Happy reading 💐
Typo bertebaran
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉Jam menunjukkan pukul 10 malam, Lisa masih saja tetap di posisinya menangis, sendirian di kamar yang begitu berantakan wajahnya kacau, matanya Sembab karena terus mengeluarkan cairan bening, bahunya terus bergetar. untuk yang kedua kalinya pernikahannya hancur, pernikahannya gagal.
Gaun pengantin merah, dan sebuah kalung yang melekat di tubuhnya seolah sekarang tak berarti apa-apa bagi Lisa, padahal beberapa waktu lalu dengan bangga Lisa memakai itu semua.
"Ayah Ibuuu," lirih Lisa dengan suara serak sambil memeluk kedua lututnya.
Seseorang dengan langkah pelan datang dan menghampiri Lisa yang sedang menangis.
"Kakak," panggilnya sambil menyentuh pundak Lisa.
Dengan wajah yang berantakan Lisa mengangkat kepalanya dan menatap orang itu .
"Kenapa kau menangis? Bukankah ini hari pernikahan mu? Seharunya kau tersenyum kau bahagia! ini hari spesial mu kak jangan bersedih," ujar Gege mencoba untuk menenangkan Lisa.
"Tersenyum? Bahagia? Tersenyum untuk apa? untuk pernikahan ku yang hancur? atau Bahagia karena untuk yang kedua kalinya aku dibenci oleh suamiku karena kesalahan yang tidak ku perbuat?" tanya Lisa dengan wajah yang penuh air mata.
Gege menggeleng, dan menarik Lisa masuk kedalama pelukannya.
"Aku tahu ayahmu orang baik, karena kau dan ibumu adalah orang yang baik," ujar Gege lagi.
"Sekarang mari kita bersihkan semuanya, kau bersihkan dirimu aku yang akan membersihkan kamarmu," ujar Gege membantu Lisa berdiri.
Dengan langkah yang lemas Lisa berjalan memasuki kamar mandi untuk menggantikan pakaiannya.
Sekitar beberapa menit kemudian Lisa keluar dari kamar mandi dan melihat kamarnya sudah lumayan rapih.
"Kakak, sebaiknya kau makan dulu biar kau tidak jatuh sakit," kata Gege.
"Tidak Ge, aku tidak lapar," ujar Lisa sambil sedikit merapikan bajunya.
"Hmm, baiklah aku akan ke kamar jika kau butuh sesuatu beritahu aku ya," ujar Gege dan Lisa mengangguk.
Hening, sendirian, itu yang saat ini Lisa rasakan. Lisa berjalan menuju tempat tidurnya dan duduk di atas sana, bayangan saat Lisa dan suaminya menghias kamar mereka dengan penuh Cinta kini sudah hancur berantakan.
Apa salah Lisa? Kenapa dirinya selalu mendapatkan hukuman atas kesalahan yang tidak ia perbuat.
Tatapan mata Sean yang penuh amarah menghantui pikiran Lisa, dapat Lisa rasakan kemarahan dari suaminya tidak ada lagi tatapan cinta dan lembut yang Lisa lihat, semudah itukah Sean melupakan semuanya?.
Sementara di lain tempat ada beberapa orang yang sedang merayakan hari kemenangan atas rencana yang mereka jalankan berhasil sesuai harapan.
"Apa kalian lihat bagaimana tatapan yang di berikan Sean oleh Lisa? Uuuuh sangat penuh kebencian," gemas Jeni.
"Aku yakin penderitaan Lisa kali ini akan jauh lebih menyakitkan daripada penderitaan yang sebelumnya," ujar Bela.
"Tinggal sedikit lagi kita akan mencapai puncak kemenangan, aku sudah tidak sabar ingin mendapatkan posisi Rafa," ujar Dewa sambil memainkan pistol dengan jari telunjuknya.
"Mari bersulang untuk merayakan hari bahagia kita," ujar Bela.
"Cheers!".
***
Sean berjalan memasuki rumahnya dengan jalan yang lunglai, di tangan kanannya terdapat botol bir yang tinggal setengah entah sudah berapa botol yang masuk dalam perutnya.
Setelah ibunya di periksa dokter, Sean memutuskan untuk keluar rumah dan menenangkan pikirannya.
Di pikirannya sekarang adalah 'Lisa' yang sekarang telah menjadi istrinya, wanita yang ia nikahi Secara Sah! dan tanpa ada paksaan tapi, ternyata di balik itu semua tersimpan kenyataan pahit yang harus Sean terima.
"Kenapa ini harus terjadi?" tanya Sean pada dirinya sendiri.
Sean memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat minuman itu, namun ia tetap memaksa untuk berjalan menuju kamarnya.
Di depan pintu berwarna cokelat itu Sean berdiri ia seakan kehilangan pijakannya, hatinya terasa sakit mengingat kejadian tadi, mengetahui kalau istrinya adalah anak seorang pembunuh orang yang melenyapkan ayahnya!.
Ceklek...
Sean membuka pintu kamarnya dan bersamaan dengan itu Lisa menatapnya dengan tatapan yang sendu, mereka berdua bertatapan sangat lama angin malam masuk melalui celah-celah kamar serta masuk melalui jendela kamar yang terbuka.
Sean mengalihkan pandangannya terlebih dahulu, Sean harus terbiasa dengan kenyataan yang sekarang, Sean harus bisa merubah rasa cintanya terhadap Lisa menjadi kebencian yang begitu besar.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean tanpa memandang Lisa.
Lisa berjalan mendekati Sean mencoba untuk membicarakan semuanya dengan kepala dingin.
"Tuan ak-" Sean mengangkat tangannya di depan wajah Lisa membuat Lisa tidak dapat melanjutkan kalimatnya.
"Keluar," ujar Sean lagi.
"Tidak Tuan, kita harus membicarakan semuanya baik-baik," ujar Lisa mencoba untuk tenang.
"KELUAR!" bentak Sean.
"Tuan aku mohon tolong dengarkan aku," ujar Lisa mencengkram erat lengan Sean.
"Lepaskan!" ujar Sean menepis tangan Lisa dan melayangkan tamparannya pada pipi mulus Lisa.
Lisa mencoba menahan sakit pada hatinya Ketika tangan kekar Sean mendarat tepat di pipinya,lagi dan lagi Lisa harus menguatkan hatinya untuk tetap bertahan.
"SEKARANG KELUAR LAH!" teriak Sean sambil menyeret Lisa keluar dari kamar.
BLAM!.
Sean membanting pintu di depan Lisa yang menatapnya dengan mata yang terlihat Lelah.
"Kemana cinta yang kau ucap Tuan? Apakah secepat itu kau mengubah cinta itu jadi benci? Dimana Tuan ku yang sebenarnya? tolong kembalikan dia," ujar Lisa menangis dan duduk di depan pintu kamar Sean yang tertutup.
Sangking lelahnya, Lisa tak sadar kalau dirinya tertidur dalam keadaan duduk memeluk kedua lututnya.
Bersambung....