05.30 WIB
Semburat orange nampak jelas di langit fajar hari ini, sangat indah apalagi hembusan ringan angin begitu menenangkan. Saga baru menyelesaikan kegiatan sholat subuhnya, sarung pun masih melingkar di pinggang.. dia meletakkan kembali al-quran nya didalam laci nakas. Biarpun dia laki-laki -yang biasanya identik dengan hal urakan- Saga tetap menjaga kebersihan kamar, berbanding terbalik dengan teman sekamarnya. Julian Prayoga.
Laki-laki dengan pipi chubby itu sangat berantakan, bahkan dia bisa saja meletakkan kaos kaki disembarang tempat dan selalu Saga yang merapihkan kamar. Julian ini pintar bicara, mengelak dan mencari alasan.. maka dari itu sulit bagi Saga membujuk Julian untuk bergilir piket kamar.
Menggeleng pelan, dia menarik selimut yang Julian kenakan. Lagi, Julian kembali melewatkan sholat subuh. "Bangun!!"
Saga mengguncangkan tubuh Julian, seraya sesekali memukul bokong laki-laki itu. Namun tidak akan membuahkan hasil, Julian hanya mengerang sebentar, meregangkan tubuh lalu kembali terlelap. Sagara mendengus kesal, berkacak pinggang.. entah dengan cara apa lagi dia harus membangunkan Julian. "Apa kamu gak mau bangun?"
Yang di ajak bicara mengibaskan tangannya kasar, isyarat agar Saga pergi dan jangan menganggu tidurnya. "Pergi aja deh lo, gue masih ngantuk. Gak tau apa semalem gue abis pushrank sama Jimi."
Saga memutar bola matanya malas, lelah jika terus membujuk Julian yang tidak akan mendengar. "Yaudah, kalo gitu aku masak dulu. Jangan tidur kelamaan, kalo mati kelaparan kan gak lucu."
Lantas dia pergi keluar menuju dapur, hari ini seperti biasa dia akan memasak karena Bunda Wena sedang pergi ke Surabaya selama beberapa hari. Sebenarnya, disini ada anak panti yang jauh lebih dewasa namanya Mimi.. sebentar lagi dia akan muncul di dapur.
"Pagi Saga."
Benarkan, sekarang Mini sedang melangkah mendekati dapur seraya menguncir rambutnya. "Pagi juga teh." Balik sapa Saga, kembali terfokus pada kegiatannya memasak.
Menu pagi ini hanya nasi goreng yang bisa mereka buat, ingatkan bagaimana nasib sisa makanan yang Saga bawa kemarin? Dia tidak mungkin memberi makanan yang kotor kepada anak pasti. "Julian belum bangun lagi ya?"
Yang ditanya mengangguk tanpa menoleh. "Iya teh, susah. Katanya mah abis pushrank semalem sama Jimi."
"Emang." Jawab Mimi, dia beralih ke rak piring.. mengambil beberapa gelas ingin membuat teh manis hangat untuk anak-anak panti. "Tadi malem, waktu teteh mau ke kamar mandi.. si Jimi masih berisik aja di kamarnya."
Saga terkekeh geli, yang Mimi katakan benar semalam juga dia sulit tidur akibat terganggu suara-suara menyebalkan dari Julian teman sekamarnya.
Oh ya.. panti asuhan ini bukan panti asuhan besar, hanya panti sederhana yang manampung sedikit anak yatim piatu. Mereka bertujuh tinggal bersama disana, Joshua adalah yang tertua dan sekarang sudah bekerja di Jakarta. Tersisa Mimi, Saga, Julian, Jimi, Sheila dan si kecil Hana, mereka bertujuh hidup damai seperti saudara kandung.
Sesi masak-memasak selesai, Saga membawa nasi goreng yang dia masak ke meja makan, meletakkannya disana juga dengan 5 teh manis hangat buatan Mimi dan 1 susu hangat untuk si kecil Hana. "Kamu bangunin Julian sama Jimi ya, biar teteh bangunin Sheila sama Hana."
"Ok, teh."
Mimi tidak kesulitan jika harus membangunkan 2 anak gadis disana, tapi tidak dengan Saga.. dia tersiksa harus menarik-narik duo J ini dengan susah payah, mereka seperti kerbau yang sudah berendam dalam lumpur. Beberapa menit kemudian, Saga akhirnya berhasil dengan iming-iming akan mematikan wifi jika mereka tidak segera bangun dan jurus itu ampuh, karena yang dapat mengakses wifi dikamar bunda hanya Saga seorang. Bisa dikatakan dia adalah anak tersayang bunda setelah Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] I. Different // Yeh Shuhua
Подростковая литература"Kalo gitu, gue bisa gak masuk islam?" "Hah?!" ------------------------------------ Kamu, laki-laki yang membuat aku langsung tertarik.. kamu membuatku penasaran dan kamu terlihat lebih menonjol dari pada orang lain disekitar. Kamu memiliki kharisma...