Happy reading 💐
Typo bertebaranSilahkan di Coment jika Ada Typo 😉
Hari Sabtu yang begitu cerah ini, orang-orang di rumah Sean sedang sibuk membuat kejutan untuk menyambut kepulangan Bela dari rumah sakit, karena tragedi itu dia harus di rawat selama tiga hari di rumah sakit dan karena kejadian itu anak yang selama ini Bela dan Gunadhya nantikan tidak dapat tertolong.
"Selamat datang di rumah kakak," ujar Gege berusaha membuat Bela tersenyum namun hasilnya nihil wanita itu terus menampakkan wajah sedihnya.
"Lihatlah aku membuatkan bunga untuk mu, cantikkan?" tanya Jeni sambil memberikan rangkaian bunga yang sangat indah.
"Terimakasih Je," ujar Bela mencoba untuk tersenyum kepada mereka.
"Sean tolong antar Bela ke kamar aku akan membersihkan barang-barang yang ada di mobil," ujar Gunadhya.
"Hm baiklah, Bela ayo," ujar Sean menuntun Bela berjalan ke kamarnya di susul oleh Jeni.
"Aku merasa kasihan pada nyonya Bela pasti hatinya sangat hancur," ujar Lisa menatap Gege dan Silvia.
"Aku juga merasa sedih karena kehilangan cucu pertamaku, cucu yang bertahun-tahun aku nantikan," kata Silvia.
"Ibu jangan memikirkan ini terlalu berlebihan yang terjadi biarlah terjadi jangan sampai kau jatuh sakit," ujar Lisa mengusap bahu Silvia.
"Ge, antar ibu ke kamar aku akan menyiapkan obat siangnya dulu," ujar Lisa lagi.
***
"Istirahat lah, kalau ada apa-apa bilang padaku ya," ujar Sean.
"Aku hanya ingin anakku," lirih Bela.
"Heeeey sudahlah jangan berlama-lama dalam kesedihan aku yakin nanti kau akan memiliki anak lagi," ujar Sean mengusap kepala adiknya itu.
"Tapi bagaimana dengan suami ku? Aku takut dia akan meninggalkan ku hanya karena ini," ujarnya lagi sambil menangis.
"Tenang saja, aku yakin Gunadhya tidak akan melakukan hal itu padamu. Percayalah," ujar Sean.
"Jeni, jangan tinggalkan Bela sendirian aku dan Gunadhya akan mengurus beberapa berkas di kantor," ujarnya membuat Jeni mengangguk patuh.
Setelah menutup pintu kamar Bela, Jeni berbalik dan menatap Bela yang sedang menghapus air matanya.
"Apa kau benar-benar terpuruk?" tanya Jeni sambil menatap Bela.
"Huh! Kau pikir aku benar-benar Sedih? Ya tentu saja tidak! Entah kenapa aku merasa bahagia anak itu tidak selamat belum lahir saja dia sudah membuat aku kesusahan membawanya kesana kemari, belum lagi rasa sakit yang aku rasakan saat terjatuh dari tangga," kesal Bela sambil berjalan menuju meja riasnya.
"Pelankan suaramu kak, bagaimana jika ada yang mendengarnya? atau suamimu mengetahui kau yang sebenarnya!" ujarnya .
"Tenang saja, jika Gunadhya mendengarnya dia tidak akan berani untuk meninggalkan ku dia sangat mencintai ku Jeni," ujarnya.
"Percaya diri sekali kau!" kesal Jeni bercampur candaan.
"Teruslah berdrama untuk beberapa hari kedepan kita lihat apa yang bisa kita lakukan dari kejadian ini," ujar Jeni.
Tanpa mereka sadari Seseorang mendengar pembicaraan mereka dari luar.
***
"Kau kenapa?" tanya Sean pada Gunadhya.
"Ah tidak, aku tidak apa-apa," ujarnya.
"Kau berangkat saja ke kantor nanti aku menyusul aku merasa sangat lapar," ujar Sean.
"Baiklah,".
Sean berjalan menuju ruang makan di sana ada Lisa yang sedang memasak sesuatu di dapur.
Sean melirik meja makan, tidak ada apa-apa di sana hanya ada air putih saja karena perut yang terus berbunyi mau tidak mau Sean melawan egonya untuk menemui Lisa.
Sedangkan Lisa yang sedang memasak di dapur tidak menyadari keberadaan Sean di belakangnya sampai suara berat Sean yang membuatnya terkejut.
"Aku lapar, siapkan makanan," ujar Sean membuat Lisa terkejut.
"Ba-baik Tuan," ujar Lisa tersenyum.
Tak butuh waktu lama makanan yang begitu menggugurkan telah tertata rapih di hadapan Sean bau nya yang begitu lezat membuat perutnya semakin meronta-ronta.
Setelah mengisi perutnya yang lapar Sean memutuskan untuk menyusul Gunadhya ke kantor.
"Kak apa kau ingin ke kantor?" tanya Rafa tapi tak di respon oleh Sean.
"Aku akan menyiapkan mobilnya kak, kau tunggu sebentar ya," ujar Rafa terus mencoba memperbaiki hubungannya dengan Sean.
"Dewa," panggil Sean yang melihat Dewa baru saja turun dari tangga.
"Ada apa?" tanya Dewa.
"Kau ikut aku ke kantor, 30 menit lagi kita ada meeting," ujar Sean setelah mengatakan itu ia pergi begitu saja tanpa melirik Rafa sedikitpun.
Rafa yang mendapatkan perlakuan seperti itu menatap punggung Sean penuh kekecewaan.
"Huh, pengkhianat Seperti mu tak pantas berdiri di samping Sean," ujar Dewa membuat Rafa mati-matian menahan amarahnya.
Bersambung.....
BEBERAPA PART LAGI MENUJU ENDING!!!