Happy reading 💐
Typo bertebaranSilahkan di Coment jika Ada Typo 😉
"Ibuu kau harus minum obatnya," ujar Bela sambil mengelus perutnya yang membesar.
"Aku ingin Sean kembali," lirih Silvia sambil memeluk foto Sean.
"Ibu, kami juga khawatir dengan keadaan kakak dan sekarang kami khawatir juga dengan keadaan mu," ujar Jeni.
"Sudah seminggu aku dan yang lainnya mencari keberadaan Kaka tapi aku sama sekali tidak mendapatkan tanda-tanda keberadaan mereka," ujar Rafa.
Dewa yang mendengar itu hanya tersenyum sinis dalam hati ia bersorak penuh kemenangan.
"Kau tenang saja ada aku yang akan membantu mu," ujar Dewa.
"Terimakasih, kau sangat baik pada kami," ujar Rafa tulus.
"Kakak sebaiknya kau beristirahat," ujar Jeje pada Bela.
"Antarkan aku ke kamar Je," ujar Bela.
"Baiklah," Jeni beralih menatap Dewa dan memberikan isyarat seakan meminta Dewa untuk ikut bersamanya.
"Ah aku juga ingin ke kamar," ujar Dewa.
"Ge, jaga ibu aku dan Kak Gunadhya akan pergi," ujar Rafa.
"Iya kak, kalian harus berhati-hati," ujar Gege.
***
"Ayo kita rayakan kemenangan kita," ujar Jeni tersenyum lebar.
"Hahahahah akhirnya dia mati juga," ujar Dewa.
"Walaupun jasad mereka belum di temukan tapi, aku yakin kalau Kaka dan Lisa sudah tewas terbakar," ucap Jeni sambil menuangkan bir di gelasnya.
"Berhentilah meminum itu! jangan menggodaku karena anak ini aku tidak bisa meminumnya," kesal Bela pada Jeni dan Dewa.
"Hahahahah sabarlah, tidak lama lagi anak itu akan keluar dari perutmu," ujar Jeni.
"Aku ingin sekali meminumnya, sudah berapa bulan aku tidak meminumnya," ujar Bela.
"Minum saja," ujar Dewa santai mendapat pukulan dari Bela.
"Kau ini! jika aku meminumnya anak ku akan tewas!" kesalnya membuat Dewa tertawa.
Di tempat lain, Rafa sedang meneliti hutan itu. Ia terus mencari barang petunjuk di setiap bagian yang ada dalam hutan.
"Selamat malam pak, sudah seminggu kita melakukan pencarian di beberapa wilayah namun tidak ada tanda-tanda kalau kita akan menemukan Tuan Sean bersama Istrinya," ujar Pak Polisi.
"Tolong pak, jangan hentikan pencarian ini. Aku sangat yakin kalau mereka masih hidup," ujar Rafa memohon.
"Mungkin saja mereka hangus terbakar Tuan, karena sampai saat ini bahkan dompet dan ponselnya tidak dapat kita temukan dan kalian menemukan mobil ini dalam keadaan terbakar," ujarnya lagi membuat Rafa menjadi lemas.
"Sebaiknya kalian berdua ikut kami ke kantor, dan menyetujui untuk menghentikan pencarian ini," ujarnya.
"Baik pak, kami akan ke sana," ujar Gunadhya.
Gunadhya beralih menatap Rafa yang duduk lemas di atas rumput-rumput yang basah, tersirat Kekecewaan dalam diri Rafa.
"Kau kenapa?" tanya Gunadhya.
Rafa mengusap wajahnya lalu memandang kedepan "Aku gagal melindungi Kakak, Paman akan merasa Kecewa kepadaku,".
"Ini bukan salah mu, tetapi takdir yang telah Tuhan tentukan untuk Lisa dan Sean," ujar Gunadhya.
"Sekarang ayo kita ke kantor polisi,".
***
"Maafkan Aku Ibu," ujar Rafa bersujud di kaki Silvia.
"Aku gagal dalam menjalankan tugas," ujar Rafa lagi.
"Bangun Nak, ini bukan salah mu. Aku yang meminta Sean pergi mengantar Lisa," ujar Silvia sendu.
"Aku tidak menyangka kalau secepat ini Kakak pergi meninggalkan kita," ujar Bela menangis di pelukan Gunadhya.
"Aku akan selalu merindukan kakak," ujar Jeje.
"Tidak! Sean cucuku masih hidup!" kata seorang kakek tua dengan lantang.
"Kakek Guru," gumam Gege.
"Masih hidup? apa kakek bercanda? kakakku tewas terbakar bersama Lisa!" kesal Bela.
"Iya Kek, bahkan sudah seminggu mereka melakukan pencarian tapi tidak menemukan keberadaan Kakak!" ujar Jeje.
"Sekali lagi ku tegaskan! Sean cucuku masih hidup!" ucapnya menatap Bela dan Jeje dengan tajam.
"Guru apa maksud mu? Kau tahu keberadaan anakku?" tanya Silvia.
"Tidak, tapi apa kau ingat perkataan ku beberapa waktu lalu? Selagi Wanita itu berada di samping Putramu maka putramu akan baik-baik saja!" ujarnya.
"Tapi setelah putraku menikah dengannya masalah datang bertubi-tubi di kehidupan Sean," ujar Silvia.
"Cepat atau lambat kalian semua sadar betapa berharganya wanita itu," ujarnya.
"Dan untuk pertama kalinya kau ragu dengan ucapan ku," ujarnya menatap Silvia datar.
"Guru aku tidak bermaksud untuk mera-".
"Ah sudahlah, tadinya aku ingin mengunjungi kalian dengan maksud yang baik tapi aku putuskan ini yang terakhir kali aku menginjak rumah ini aku akan kembali jika putramu kembali," ujarnya meninggalkan kediaman Sean.
"Dasar kakek Tua! bisanya membuat orang merasa kesal!" batin Jeje.
"Ibu sekarang istirahat lah," ujar Bela menuntun Silvia ke kamar.
"Kakak, Aku tahu kau lelah pergilah ke kamar, Aku akan membuatkan mu minum," ujar Gege pada Rafa.
Beberapa menit kemudian Gege masuk ke kamar Rafa dan memberikannya Susu hangat.
"Terimakasih Ge," ujar Rafa lesuh.
Gege menatap wajah lelah Rafa, entah mengapa hatinya merasa sakit melihatnya Rafa terpuruk Seperti ini.
"Kakak jangan tinggalkan Aku, Aku tidak tahu kak Sean masih hidup atau tidak, tapi sekarang cuma kau yang Aku punya. Meskipun kau selalu membuatku marah tapi Aku tetap menyayangi mu, jadi tolong jangan tinggalkan Aku," ujar Gege menangis sambil memeluk Rafa.
Perlahan Rafa membalas pelukan Gege dan mengusap kepalanya lembut.
"Aku tidak akan kemana-mana, Aku berjanji akan selalu menjagamu sekarang jangan menangis dan beristirahat lah," ujar Rafa mengusap wajah Gege.
Bersambung....