Happy reading 💐
Typo bertebaran
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉Jam menunjukkan pukul 07 pagi, semua sarapan telah siap di atas meja tersusun rapih di tambah aroma dari masakan itu membuat siapapun yang menciumnya akan terasa lapar.
"Ge, aku akan membangunkan Tuan kau pergilah ke kamar ibu," ujar Lisa tersenyum.
"Iya kak,".
Lisa berjalan menaiki tangga yang menuntunnya ke kamar Sean, Lisa melihat kalau pintu kamar itu sedikit Terbuka dan di sana terlihat Rafa yang tengah mengobrol dengan Sean.
"Kau urus saja semuanya asal jangan merugikan siapapun," ucap Sean pada Rafa.
"Tuan, "panggil Lisa menghentikan aktivitas Sean yang sedang menggulung lengan bajunya.
"A-apa kau tidak sa-sarapan?" tanya Lisa yang tak mendapatkan jawaban dari Sean.
Rafa yang merasa kasihan pada Lisa mendesah pelan sambil menatap kesal kearah Sean.
"Pergilah Lisa, kami akan sarapan sebentar lagi," Ujar Rafa tersenyum yang menularkan senyumnya di wajah lisa.
Setelah punggung Lisa sudah hilang dari pandangan Rafa, Rafa berbalik menatap Sean yang sedang menyisir rambutnya.
"Kakak apa kau tidak kasihan kepada istrimu?" tanya Rafa yang tak di gubris oleh Sean.
"Sudah berapa kali kau menghukumnya di hari pernikahan mu?" tanya Rafa lagi yang sama sekali tidak mendapatkan respon dari Sean.
"Seberapa banyak air mata yang keluar dari mata Lisa hanya karena dirimu?".
"Seberapa retak hati Lisa hanya karena dirimu?" .
"Seberapa besar kesabaran Lisa untuk menghadapi hukuman demi hukuman yang kau berikan?".
"Apa tak pernah terbesit di pikiran mu seberapa menderitanya Lisa selama ini? Seberapa besar usaha dia untuk tetap terlihat tegar? Aku tahu kak kau memang kejam melumpuhkan lawan tapi kau masih punya belas kasih pada seseorang yang kau cintai," ujar Rafa lagi.
Sean menatap tajam pada Rafa yang terus mengoceh di sampingnya.
"Siapkan mobil kita sarapan di jalan,"ujar Sean dingin.
"Aku tahu kau mencintai Lisa," ujar Rafa lagi mengentikan langkah Sean yang hendak berjalan keluar.
"Apa tidak ada pembahasan lain selain Wanita itu? Sedari tadi kau hanya membahas Lisa, Lisa, dan Lisa!" geram Sean.
"Aku hanya mengingatkan mu kak, Lisa bukan malaikat yang bisa terus sabar saat kau terus menyakiti hatinya, Lisa hanya seorang gadis biasa yang memiliki hati yang lembut, tapi lembutnya hati tidak menjamin seseorang untuk terus kuat dan tegar," ujar Rafa lagi.
Sean melayangkan jari telunjuknya di wajah Rafa dengan sebelah alisnya yang terangkat Sean mengatakan "Kenapa kau membela, membesar-besarkan wanita itu? Ada apa Rafa??? Bukannya selama ini kau mendukung ku? Atau jangan-jangan-" Sean menggantungkan kalimatnya.
Sean tertawa tanpa humor lalu menatap Rafa lagi dan mengatakan "Yah! kau mencintai Lisa," kata Sean membuat Rafa terkejut.
"Apa kau sudah gila? bagaimana mungkin aku mencintai istrimu!" bantah Rafa.
"Aku melakukan ini semua karena aku tidak ingin jika akhirnya kau yang akan menyesali perbuatanmu sendiri, aku sangat kenal dengan dirimu kak, butuh waktu sebentar untuk kau mencintai seseorang tapi butuh waktu lama kau melupakan orang yang kau cinta,".
"Bersihkan dendam yang ada di dirimu kak, dan cobalah dengar apa kata hati kecilmu kau kakakku aku ingin yang terbaik buat dirimu, satu yang harus kau tahu kak, cinta Lisa bisa hilang bersamaan dengan rasa sakit yang datang," kata-kata Rafa membuat Sean terdiam otaknya terus mencoba untuk mencerna perkataan Rafa.
"Sudahlah, ayo kita sarapan," ajak Rafa pada Sean.
Tanpa mereka sadari seseorang mendengar pembicaraan mereka berdua.
"Aku tahu rencana selanjutnya," ujar Jeni.
***
"Kenapa kau mengajak kami ke sini?" tanya Dewa.
"Ssssst jangan bicara keras-keras," kesal Jeni.
"Ada apa?" tanya Bela sambil melipat kedua tangannya.
"Aku mempunyai rencana yang sangat bagus, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kak Sean dengan Rafa, Kakak menuduh Rafa kalau dia mencintai Lisa," ujar Jeni membuat Bela dan Dewa terkejut.
"Nah rencana yang aku maksud adalah, bagaimana kalau kita jebak Rafa dan Lisa buat seolah-olah mereka berdua telah mengkhianati Sean," ujar Jeni.
"Kita semua Tahu Sean sangat benci dengan yang namanya penghianatan, jika rencana kita berjalan dengan baik maka Lisa akan tersingkirkan dan Posisi Rafa terbuka Lebar untuk Dewa," ujar Jeni.
"Aku setuju dengan rencana Jeni," ujar Bela.
"Yah aku juga, tapi apa yang harus kita lakukan?" tanya Dewa.
"Masukkan obat tidur ini ke Minum Rafa untuk Lisa kita atur nanti" ujar Jeni.
Mereka berdua mengangguk dan segera menjalankan rencananya.
"Lisa, biar aku yang menyiapkan jus untuk Rafa dan Sean kau pergilah kerjakan yang lain," ujar Jeni ketus.
Lisa tidak menjawab perkataan Jeni, tanpa mengatakan apapun dia keluar dari dapur dan mengerjakan tugas yang lain.
Jeni tersenyum penuh kemenangan saat obat itu sudah masuk dalam minuman Rafa.
"Spesial buat kalian aku buatkan jus jeruk yang lezat," ujar Jeni menghampiri Rafa dan Sean.
"Kau tidak mencampurkan racun kan di dalam minuman ku?" ujar Rafa membuat Jeni terdiam.
"Hahaha aku hanya bercanda kau ini," ujar Rafa tertawa lalu meminum jus nya itu dalam satu tegukan.
"Terimakasih Je," ujar Sean tersenyum.
"Sama-sama, eh Rafa kau kenapa" tanya Jeni.
"Kepalaku terasa pusing dan sedikit Mengantuk," ujar Rafa sambil memijit kepalanya.
"Mungkin karena kau kelelahan, biar aku mengantar mu ke kamar," ujar Jeni.
"Kak, hari ini aku tidak ikut dengan mu ya," ujar Rafa.
"Hm, beristirahatlah" ujar Sean.
Jeni menuntut Rafa berjalan dan tepat di depan kamar Sean tubuh Rafa jatuh ke lantai.
"Berhasil," gumam Jeni menyeret Rafa masuk dan membaringkannya di atas tempat tidur Sean.
"Bagaimana?" tanya Dewa yang masuk bersama Bela.
"Berhasil, sekarang giliran Lisa".
"Aku akan memanggil dia dan masuk ke kamar ini dan di Dewa akan membius Lisa dengan obat dan sapu tangan ini," ujar Bela.
"Bagus, ayo mulai".
"Lisaa, tadi aku melihat kalau kamar Sean berantakan sebaiknya kau rapihkan lagi," ujar Bela dengan patuh Lisa mengangguk dan berjalan menuju kamar Sean.
Saat membuka Pintu Lisa terkejut seseorang membekap mulutnya sehingga ia susah untuk bernafas dan semuanya terlihat gelap.
"Selanjutnya baringkan Lisa di samping Rafa dan tutup seluruh tubuh mereka dengan selimut," ujar Jeni.
Bersambung...