🕊 14 : Haizera

83 15 2
                                    

Hari minggu, siapa yang tidak menyukai hari itu? Hari dimana kita bisa istirahat sejenak dari kebisingan kota, kesibukan pekerjaan dan tugas sekolah yang menumpuk.. hari dimana kita bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga, entah itu berlibur atau sekedar menghabiskan 24 jam di rumah dengan bersenang-senang. Namun, tak semua orang dapat merasakan nikmat sesungguhnya dari hari minggu.. beberapa persen orang didunia masih disibukkan dengan berbagai urusan, apapun itu.

Hal yang sama dilakukan oleh Alisha Rosella, dia sedang sibuk berkutik dengan pakaian juga make up tipis yang mempercantik wajahnya. Sudah jam 07.15 wib, Eric pun sudah menunggu dibawah.. seperti jadwal kemarin, hari ini Shasha ada janji latihan dance bersama Nona Lisa untuk kompetisi akhir tahun. Diruang tamu, sang sepupu nampak tengah asik dengan Hendery, seraya menekan-nekan tombol pada stick ps. "Eric, ayo buru!"

Namun tak digubris, dia hanya menoleh sekilas lantas kembali fokus pada layar televisi. "Bentar Sha! Lagi seru ini."

"Iya dek, kalem kali.. buru-buru banget lo!" Ini Hendery justru membela Eric, bukan membela adiknya sendiri. "Duduk dulu mendingan, lo makan dulu gih sana. Gue dah masak."

Shasha mendengus, mau tak mau dia berjalan gontai ke arahs ruang makan.. si gadis benar terkejut ketika membuka tutup saji, kakaknya ini benar-benar tidak bermutu. "Kak Dery!! Lo cuma goreng tempe doank?!"

"Kagak ah, ada kecap juga disana!!"

Hell

Cuma kecap, ya kali sarapan sama tempe kecap doank. Sudah lah, Shasha pun sedang tidak nafsu makan.. jadi lebih baik dia membuat susu hangat saja. Habis sudah satu gelas, dia kembali menyematkan tas selempang dibahunya.. berjalan gusar ke ruang tengah seraya melihat jam, jam 8 akan segera tiba. Menarik lengan Eric secara paksa. "Buru lo, jangan ladenin Kak Dery mulu. Abis nganterin gue, terserah lo mau main ps sampe malem juga."

Eric hanya menurut, mengikuti langkah kaki Shasha keluar rumah menuju mobil yang terparkir disana. "Mau kemana ni?" Si laki-laki bertanya.

"Ke rumah Xiera aja dulu." Shasha menjawab, dia sibuk berkutik dengan ponsel entah melakukan apa.

Shasha jadi kepikiran, siapa gadis yang bersama Saga malam itu? Tapi harusnya dia positif thinking karena, Saga tinggal di panti.. tidak sendiri dan tidak mungkin hanya ada laki-laki, jadi mungkin gadis kemarin adalah saudara satu pantinya.

Tak hanya itu yang Shasha pikirkan sebenarnya, dia jauh memikirkan nasib grup dance nya.. dia khawatir jika Nancy dan Haize tidak akan datang, Nona Lisa pasti akan sangat marah.. kepercayaannya untuk Shasha sebagai leader akan hilang, mimpi gadis berdarah Taiwan ini akan hancur. Dia tahu, dia punya keinginan untuk masuk islam.. tapi apakah berhijab akan menghalaginya melakukan apa yang dia impikan? Tidak kan? Hijab bukanlah batasan, hijab adalah suatu kebebasan dimana kita akan selalu merasa aman tanpa ada laki-laki yang berniat jahat pada penggunanya.

Bicara tentang hijab, Shasha belum secara resmi pindah agama.. pertemuannya beberapa waktu lalu dengan Ustadz Hidayat -ustadz yang dikenalkan oleh Shasha- hanya membahas beberapa hal mengenai hijrah, Shasha masih harus menetapkan hati karena ini bukan pilihan sepele. Untuk sekarang, Shasha sedang membiasakan diri berprilaku sopan, menjauhi apa yang dulu sering dia lakukan seperti clubbing, dia juga membiasakan diri menggunakan pakaian yang menutup aurat seperti saranan ustadz Hidayat dengan membuang semua pakaian terbukanya.

Kenapa tidak disumbangkan?

Hei.. dia masih waras dan memiliki budi pekerti, kalian tidak akan tahu seperti apa minimalisnya pakaian yang Shasha punya dulu untuk clubbing.. benar-benar terbuka, tidak akan mungkin dia menyumbangkan pakaian seperti itu ke orang tidak mampu. Apa Shasha ingin di maki?

[✔] I. Different // Yeh ShuhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang