Happy reading 💐
Typo bertebaran
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉"Sean, ku mohon hentikan semua ini, kau tidak boleh menikah seseorang dengan keadaan yang tidak sadar," ujar Silvia menangis.
"Tidak ibu, aku melakukannya dengan sadar dan mulai saat ini namamu adalah Nyonya Lisa Sean Brahmana Abisatya," ujar Sean.
PRANG!
PRANG!
PRANG!Sean memecahkan beberapa botol bir di tangga dan menarik Lisa untuk berjalan di atas beling itu.
"Kau mencintaiku bukan? kau tidak ingin melihatku terluka bukan? Maka dari itu ayo aku akan membagi luka padamu," ujar Sean menarik Lisa menaiki tangga yang penuh beling.
Lisa meremas bajunya ketika telapak kakinya menginjak beling itu, Lisa hanya bisa menahan tangisnya agar tidak didengar oleh Sean.
"Kaka, ku mohon hentikan semua ini," ujar Rafa menutup pintu kamar Sean agar Sean tidak masuk ke dalam.
"Pergi dari hadapanku," ujar Sean dingin.
"Tidak! yang kau lakukan sudah keterlaluan kak kau membuat semuanya hancur," ujar Rafa.
"LALU APA YANG HARUS KULAKUKAN?! AKU HARUS MEMPERTAHANKAN INI SEMUA HAH? WANITA ITU PERGI DENGAN KEKASIHNYA MEREKA BERDUA MENGKHIANATI KU DAN DIA!" teriak Sean menunjuk Lisa.
"DIA YANG MEMBANTU MEREKA PERGI," teriak Sean lagi.
"Aku harus memberikan penghargaan atas pengkhianatannya padaku Rafa, aku harus memberikan apa yang ia inginkan dan sekarang? dia sudah menjadi istriku lalu apa lagi?" ujar Sean putus asa.
"Tapi kak_"
"Diam Rafa, kau tidak berhak ikut campur dalam urusan ku, sekarang tidak ada yang bisa mencegahku untuk melakukan apapun yang aku inginkan mau kau, atau ibuku sekalipun," ujar Sean menarik Lisa masuk ke dalam kamarnya.
"MASUK!" teriak Sean sambil mendorong Lisa membuat Lisa tersungkur di lantai.
Sean berjalan mengelilingi kamarnya yang terlihat begitu indah, seharian Sean menghias kamarnya sendiri tanpa meminta bantuan pada orang lain, bahkan ia juga membatalkan rapat-rapat Penting di kantornya hanya untuk menghiasi kamarnya.
Sean tersenyum kecut ketika melihat foto Felysia yang terpajang di kamarnya, lalu Sean berjalan menuju tempat tidurnya dan melepas semua hiasan itu dengan kasar.
"Kau datang ke rumah ku sebagai pelayan,".
"Kau berhasil merebut kepercayaan ku,".
"Kau berhasil mengetahui Masalalu ku,".
"Kau berhasil menjadi teman ku,".
Ujar Sean sambil terus melepas hiasan kamarnya. Sedangkan Lisa hanya duduk sambil terisak.
"Setelah kau tahu kelemahan ku, kau memanfaatkanku dan menghancurkan semuanya," ujar Sean berjongkok di hadapan Lisa.
"Tolong percaya padaku," ujar Lisa memohon.
"Sssssssst aku tidak ingin mendengar perkataan dari mulut seorang pengkhianat Seperti mu," ujar Sean.
"Kenapa Lisa?? kenapa kau melakukan ini semua?" tanya Sean sambil berjalan ke lemari tempat minuman keras favoritnya.
Dengan satu tegukan, botol yang Sean pegang kosong, lalu Sean kembali membuka botol baru dan kembali meminumnya sampai ia tidak sadarkan diri.
Lisa menangis sejadi-jadinya ketika melihat Sean sudah tidak sadarkan diri, dengan langkah yang pincang Lisa menghampiri Sean yang sudah tergeletak di tempat tidurnya.
Bercak darah ada di mana-mana dalam kamar Sean, tak lain itu adalah darah dari telapak kaki Sean dan Lisa.
"Tuan kenapa kau tidak percaya padaku?" lirih Lisa sambil membersihkan luka di kaki Sean.
"Hari ini kau membuatku merasakan sakit yang amat luar biasa, aku tidak bisa melihatmu terlukanya tapi kenapa kau selalu membuat dirimu terluka?" ujar Lisa terus membersihkan kaki Sean.
Setelah mengobati Sean Lisa beralih menatap kamar Sean yang begitu berantakan, pecahan kaca juga berserakan di mana-mana.
"Tanpa kau katakan aku sudah tahu rasa sakit yang kau rasakan sekarang," ujar Lisa lagi.
Lisa berjalan keluar kamar dengan langkah yang pincang kakinya masih terasa sakit, sesampainya di ruang tamu Lisa melihat sudah tidak ada siapa-siapa hanya para pelayan yang membereskan rumah.
***
Lisa membuka pintu rumahnya, ia melihat kalau ibunya sedang menangis di samping tempat tidurnya.
"Ibu," lirih Lisa.
"Lisaaa hiks," ujar Melda memeluk Lisa.
"Duduklah ibu akan mengobati lukamu," ujar Melda.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu Lisa," ujar Melda sambil mengobati luka di kaki Lisa.
"Ibu kenapa tidak ada yang percaya padaku?".
"Aku berani bersumpah Bu, aku tidak melakukan itu semua," ujar Lisa kembali menangis.
"Hari ini aku melihat kebencian dan Kekecewaan Tuan Sean Bu, dia terluka dan hatiku sangat sakit menyaksikan itu semua," ujar Lisa.
"Ibu percaya pada putri Ibu, kau anak yang baik ibu tidak pernah mengajarkan mu untuk melakukan perbuatan jahat, setelah ini kita harus pergi dari sini ibu tidak ingin kau terus-terus di sakiti," ujar Melda.
"Tidak Bu, apa aku pernah marah jika Tuan Sean menyakitiku? Aku yakin kalau dia tahu yang sebenarnya dia tidak akan menyakitku Bu, walaupun Tuan Sean menikahi ku dengan penuh emosi dengan bangga aku mengatakan kalau aku adalah Istrinya, dan tugas Istri harus berada di samping suaminya apapun yang terjadi," ujar Lisa tegas.
"Ibu tidak mengerti dengan jalan pikiramu! kau terus-terus membiarkan dirimu di sakiti," kesal Melda.
"Ibu kau pernah bilang kan? kebenaran akan selalu menang dan itu bersifat selamanya jadi aku yakin cepat atau lambat Tuan Sean akan mengetahui semuanya aku tidak perlu mengatakan yang sebenarnya padanya tapi waktu yang akan mengungkapkan kebenaran," ujar Lisa.
"Kau tahu siapa pelakunya?" tanya Melda.
"Iya Bu, aku tahu siapa pelakunya dan aku juga tahu tujuannya, tapi aku tidak mungkin mengatakan pada Tuan Sean," ujar Lisa.
"Kenapa kau tidak mengatakannya? jika kau mengatakan yang sebenarnya namamu akan kembali bersih Lisa,".
"Jika aku mengatakan yang sebenarnya itu akan membuat Tuan Sean kecewa lagi Bu, dan saat ini apapun yang ku katakan tidak akan di percaya oleh Tuan Sean," ujar Lisa.
"Kau adalah anak yang baik , kau adalah anak yang kuat makanya cobaan terus datang pada dirimu, bersihkan dirimu setelah itu kau istirahat," ujar Melda dan Lisa mengangguk.
Bersambung...