu Tuan, aku adalah penduduk hutan di sini aku yang menjaga keamanan di sini," ujarnya.

Sean mengangguk dan segera membawa Lisa pulang ke rumah.

Bersambung....

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang